Ketika Malam Enggan Dimiliki
Tumpahan kebatinan dimakan penat
Menopang dagu dalam malam tak berwarna
Hilang rasa ditelan kepunahan asa
Mengasa keteguhan, diam tak berarti
Kalah, menyeka hidup sampai terhampar dalam bahagia
Kunjung, menanti sentuhan tetesan embun
Bingung, malam enggan dimiliki jiwa
Mungkin, jiwa krontang dimakan zaman perubahan
Perlahan kudekap setetes nikmat
Pelan ku rasa walau sulit dapat nan lezat
Tapi ini malam akan tetap kucumbu
Sampai terbuai dalam angin-anginnya yang menjanjikan aroma surga.
Sungai Betung, 17 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Menopang dagu dalam malam tak berwarna. Keren. Sukses selalu
Mksih Buk, sukses juga buat Ibu