Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Memilih Isteri Kedua

Sungguh aku tak pernah merencanakan ini, menginginkan pun tidak. Tak pernah terlintas dalam pikiranku untuk berpoligami. Aku hanya pegawai negeri sipil golongan 3a itupun kucapai setelah masa kerjaku genap 20 tahun, yaa aku hanya pegawai rendahan. Jadi mana mungkin aku memilih isteri kedua ? Apalagi Ani isteriku, ia sangat pencemburu. Itu kutahu dari masa ketika kami mau menikah dulu.

“Mas, kalau nanti kita menikah, Mas mau memberi aku mas kawin apa?”

“Bagaimana kalau seperangkat alat sholat ? Nanti aku belikan yang bagus deh....”

“Ah kalau itu sih standar banget....Aku maunya yang beda dengan kebanyakan orang, ini kan peristiwa penting, sekali seumur hidup lho...”

“Kalau begitu uang saja, jaangan dalam jumlah banyak... aku tidak punya!”

“Apa yang khusus kalau begitu ?”

“Uang tapi jumlahnya merupakan gabungan tanggal lahir kita pasti tidak ada yang menyamai”

“Jadi berapa dong ?”

“Aku lahir tanggal 7 bulan Juni alias bulan enam, kamu lahir tanggal 30 bulan delapan, Jadi 76 ditambah 308, jadi 384,gemana ?”

“Hanya segtu ?Murah amat kau menghargai pernikahan kita? Jangan segitu dong...”

“ Hemmm bagaimana kala dengan tahunnya, jadi 761985 dengan 3081989 jadi jumlahnya 3.843.974. Oke ?”

“Oke deh ! tapi itu baru uangnya, aku mau ada barang yang khas, yang orang lain tidak pernah menggunakan itu sebagai mas kawin. Pokoknya tidak ada yang menyamai !”

“Waah kamu mempersulit aku nih, kamu tahu aku bukan orang kaya.Jadi aku tidak bisa membelikanmu barang barang bagus yang orang lain tidak punya !”

Nggak Maaass... aku tidak minta barang bagus untuk kau beli, boleh kok barang yang sekarang Mas sudah punya. Di rumah Mas kulihat ada pedang doreng yang panjang. Itu milik siapa ?”

“Milik aku!”

“ Nah itu saja, sekalian jadi peringatan buat Mas, kalau berani menduakan aku, pedang itu yang akan bicara!”

“Wah sadis amat!”

“Kalau memang mau menikahi aku, tentu Mas harus setia hanya buat Akusaja. Titik, tidak ada yang lain”

“Oke deh... iya iya !

Kami menikah dengn mas kawin uang sejumlah Rp. 3.843.974 dan sebilah pedang. Teman teman kantorku heboh. “Baru ada pernikahan pakai mas kawin sebilah pedang!” begitu kata mereka. “Yaah, biar tidak ada yang menyamai! Masa peristiwa monumental, hanya sekali dalam hidup kita jalani dengan sesuatu yang standar... yang beda dong !”jawabku enteng. Ada juga yang tanya sama isteriku :”Mba kok minta mas kawin pedang sih ?” Isteriku tersenyum dan menjawab :”Biar Mas Parto nggak berani macem macem. Mas kawin itu kan hak isteri, jadi sekarang pedang itu milik saya !” katanya.

Apalagi kalau ada reuni. Baru diberitahu akalu akau ada undangan reuni dengan teman teman sekolah, dia pasti sudah minta ikut. “Bu besok Ahad, Aku ada reuni dengan teman teman SMA, boleh kan Aku berangkat ?” tanyaku suatu pagi. “Tentu boleh dong Mas. Satu angkatan apa beberapa angkatan ?” tanyanya.”Yang besok hanya satu angkatan, nanti kalau habis lebaran rencananya beberapa angkatan, bagaimana ?” tanyaku lagi. “Ga apa apa, Mas boleh berangkat, tapi aku ikut”. Lho apa kamu tidak ada kegiatan apa apa ? biasanya hari Ahad banyak pertemuan !”. Isteriku memang termasuk aktif di masyarakat jadi hampir setiapAhad selalu saja ada kegiatan pertemuan yang harus diikuti. “Ada siih, hanya senam ibu ibu, biarlah Aku tidak berangkat senam. Pokoknya kalau Mas mau reuni, aku harus ikut. Mas kan ganteng ! Pasti banyak teman teman cewek di sekolah dulu yang suka sama Mas. Aku harus jaga jaga, daripada terjadi sesuatu !”katanya sambil nyengir.

Bukannya aku tipe suami takut isteri, tapi aku lebih suka jalan damai untuk mengamankan kebahagiaan rumah tanggaku. Toh tak ada alasan bagiku untuk menodainya. Jujur aku merasa sangat dicintai ketika isteriku mencemburui perempuan perempuan cantik di kantorku. Toh Ani tak melakukan sesautu yang berlebihan ada rasa cemburu dihatinya.

“Mas hati hati yaa.... di kantor ternyata banyak ibu ibu yang cantik yaa...” katanya suatu hari.

“Tentu... kan di rumah sudah ada yang lebih cantik !” jawabku ngasal.

“Ah gombal ! Awas lho kalau macem macem !” katanya sambil menggelayutkan tangannya di lenganku. “Iya sayaang....” jawabku sambil mencubit pipinya.

Memang sii aku agak sedikit risih kalau dia suka tampil manja dan sedikit pamer kemesraan kalau kami sedang bersama menghadiri family gathering yang setiap tahun diadakan di kantorku. Tapi kuikuti saja kemauaannya. Kupikir kalau dengan begini dia bahagia, kenapa tidak ! Tidak mahal dan tidak sulit !

“Mas mau pilih mana ? Selfi apa Sinta?”

“Heemm .... yang mana ya ? Yang amanah menurutmu yang mana ?”

“Belum tahu yaa... kan kita tidak tahu persis kehidupannya kemarin kemarin, Sinta hidup di Jakarta, sementara Selfi di Pekalongan, tapi akukok tidak suka kedua duanya”

“Kenapa?

“Mereka menjalani hidup dengan nilai yang selama ini aku tolak mentah mentah”

“Tapi itu kan hak pribadinya, kita tdak bisa menyalahkannya!”

“Ia,tapi dengan memilihnya, seperti aku menyetujui cara mereka menjalani hdupnya. Lebih berat lagi bagiku kalau cara itu menjadi berkembang di desa kita. Apalagi kalau menginspirasi banyak lelaki seperti Mas”

“Lho lho kok sampai ke aku ? Dipisahkan dong antara kehidupan pribadi dengan kepentingan masyarakat. Kita itu akan memilih pemimpin untuk desa kita. Selfi maupun Sinta adalah calon kepaa desa yang salah satunya akan kita pilih. Ingat lho di setiap jamaah harus ada pemimpin ! Jadi memilih pemimpin itu wajib. Memang sih kedua duanya berstatus sebagai isteri kedua. Kdua duanya menerima suami yang poligami. Tapi kita harus memilih.”

“Jadi Mas tetap akan memilih isteri kedua itu ?” kata Ani sedikit emosi.

“Yaah... bagaimana lagi? Pilkades kali ini hanya ada dua calon. Dua duanya isteri kedua. Salah sendiri kamu tidak mencalonkan diri. Kalau kamu ikut mendaftar kan aku nanti jadi Pak Kades... he he he..” kataku mengakhiri perbincangan kami dengan canda.

Purbalingga, 8 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya Mantap, Ibu Pengawas. Shiiip

08 Mar
Balas

Cerita yg bagus buk

08 Mar
Balas



search

New Post