Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketersinggungan Guru Sejarah

“Saya dulu malees banget kalau pelajaran Sejarah bu” kata Mba Venti seorang staf TU sebuah sekolah yang memeiliki kemampuan untuk membekam. Karena kemampuannya saya berlangganan bekam kepadanya. Bekam adaah salah satu pengobatan tradisional yang konon dikenal sejak zaman Nabi. Karena kolesterol saya tinggi, saya sering mengalami tegang di tengkuk dan pundak. Untuk menguranginya saya mebjalani terapi bekam ini. Kami biasa ngobrol kesana kemari selama proses bekam yang sekitar satu jam itu, maklum kami dulu satu sekolah, jadi obrolannya sangat nyambung. Apalagi ... ibu ibu.. !!. Mendengar ucapan Mba Venti itu saya begitu tersinggung, betapa tidak, saya seorang guru Sejarah, mendengar langsung pengakuan seorang yang bukan pelajar lagi, mengenang saat sekolahnya dulu. “Saya pikir untuk apa harus menghapalkan materi sebanyak itu” begitu kenangnya.

Dari awal saya diangkat sebagai guru dengan SK sebagai Guru Mata Pelajaran Sejarah. Tujuh tahun sebagai guru Sejarah, saya beralih menjadi guru IPS karena tuntutan kurikulum, meskipun demikian materi IPS pada kurikulum 2004 yang kemudian disempurnaakan dan disahkan sebagai kurikulum 2006 masih sangat terlihat ketidakpaduan materi-materi di dalamnya. Sehingga dalam pelaksanaannya masih bisa terpisah. Kami para guru IPS pun jika di sekolah itu tersedia guru IPS berlatarbelakang Geografi, Sejarah dan Ekonomi maka kami biasa berbagi. Saya pun masih bisa bertugas sebagai guru sejarah sekaligus guru IPS.

Saya guru Sejarah yang sangat menikmati pekerjaan sebagai guru sejarah. Bagi saya sejarah begitu bermakna. Meskipun itu masa lalu, tapi dari peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi tersebut banyak pelajaran yang dapat menginspirasi, memotivasi kita dalam bertindak di masa kini maupun mencegah kita untuk tidak bertindak. Itu makanya ketika Kurikulum 2006 menekankan CTL (Contectual Teaching and Learning), para guru sejarah juga dituntut mengkontekstualkan peristiwa peristiwa masa lampau itu. Seharusnya peristiwa sejarah dimaknai dan dihubungkan ke masa kini. Tetapi itulah masalahnya. Barangkali tidak banyak guru sejarah yang melakukan itu. Saya katakan barangkali karena saya tidak memiliki data yang pasti. Beberapa data hasil supervisi saya hanya kesaksian atas beberapa guru IPS.

“ Waah kalau Mba Venti jadi murid saya, insya Alloh tidak akan bicara begitu !” kata saya pada Mba Venti. “Mengapa Bu?” tanyanya. “Karena murid-murid saya yang pinter biasanya suka saya dan suka pelajaran saya” kata saya memberi alasan. Mba Venti kelihatan penasaran mendengar kata saya. “Kok bisa?” tanyanya penasaran. Yaah saya biasa menghubungkan peristiwa yang sedang dipelajari dengan kehidupan sekarang. Diutamakan kehidupan yang dialami anak, setidaknya kehidupan jaman sekarang yang ditunjukkan kepada anak. Atau mengandaikan mereka sebagai pelaku sejarah. Itu makanya Iko mantan murid saya yang bertemu setelah lebih dari 4 tahun lulus SMP masih sangat mengingat cara saya mengajar. Ketika itu saya sedang mengunjungi sebuah tenda milik sekoah yang dulu saya ajar di sebuah perkemahan, Iko dan kawan-kawan yang sedang berjalan-jalan di area perkemahan meihat saya dan mampir bergabung dengan kami (saya dan guru lain pembina pramuka yang mendampingi siswa). “Saya masih ingat Bu, dulu kalau Budartini mengajar serringkali peristiwa sejarah dihubungkan ke jaman sekarang, jadi asik lho Bu, Saya suka sekali !”. Wouw !!

Saya kemudian menceritakan kepada Mba Venti contoh-contoh peristiwa yang saya kontekstualkan itu. Misalnya pada saat mempelajari tentang kerajaan-kerajaan yang pernah berjaya di Indonesia. Ada Sriwijaya, Samudra Pasai, Demak, Banten, Majapahit, Makasar. Kalau kita lihat letaknya, semua kerajaan itu letaknya di tepi pantai atau di tepi sungai yang menghubungkan ke pantai. Anehnya tidak ada yang di tepi pantai selatan yang berhubungan langsung dengan Samudra Hindia. Anak-anak saya minta mencermati letak ibukota kerajaan-kerajaan tersebut di Peta Indonesia dan mengidentifikasi hal yang membuat mereka maju. Antara lain letaknya strategis, di tepi pantai, di depannya terdapat pulau-pulau kecil. Mengapa membuat maju ? Letak itu di tepi jalur perdagangan, pulau-pulau kecil di hadapan pantai berfungsi melindungi kapal-kapal yang ditambatkan di tepi pantai dari ombak-ombak besar. Merekajuga terletak di dekat sungai yang menghubungkan pantai dengan daerah pedalaman. Fungsi sungai itu sebagai jalur transportasi yang membawa barang dari daerah pedalaman ke pantai. Lalu para siswa diajak menyimpulkan jika kita ingin membangun kerajaan (tidak harus diartikan politis bisa saja kerajaan bisnis) maka salah satu yang harus dipertimbangkan adalah letaknya harus strategis, diataranya harus berada ditepi jalur jalan yang ramai dilalui orang. Apa harus di tepi pantai ? Tentu tidak ! Dulu letak ibukota kerajaan di tepi pantai karena jalur perdagangan antar daerah maupun antar negara adalah jalur laut, belum ada bis, belum ada pesawat terbang. Kalau sekarang letak yang strategs itu asal mudah dijangkau. Lalu sediakan tempat parkir yang nyaman, seperti pantai yang dilindungi pulau-pulau kecil di hadapannya, kapal yang merapat terlindung dari ombak besar, makanya tidak ada yang terletak di tepi Samudra Hindia. Tidak hanya itu semua kerajaan besar memiliki armada yang kuat yang akan melindungi para saudagar dari gangguan keamanan. Dengan jaminan keamanan itu para pedagang akan datang membayar bea masuk, membeli barangdagangan kita dan menjual dagangan mereka kepada rakyat kita. Dengan pemasukan itu, perekonomian negara akan menjadi kuat. Itu makanya kemanan harus kita jaga agar para investor lancar menjalankanusahanya, agar pemasukan negara besar, ekonomi kuat dan rakyat sejahtera. Kalau siswa nanti akan membangun “kerajaan”nya juga harus demikian.

Demikian juga ketika mempelajari keruntuhan Majapahit. Di buku disebutkan bahwa penyebab runtuhnya Majapahit adalah perang saudara yang terus menerus, tidak ada negarawan yang kuat, hancurnya perekonomian negara, banyak daerah yang melepaskan diri, masuknya agama Islam. Hal itu tidak hanya terjadi pada jaman Majapahit. Sekarangpun kalau negara kita dilanda pertikaian dan persaingan antar tokoh politik sementara tidak terlahir negarawan yang kuat yang benar-benar mencintai negeri ini sehingga dia hanya bertindak unutk kepentingan negara bukan kepentingan pribadiatau golongan, maka keamanan negara melemah. Perhatian utama bukan pada keamanan tetapi bagaimana memenangkan persaingan. Karena keamanan melemah, para investor menyelamatkan modalnya ke luar negeri. Jika banyak modal mengalir keluar negeri, perekonomian kita runtuh karena pemasukkan negara terus berkurang. Masuknya kekuatan asing hanya penyebab terakhir yang menghancurkan sebuah negara. Semua kelemahan intern akan memuluskan usaha kekuatan asing untuk menguasai negeri ini.

Lain halnya jika kita mempelajari perjuangan pasca proklamasi. Siswa supaya membandingkan peta Indonesia saat merdeka, pada perundingan Indonesia Belanda yang pertama, pada perundingan Linggarjati, pada perundingan Renville dan diakhiri dengan peristiwa Agresi Belanda kedua. Satu kelompok siswa menyajikan di papan tulis peta Indonesia saat merdekayang terdiri dari 8 propinsi tetapi luasnya sama dengan Indonesia sekarang dikurangi papua. Satu kelompok menyajikan peta saat perundingan pertama dengan Belanda yang berlangsung 6 bulan setelah Indonesia merdeka, wilayah Indonesia tinggal Pulau Jawa dan Sumatra. Pada perundingan Linggarjati, wilayah Indonesia memang bertambah dengan Pulau Madura dengan janji Belanda akan meninggalkanwiayah Indonesia itu secara berangsur angsur. Alih alih bersiap meninggalkan Indonesia, ternyata Belanda malah menyerang 5 kota besar di Indonesia dalam agresinya yang pertama. Disusul kemudian Perundingan Renville. Sekelompok siswa diminta menyajikan peta Indonesia menurut perundingan Renville.Akan terlihat Pulau Sumatra dan Jawa serta Madura dikurangi daerah kantong, Sebagian Jawa dan Sumatra dikuasai Belanda, termasuk Jakarta. Para siswa mulai bertanya-tanya :”Ibukota Indonesia bagaimana Bu ?”. Ibukotanya pindah ke Yogyakarta. Saat ibukotanya di Yogyakarta itulah terjadi Agresi Militer Belanda kedua, Yogyakarta dikuasai Belanda, Presiden dan para Menteeri ditangkap Belanda !! Indonesia habis !! Saya suka sekali melihat momen ketika anak-anak murid saya terkesiap. Tapi negara bisa bertahan karena sempat didirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi Sumatra Barat. Sampai disini murid murid saya insya Alloh. menyadari betapa berat mempertahankan negara ini.

Mendengar cerita saya yang panjang dan lebar sehingga luas itu, Mba Venti berkata ;”Waah kalau saja guru sejarah saya seperti Bu Dartini, mungkin saya juga akan menyukai sejarah”. Tapi itulah, sejarah terlanjur menjadi pelajaran yang berkesan membosankan, penuh hafalan, mudah dan tidak penting. Jadi anak-anak biasanya tidak menyukai pelajaran ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

waktu Sipenmaru dulu, saya juga milih jurusan Sejarah bu.

06 Nov
Balas

Oh ya ? Jadinya kuliah sejarah apa ngga ?

08 Nov

Jas merah ya bu. jangan sekali-kali melupakan sejarah. Mantap bu.

06 Nov
Balas

Ok

06 Nov

Ibu adalah guru yang hebat tentu sekarang Ibu pengawas yang menghebatkan...

06 Nov
Balas

Aamiin

06 Nov

Ibu, muantap guru sejarah jaman now, hehe..

06 Nov
Balas

Guru sejarah jaman dulu Pak !

06 Nov

Bu Dartini ketua fatayat yg hebat, dulu ketika muda aku jd anggotanya.

07 Nov
Balas

Oh ya ?? Apa sekarang B Ma'rifah sdh tidak muda ?

08 Nov

mengingatkan saya pada masa masa sekolah . saya juga suka pelajaran sejarah.

06 Nov
Balas

Terimakasih komennya

06 Nov

Hidup guru IPS bu, saya juga guru IPS dg latarbelakang geografi, ngajar di mana bu

06 Nov
Balas

Sdh ga laku ngajar sejarah Pak

06 Nov

Saya paling suka sejarah Bu. Saking sukanya tokoh-tokoh dalam sejarah masih saya ingat. Saya memahami tokoh-tokoh itu kebanyakan dari buku cerita atau biografi. Sayang tokoh-tokoh bersejarah di Indonesia modern belum banyak yang dibuat dalam bentuk cerita.

06 Nov
Balas

Jadi pe er ya Pak ?

06 Nov



search

New Post