Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Apersepsi Memastikan Siswa Belajar

Membaca tulisan Prasetiyo Budi Santoso yang berjudul Guru Mengajar Murid Tidak Belajar (http://http-prastiyobudisan.gurusiana.id/article/guru-mengajar-siswa-tidak-belajar-4514097) saya jadi ingat ketika beberapa minggu yang lalu saya menyupervisi 2 orang guru di salah satu SMP binaan saya. Namanya Pak Eep yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bu Tina yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Supervisi kegiatan belajar mengajar di kelas dilanjutkan dengan pembinaan individu kepada guru-guru yang tadi disupervisi. Kegiatan dilanjutkan dengan pembinaan kepada seluruh guru yang ketika itu hadir. Semuanya diisi dengan hal hal yang saya temui pada saat supervisi kelas.

Yang ditulis Pak Budi pada artikel di atas memang benar :” Kewajiban guru bukan hanya mengajar, namun ia juga harus memastikan "muridnya juga belajar", ... mengajar untuk membuat siswa belajar, memerlukan strategi yang pas, metode yang tepat sehingga bisa bisa sesuai harapan”. Tampaknya pekerjaan untuk memastikan murid belajar menjadi hal yang tidak mudah. Seringkali guru sudah mengajar tetapi gagal membawa murid belajar. Apalagi kalau ditambah dengan murid belajar dengan nyaman dan menyenangkan serta mengesankan. Itu semua diharapakan akan membawa siswa menguasai ilmu yang dipelajari dengan mudah dan mengendap dalam waktu lama terangun menjadi kompetensi yang diharapkan.

Salah satu yang membawa murid belajar dengan nyaman akan menjadi mudah ketika guru berhasil memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi yang benar. Apersepsi selalu menjadi kegiatan awal yang dicantumkan di dalam RPP tetapi seringkali prakteknya tidak mudah.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru. Menurut Agnas Setiawan dalam artikelnya Teknik Apersepsi Di Kelas Pembangkit Minat Belajar Siswa menyebutkan :“Apersepsi pada prinsipnya adalah kegiatan pendahuluan/pembuka pelajaran dengan tujuan untuk membangkitkan minat belajar siswa.. Apersepsi sebisa mungkin harus mengandung makna kontekstual artinya diawali dari pengalaman siswa, atau siswa terlibat dalam kegiatan pembuka pembelajaran setelah itu baru guru mengarahkan materi pelajaran kepada hal-hal yang bersifat konsep”. (https://geograph88.blogspot.co.id/2015/10/teknik-apersepsi-di-kelas-pembangkit.html )

Apersepsi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya : Checking knowledge adalah kegiatan mengecek pemahaman materi pelajaran siswa pada materi sebelumnya. Introducing idea adalah membangun ide atau permasalahan awal sebelum kegiatan dimulai. Analogy thinking adalah mengaitkan sebuah fenomena dengan materi yang akan dipelajari. Lebih luas lagi tujuan apersepsi antara lain:

1. Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan. Dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari.

2. Mencoba menyatukan dua dunia. Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antara kedua materi tersebut.

3. Menciptakan atmosfir, apersepsi akan membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru. ( http://ekosujadi-bintan.blogspot.co.id/2011/05/apersepsi-motivasi-need-assesment-3.html)

Bu Tina yang saya supervisi hendak mengajarkan tentang sholat rowatib. Beliau memulai pelajaran dengan mengungkap lagi pelajaran minggu lalu : “Anak-anak, minggu lalu kita sudah membahas tentang akhlak yang tidak terpuji. Masih ingatkah kalian, apa saja yang termasuk akhlak yang tidak terpuji ?”. Lalu berlangsunglah tanya jawab tentang akhlak yang tidak terpuji mulai dari jenisnya sampai istilah untuk akhlak yang tidak terpuji. “Hari ini kita akan belajar tentang sholat sunnah rowatib. Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan sholat sunnah rowatib ? begitu Bu Tina memasuki materi pelajaran hari itu. Sepintas awalan itu merupakan apersepsi yang biasa dilakukan guru. Anak akan mengikutinya tetapi tanpa terbangun semangat dan minat akan materi yang disajikan. Kenapa ? Karena guru tidak membangkitkan minat mereka. Pada kasus Bu Tina, guru tidak menghubungkan akhlak yang tidak terpuji dengan sholat rowatib. Sehingga tidak terbangun konsep yang menyatu dengan materi yang lalu, anak mengalami lompatan yang terputus. Mereka seperti mempelajari hal baru yang berbeda dan menambah “beban” psykhis mereka. Andaikan Bu Tina melakukan apersepsi yang lain, mungkin pelajaran lebih mudah berlangsungnya. Misalnya : Setelah bertanya jawab tentang akhlak yang tidak terpuji, kerucutkan konsepnya kepada fenomena betapa masing-masing kita masih sulit terbebas dari akhlak yang tidak baik. Cara kita memperbaiki diri bisa dilakukan dengan memperbanyak amal ibadah, tidak hanya yang wajib tetapi juga yang sunnah, diantaranya sholat sunnah rowatib. Cara ini membawa anak menyatukan konsep awal yang sudah mereka pelajari dengan konsep baru tanpa terputus. Pelajaran juga menjadi kontekstual karena ketidak mampuan kita menghindari akhlak yang tidak terpuji itu sesuatu yang nyata terjadi pada diri siswa maupun gurunya, bahkan manusia pada umumnya, dan sholat sunnah akan menjadi solusi. Atau karena pelajaran berlangsung pukul 10.10 menit, guru bisa memulai dengan cerita atau tanya jawab tentang sholat dhuha baru kemudian masuk kepada sholat sunnah, diantara sholat sunnah itu ada sholat rowatib. Dengan demikian anak dapat menghubungkan dengan konteks waktu dalam kehidupannya dengan materi pelajaran, tanpa lompatan yang terputus. Jadi siswa tanpa terasa memasuki materi yang maksud dan bertambah ilmunya tana harus membuka ruang baru di otaknya untuk belajar hal baru. Berbeda dengan Bu Tina, Pak Eep memulai pelajaran dengan mengungkap hasil penilaian tengah semester yang sudah dijalani siswa. Mereka merasa kalau nilai yang dicapainya belum bagus. Berenti disitu, Pak Eep lalu mengganti pembicaraan nilai PTS dengan menyampaikan: “Hari ini kita akan belajar tentang menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata permenit. Kita akan mulai dengan menghitung kecepatan membaca “. Lalu Pak Eef menyampaikan cara menghitung kecepatan membaca dan memberi contoh. Sangat disayangkan mengapa Pak Eep tidak memanfaatkan capaian nilai hasil PTS yang belum memuaskan itu dengan rendahnya kemampuan kita memahami bacaan. Keadaan itu kemudian dibawa ke kesimpulan pentinya memahami isi bacaan dan membaca dengan kecepatan tinggi agar bahan pelajaran yang dipelajaribisa diselesaikan. Dengan demikian guru siswa merasa perlu dan butuh untuk bisa menguasai ketrampilan membaca dengan cepat dan menguasai isi bacaan. Kalau siswa merasa bahwa yang akan dipelajari sesuatu yang bermanfaat tentu minat dan semangat belajar akan meningkat. Apaersepsi menarik pernah dilakukan Bu Wahyu yang mengajar IPA. Ketika itu beliau memulai pembelajaran dengan meminta anak-anak mengeluarkan bukunya dan mengangkatnya. Dengan ini Bu Wahyu sudah langsung mengecek anak-anak yang tidak membawa buku. Langkah yang mudah tanpaharus keliling, pikir saya. Lalu anak-aak supaya menggerakan tangan ke kanan dan ke kiri beberapa kali. Lalu : “Cape ? Kalau cape habis olahraga enaknya apa yaa ?” tanyanya kepada siswa, Siswa pun bersahutan menjawab pertanyaan itu ada yang menjawab minumlah, makanlah, makan yang segar-segar, sampai ada yang menjawab minum es campur. “Naah iya minum es campur, kita hari ini akan belajar campuran” Begitu Bu Wahyu memulai pembelajaran dengan menyampaikan topik hari itu dengan siswa yang begitu bersemangat.

Minat siswa juga bisa dibangun dengan media pembelajaran yang dibawa guru yang berganti ganti dan asing bagi siswa. Saya dulu sering menggunakan cara ini. Suatusaat saya membawa beberapa botol parfum, siswa bertanyakeheranan : “ Buat apa Bu ?’. “Ini adalah barang-barang yang bisa menjadi penyebab kerusakan lingkungan” jawab saya. “Kenapa Bu?”tanya mereka masih terheran heran. “Nah itu yang akan kita pelajari hari ini” jawab saya memulai pelajaran dengan topik kerusakan lingkungan. Gampang bukan ?
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

fontasenya besar-besar jadi kurang nyaman membacanya. btw, tulisannya bagus dan inspiratif.

28 Oct
Balas

Saya rasa di teks saya tidak ada yang besar-besar kok jadinya tercetak begitu ya Pak Leck ? Tadi mau saya edit di teksnya juga tidak besar-besar. Gemana ya Pak ?, mohon bantuannya ! Terimakasih

28 Oct

Terima kasih Bu Dartini, memang awalan yang baik, akan menentukan proses dan hasil yang dicapai.

28 Oct
Balas

Luar biasa bu dartini. Gamblang dan mudah dipahami.

28 Oct
Balas

PBM bermakna dari seorang guru profesional ...! Guru mengajar siswa belajar,

28 Oct
Balas

Apersepsi bagaikan jembatan. Jika tidak mantap, maka tidak bisa mengantarkan pembelajaran dengan baik. Mantap bu.

29 Oct
Balas

Luarbiasa bu Dartini memotret kegiatan apersepsi Awal yang baik dan benar merupakan gerbang suksesnya kegiata

28 Oct
Balas

Luarbiasa bu Dartini memotret kegiatan apersepsi Awal yang baik dan benar merupakan gerbang suksesnya kegiata

28 Oct
Balas

Terimakasih atas semua komen

28 Oct
Balas

Luar biasa ibu isinya, fakta masih ada guru yang belum ngeh makna apersepsi...(belum atau ....)...

28 Oct
Balas

Tulisannya menginspirasi, Bu... Salam literasi...

29 Oct
Balas



search

New Post