Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Menanamkan Memori Kekerasan

Bagai petir menyambar, terjadi lagi kekerasan di dunia pendidikan. Kemarin Kamis tanggal 1 Pebruari 2018, seorang guru bernama Achmad Budi Cahyono meninggal dunia diduga karena dianiaya siswanya sendiri. Guru di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur itu mengajar Mata Pelajaran Seni Rupa diduga dianiaya siswa kelas XI di sekolah tersebut. Kejadian beerawal dari siswa yang tidak terima ditegur oleh gurunya, sehingga terjadi keributan yang diakhiri penganiayaan terhadap guru( http://news.detik.com/berita/3845896/guru-sma-di-sampang-madura-tewas-diduga-karena-dianiaya-siswa )

Kejadian tersebut sungguh sangat memprihatinkan mengingat masalah karakter siswa yang sudah tidak menghargai gurunya sudah banyak terjadi. Perkembangan penyimpangan perilaku siswa saat ini sudah sedemikian luas, mulai dari berbicara tidak sopan, bertingkah laku tidak sopan sampai dengan yang terparah yaitu menganiaya guru. Selain itu mudahnya anak-anak melakukan kekerasan kepada orang lain juga sangat perlu diperhatikan. Video kekerasan antar siswa suah sejak lama ada. Berita bunuh diri dari anak yang masih dibawah umur juga pernah terjadi. Apalagi tawuran antar sekolah yang diwarnai dengan kekerasan menggunakan senjata tajam. Jadi apa yang sesungguhnya terjadi dengan generasi muda kita ?

Beberapa tahun alau dalam sebuah acaradi Pendopo Kabupaten Purbalingga yang saya ikuti, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (sekarang mantan) mengingatkan audien yang berstatus sebagai ibu ibu dengan jumlah ribuan bahwa anak-anak sekarang mudah melakukan kekerasan karena memang memori bawah sadarnya sudah diisi dengan pola kekerasan. Memori bawah sadar itu pada saat saat tertentu akan muncul dan menggerakkananggota tubuh yang lain untuk melakukan tindak kekerasan. Tidak hanya pada pengalaman nyata yang tersaji di depan mata, tetapi juga hal hal yang mungkin tidak kita sadari mengisi alam bawah sadar anak anak.

Hampir semua orang tua jaman now membiarkan anak-anak menonton televisi sejak bayi. Selama mereka menjalani masa pra sekolah, anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya yang bekerja kemudian hidup dengan dijaga pembantu. Agar pembantu bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lain, anak-anak ditinggalkan di depan televisi. Biasanya orang tua merasa cukup aman karena sudah membatasi agar anak-anak hanya menonton film kartun anak-anak saja, jangan menonton tayangan untuk orang tua. Tapi apa yang kemudian terjadi, banyak diantara film kartun itu yang menyajikan kekerasan. Misalnya yang sangat terkenal adalah Tom and Jerry. Selalu tersaji bagaimana si kucing Tom gagal mengejar Jerry tikus, adegan kekrasanpun muncul bertubi tubi. Kadang Tom terlindas mobil sampai rata dengan tanah lalu bangun lagi, atau terjepit pintu lalu bisa lari lagi dan lain sebagainya. Di Film Oscar the Oasis kita lihat bagaimana Oscar mengalami kekerasan terus menerus dengan menabrak pohon berduri dan hancur tapi kemudian hidup lagi. Dan masih banyak film kartun anak-anak yang penuh kekerasan. Silakan para orang tua menemani anaknya menonton film kesayangannya dan saksikan adegan kekerasan yang terus merasuki otaknya. Memori anak dibawah lima tahun belum membedakan nyata dan khayal. Sehingga sewaktu waktu mereka mengira itu bisa dilakukan dan korban akan hidup lagi. Pengalaman yang sudah mengendap di dalam alam bawah sadarnya akan dibawa sepanjang hidupnya. Ini menjadi masalah besar.

Jadi meskipun kita membatasi anak anak untuk hanya menonton film kartun anak, tetapi itulah yang kemudian memenuhi memorinya. Kalau sudah demikian para orang tualah yang ternyata teah membekali anak anak untuk menggunakan kekerasan dalam kehidupannya. Belum lagi efek negatif lain yang terjadi akibat anak ketagihan nonton teleisi khususnya film kartun. Seluruh konsentrasinya tertuju pada apa yang ditontonnya, jadilah ia pribadi yang cuek mengabaikan apa yang terjadi di sekililingnya, juga intoleran. Astaghfirullah hal ‘adziim, na’udzuubillahi mindzaliq.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Perlahan tapi pasyk anak tercemari

02 Feb
Balas

Yaah hampir semua anak bu

02 Feb

Berduka rasanya,,,,,sepertinya kedua pihak memiliki kekeliruan masing masing. Hanya jika yang jadi korban siswa ada penajaman disalah satu pihak.Kelu,,,

03 Feb
Balas

Letakkan TV pada tempatnya. Lingkungan rumah kita terlalu mulia untuk barang yang bernama televisi.

02 Feb
Balas

Harusnya begitu

02 Feb

Saya kadang merasa malu mnjadi guru saat melihat karakter anak anak skrg...BTW bagus Bu tulisannya...

03 Feb
Balas

Sungguh menyedihkan jih Bu...

02 Feb
Balas

Bahkan mengerikan bu

02 Feb

Filter & bimbingan, kadang kita lupa peran itu.

02 Feb
Balas

Betul Pak

02 Feb

Yah ... orang tua harus lebih bijaksana dan lebih banyak ngasih bimbingan dan arahan yg baik manakala anak meniru sifat tokoh kartun yg kurang baik. Yg paling penting mari kita kasih contoh/teladan yg baik secara langsung dari kita , yg semua itu mudah2an yg akan membentuk karakter anak2 kita .....

02 Feb
Balas

Yang ini masuk menjadi memori sepanjang usia, tdk cukup teladan kita kalau tetap membiarkan anak menonton tayangan kekerasan

02 Feb

Orang tua mmpunyai peran besar. kalau ada kejadian ini guru jd terdakwa. pembentukan karakter paling kuat dari rumah tangga. Jaman NOW orang tua memenuhi kebutuhan hidupnya tp sedikit yg memberi bimbingan karakter. saat kmpl dirumah mereka sibuk dh hp nya madong2. anak tdk diajak komunikasi. ini lg berpendapat gih bu.

02 Feb
Balas

Betul bu

02 Feb

yanv lebih dahsyat adalah pdngaruh sinetron2 ,

02 Feb
Balas

Sinetron jelas bu, yg sering tdk disadari maah film kartun kesukaan anak anak bu

02 Feb

Tayangan TV jaman NOW banyak yang merugikan. Orang tua harus peduli terhadap anak ketika sedang menonton tayangan film. Bimbingan mereka cerminan karakter anak.

02 Feb
Balas

Iya bu, masalahnya kita malah sering menghibur anak yang 'disambi' dengan disetelkan TV, gmn tuh

02 Feb

ya, semua karena dampak kreatifitas yang picik (negarif) dari para kapitalis bu yang selaalu mempropagandakan kekerasan sebagai menu utama di televisi. Bu Darti, klihatanya sudah sering menulis, jangan-jangan pernah jadi wantawan kampus waktu kuliyah dulu.

02 Feb
Balas

Betul Pak, lalu apa yg akan kita lakukan ? Eh saya bukan wartawan kampus Pak, cuma waktu anak anak dulu pernah bercita cita jd wartawan, ha ha ha

02 Feb



search

New Post