Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Proyek Baru Kang Dirun

Pagi ini sepulang dari jamaah subuh di masjid depan rumah kami, Ayah kembali ke tempat tidur dan tidur lagi sampai aku membangunkannya untuk sarapan pagi. Ini pemandangan yang tidak biasa. Ayah biasa pulang dari masjid sudah sekitar jam 05.45. Dibanding jamaah yang lain, Ayah memang lebih siang. Kalau jamaah yang lain pulang selepas jamaah Sholat Subuh yang disambung wiridan (bacaan dikirdan berdoa bersama dipimpin imam) dan diakhiri dengan bersalaman antar jamaah. Tapi Ayah akan kembali duduk setelah bersalaman, untuk melakukan dzikir pagi disambung tadarus pagi sampai masuk waktu sholat Dhuha, dan diakhiri dengan sholat dhuha, baru pulang. Sesampai di rumah Ayah biasa menyiapkan makanan ayam dan ke kandang untuk memberi makan ayam peliharaannya. Tak lupa sambil menuju kandang ayam di sebelah rumah ayahjuga membawa pakan ikan untuk 100an ikan patin yang ada di kolam yang berdekatan dengn kandang ayam. Itu ritualyang biasa dijalankan. Tapi pagi ini Ayah tidak memberi makan ayam dan ikannya. Pasti terjadi sesuatu yang menganggu kesehatannya, pikirku.

Aku memang biasa membiarkannya begitu jika semalam ada kegiatan lain yang membuat Ayah kurang tidur. Toh nanti sekitar jam setengah tujuh Ayahjuga akan bangun untuk sarapan pagi, mandi, mengantar Dian anak semata wayang kami ke sekolah, lalu siap siap berangkat ke kantor tempat kerjanya. Kalau kesehatannya yang terganggu Ayah biasa memanggilku untuk memijat kepalanya, atau untuk mengambilkan air minum yang hangat, atau juga mengambilkan obat yang biasa dimakan jika sakit kepala. Tapi kalau tidak memanggil berarti Ayah hanya butuh tambahan karena semalam kurang tidur.

“Semalam Ayah tidak bisa tidur, terganggu suara mobil molen (sebutan untuk mobil pengaduk bahan bangunan untuk cor) yang lalu lalang di jalan depan rumah”, kata Ayah memberi alasan kenapa pagi ini dia tidur lagi. “ Aku juga Yah, mobil molen itu berisik sekali sampai larut malam” sambung Dian. “Lho kok Ibu tidak tahu ya ?” aku menimpali. “ Yaaa... ibu kan tidur gasik, habis Isa langsung tidur, makanya ibu tidak mendengar....” tukas Dian. Semakin bertambah usia aku memang sering merasa kelelahan jika pulang kerja. Apa lagi pekerjaanku di lapangan, jadi sering bepergian jauh. Nah kemarin aku harus mengunjungi kantor cabang yang paling jauh. Pulang sore sebelum mghrib, aku langsung mandi dan bergegas ke masjid. Selepas maghrib sebetulnya aku sudah ngntuk sekali, tapi kutahan sampai jamaah Isa. Pulang dari masjid langsung pulas.

“Tapi.... kenapa mobil molen lalu lalang sampai malam Yah?” tanyaku.

“ Itu.... proyek barunya Kang Dirun”

“Proyek baru ? Kang Dirun punya proyek ?” Aku semakin bingung.

“Iya... Kang Dirun sekarang punya proyek, yaitu... proyek pengecoran. Lihat saja beberapa tetangga kita, sekarang halamannya pakai cor. Naah... Kang Dirun yang mendatangkan mobil mobil molen besar itu. Kemarin saja Bu Anggi ikut menyirami halaman rumahnya yang cornya baru, katanya biar proses pengerasannya lebih baik”

“ Oooh begitu...”

Kang Dirun tetangga kami, kecuali mengerjakan sawahnya yang tidak luas itu, ia juga bekerja serabutan kepaa tetangga tetangga yang membutuhkan jasanya. Ia bisa membersihkan kebun, menyiapkan lahan tanam diladang, memotong rumput, atau merapikan pagar tanaman. Kalau tidak ada yang menyuruhnya, Kang Dirun lebih suka duduk duduk di pinggir jalan, kalau kalau ada truk pengangkut pasir yang lewat, lalu ikut dengan truk itu bersama dengan teman temannya yang tetangga kami juga. Mereka menggali pasir di sungai, atau sekedar menjadi kuli bongkar muat bagi truk pengangkut pasir itu. Itu makanya Kang Dirun kenal dengan sopir sopir truk yang biasa melewati desa kami.

“Tapi kok bisa Kang Dirun mendatangkan truk truk molen dan kemudian mengecor halaman bebrapa rumah dan kantor di desa kita ? Bukankah hanya proyek besar yang bisa mendatangkan truk truk molen yang besar itu ?” Aku masih juga tidak paham.

‘Ya memang proyek besar yang mendatangkan molen itu, kan di desa sebelah ada pembangunan bandara ! “

“Kenapa pengecoran bandaranya sampai ke sini...?”

“Bukan pengecorannya sampai ke sini, tapi truk truk molen yang mengantar bahan cor ke bandara itu setelah isinya ditumpahkan di bandara, lalu “membersihkan” ruang diatas mobilnya dengan cara menumpahkan sisa sisa bahan cor tadi ke desa kita. Kang Dirun yang mencari pembeli di sini. Truk truk itu tinggal datang, ditunjukkan alamat pembelinya, ditumpahkan, dan ..... jadi duit...!”

“Ooooh...gitu, paham.. paham.... Tapi.... kenapa sampai malam ?”

“Lhoo kan pengecoran landasan pacu di bandara itu luas, padahal pengecoran yang bagus itu tidak terputus putus untuk satu area. Maka seringkali melewati waktu kerja di siang hari. Sampai malam pengecoran bandara itu, dan tentu sampai ke desa kita juga malam. Dan truk itu banyak, maka terdengar bising dan lalu lalang sampai malam”.

“Ya...ya....sekarang Aku ngerti Yah...kenapa minggu lalu Om Nono marah marah, proyek semacam ini yang bikin Om Nono kesal !

Om Nono adik Ayah yang bekerja sebagai dosen tu memang terbiasa berpikir ilmiah, dan menghitung secara cermat kegiatan yang akan dilakukannya. Kebetulan Om Nono sedang membuat bangunan bertingkat di desanya. Untuk membangun dak yang akan menjadi lantai dua rumahnya. Berdasarkan luas lantainya, Om Nono sudah menghitung kebutuhan bahannya. Ia pun mendatangkan mobil molen untuk memasok bahan cornya. Ternyata setelah mobil molen itu menuangkan adukannya, material cor itu kurang alias tidak menutup luas lantai yang dibutuhkan.

“Harusnya tidak kurang ini Pak” kata Om Nono kepada sopir molen. “Truk ini kan berisi 5000m³, saya butuh 25000m³, jadi say pesan 5 truk, tapi kenapa kurang ?” Om Nono marah marah. Sopir dan krunya tetap berkeras kalau semua sudah dituangkan seperti biasa. “Kami sudah menuangkan semua Pak, sekarang sudah habis !” tegasnya. Om Nono terpaksa meminta kuli kuli bangunan di rumahnya untuk membuat adukan sendiri secara manual untuk menambah kekurangan cor.

Ketika Aku berangkat kerja pagi ini, kusempatkan untuk memperhatikan halaman rumah tetangga tetanggaku. Sekarang sudah rapi semuanya tertutup semen cor. Kalau musim hujan tidak becek lagi, rumput liar pun tak tumbuh. Tapi haruskan suatu saat kami akan mengalami kekeringan di musim kemarau, saat persediaan air di dalam tanah kami sudah habis? Apakah kami juga akan merasakan banjir saat hujan melanda dan air tak lagi meresap ? Dan apa kami juga akan terus merasakan naiknya suhu udara karena lantai cor itu ikut menambah panasnya udara di lingkungan kami ?

Purbalingga, 25 Januari 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sae, Bu Dartini. Mangga nyerat malih.

01 Feb
Balas

Keren ..

01 Feb
Balas



search

New Post