BALADA HATI YANG LUKA
Sejak hilang tempat bersandar putih
Dalam diam acapkali menengadah langit
Menyepi ke sudut, menahan perih
Dan mematung bayang-bayangan sempit
langkahnya telah terhenti untuk sementara
Bahkan mungkin untuk waktu yang lama
Jalan lurus itu, kini bengkok dan gelap, seakan berdiri dinding pembatas
Lukanya mungkin terlalu dalam, hingga mengambil segelintir nafas
Andai saja badai itu tak menerpanya
Menghancurkan pondasi dan bangunan hatinya
Maka sudah sampai kapal di pelabuhan masa depan
Sudah dikecupnya harum pasir dermaga
Bagaimana lagi, Takdirnya telah dulu mendikte
Kesengsaraan dan kesenangan telah ditakar Tuhan
Kini, sekte per sekte membekas dan mesti ditahan
Mantra pengobat itu tak akan ampuh lagi,
Hingga Tuhan tunjukan Jalan Keduanya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar