HAKIKAT KEBERKAHAN
Semua kita pernah mendengar atau mengucapkan kata berkah atau keberkahan. Saya pribadi minimal satu kali dalam sepekan mendapat kata "Barakallahu fikki" (Semoga Allah memberkahi mu pr).
Namun, saya tidak tahu apa sih hakikat keberkahan itu? Mana yang lebih tinggi antara berkah dengan bahagia?. Pertanyaan itu sering muncul dalam pikiran. Namun malas menelusuri bahan bacaan yang berkaitan dengan keberkahan ini.
Keberkahan atau Berkah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kesuksesan atau kebahagiaan yang didapatkan seseorang. Misalnya "Semoga ujiannya sukses dan berkah ya". "Semoga rezekinya berkah ya, aamiin."
Begitu juga ketika seseorang meraih keberhasilan dalam studi, dapat pekerjaan, dapat momongan, atau ketika menempati rumah baru. Bahkan agar terkesan Islami, kadang tanpa sadar kita ucapkan "Met milad, barakallah fi umriik." Meskipun Rasulullah sendiri tidak pernah mengucapkan kata itu kepada istri, anak-anak, teman, atau sahabat beliau di hari lahirnya.
Kembali ke layar handphone...he..he. Kata berkah secara etimologi memiliki dua makna, yakni (1) bertambah banyak, dan (2) dan tahan lama.
Sementara secara terminologi, seperti yang dikemukakan Imam An-Nawawi adalah kebaikan yang banyak dan abadi. Sama dengan pendapat Imam al-Ghazali mengartikan keberkahan dengan bertambahnya kebaikan.
Untuk lebih memahami arti keberkahan, bagusnya kita cermati kejadian di masa Rasulullah. Suatue ketika Rasulullah saw. terlihat lemas karena menahan lapar. Abu Thalhah yang mendengar hal itu akhirnya menemui istrinya. Abu Thalhah dan istrinya berniat mengundang beliau untuk makan.
Singkat cerita, Abu Thalhah dan istrinya hanya memiliki makanan yang sedikit. Namun ternyata Rasulullah mengajak banyak sahabat untuk ikut makan ke rumah Abu Thalhah. Abu Thalhah menjadi cemas; makanan sedikit apakah cukup untuk menjamu tamu sebanyak itu?
Akhirnya, Rasulullah saw. dan shahabat-shahabatnya tiba di rumah Abu Thalhah. Sebelum acara makan dimulai, Rasulullah saw. mendoakan makanan yang dihidangkan. Setelah itu para tamu diminta makan bergantian. Yang pertama makan adalah 10 sahabat. Lalu, 10 sahabat berikutnya, kemudian 10 sahabat berikutnya, dan seterusnya.
Akhirnya semua sahabat yang datang itu makan sampai kenyang, sedangkan jumlah mereka waktu itu 70 atau 80 orang. Setelah itu, barulah Rasulullah dan keluarga Tholhah makan hingga kenyang pula. (Sumber: H.r. Al-Bukhari, no. 3385; Muslim, no. 2040)
Kejadian ini mengajarkan pada kita, tentang keberkahan dari segi makanan. Jumlahnya tidak saja cukup, tetapi penuh kebaikan. Hal yang terpenting dari berkah itu adalah bertambahnya ketaaatan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Menurut Imam Ibnu Rajab. Setidaknya ada 4 kandungan dari keberkahan sekaligus arti sesungguhnya dari keberkahan itu sendiri.
1. Keberkahan adalah suatu keadaan bertambahnya ketaatan kepada Allah
"Keberkahan menjadi panorama keindahan dalam kehidupan seorang Muslim." (Ibnu Rajab).
Anak yang berkah adalah anak yang shalih, rajin beribadah, Mendo'akan ortunya masuk surga.
Tempat yang berkah adalah tempat yang dinaungi oleh malaikat, itulah majlis ilmu atau majlis dzikir.
Harta yang berkah terletak pada sikap ketika menerima harta, akan menambah ketaatan kepada Allah. Seperti Umar bin Khattab menggunakan semua yang ditulis, semua harta digunakan di jalan Allah, untuk menambah ketaatan kepada Allah.
Hidup yang berkah bukan hanya sehat, tetapi sakit juga berkah, seperti Nabi Ayub As. Sakitnya menambah taatnya pada Allah.
Barokah tidak identik dengan panjang umur. Seperti Do'a ulang tahun "Panjang umurnya,. Panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia." Tetapi umur pendek pun ketika taatnya dahsyat kepada Allah, seperti Mus'ab bin Umair, seorang delegator pertama Rasulullah ke Yastrib (Madinah).
Ilmu yang berkah bukan ilmu yang banyak riwayat, catatan kaki, atau sitasinya/yang merujuknya, tetapi ilmu yang menjadikan seseorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang di jalan Allah.
Penghasilan yang barkah bukan terletak pada gaji besar dan harta yang banyak sampai sekian turunan, tetapi sejauhmana harta itu menjadi jalan Rizki bagi orang yang membutuhkan. Seperti Usman bin Affan, meskipun sudah sekian abad, sumur Yahudi yang dibelinya untuk umat, masih berfungsi sampai sekarang.
Pernikahan yang berkah bukanlah pernikahan yang nampaknya senang, kaya, dan bisa liburan ke berbagai destinasi wisata. Namun pernikahan berkah adalah makin meningkatkan ketaatan pasutri kepada Allah, makin tenang (sakinah), makin mencintai sebatas fisik (Mawaddah) dan makin berkasih sayang karena Allah (wa Rahmah) sampai akal menjemput.
2. Keberkahan artinya sunnah atau hikmah.
Allah memberikan kepada seseorang untuk mendapatkan hikmah. Sunnah artinya cara hidup yang mampu meneladani kehidupan Rasulullah. Sunnah itu ibarat perahu nabi Nuh, As. Jalan selamat berlayar menuju Jannah. Makanya dalam mengamalkan Sunnah kita tidak boleh pilih-pilah. Karena kita tidak tahu, Sunnah mana yang mengantarkan kita ke syurga Allah.
3. Berkah artinya istiqamah
Seseorang diberi keberkahan ketika ia mampu menjaga hangatnya iman, nikmatnya ibadah, indahnya Sunnah, dan manisnya amal shalih dalam kehidupan. Sebab hijrah dari maksiat ke taqwa itu mudah, yang sulit adalah istiqamah dalam ketaatan hingga Husnul khatimah.
4. Berkah mengandung artinya diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah
Jika Allah mencintainhamba-Nya diberikannya pemanis dalam hidupnya. Artinya seseorang disibukkan dengan ibadah dan taat sebelum sampai garis ajal dengan Husnul khatimah. Tiada kematian yang paling indah dan menyenangkan selain wafat dalam keadaan husnul khatimah.
Sebagai hamba Allah kita harus mengusahakan keberkahan dalam semua sisi kehidupan. Kebahagiaan adalah makmum dari keberkahan, sementara imamnya adalah berkah itu sendiri. Bagaimana cara memperoleh berkah? Jawabannya adalah sebagai berikut:
1. Semua amal kebaikan hendaknya berbasis keimaanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
2. Beramal shalih dan mengikhtiarkan kebaikan hubungan dengan Allah dan semua makhluknya.
3. Setiap amal shalih dilakukan secara ikhlas, semata untuk mencari Ridha Allah.
4. Menyegerakan menjemput ampunan Allah, ketika bersalah cepat taubat nasuha.
5. Senantiasa memohon diberi keberkahan oleh Allah.
"Allahumma baarikli fi ma a’thait”
(Ya Allah berikanlah barakah kepada apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami.
Ramadan adalah momentum strategis untuk mengikhtiarkan keberkahan. Di bulan ini disajikan Allah keberkahan yang luar biasa banyak. Di kenal dengan "Ramadhan Syahrul mubarrak"(Ramadhan adalah bulan keberkahan).
Meskipun kita dalam kondisi PSBB, keberkahan akan selalu ada untuk kita. Tinggal kita, mau mengambilnya atau membiarkannya berlalu. Wallahu A'lam Bisshawab.
Batusangkar, 19 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Naik haji ke kota MekkahNaik pesawat di Kuala LumpurAgar rezeki kita berkahMari selalu kita bersyukur
Benar Pak. Syukur menambah rezeki. Banyak-banyaklah bersyukur. Terima kasih sudah membaca Pak