Darul Setiawan

Guru PJOK Alumnus S1 Pend. Olahraga Unesa Karir Mengajar: SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, SMP Negeri 3 Sidoarjo ...

Selengkapnya
Navigasi Web
COVER BOTH SIDE (7)

COVER BOTH SIDE (7)

INI bukan soal keminggris. Bukan pula soal habituasi atau ODL ke Pare, Kediri. Tapi memang besok sudah akan dimulai belajar cas-cis-cus bahasa Inggris. Maka, istilah pada judul memakai bahasa Inggris karena sering dipakai dalam ranah jurnalistik.

Jika seorang pewarta ingin mengabarkan suatu peristiwa, maka dia harus menerapkan cover both side, yang menjadi salah satu kaidah dalam jurnalistik.

Dia harus berimbang, berada di tengah, non-blok. Dalam pemberitaan yang ditulis juga tidak berpihak. Maka, dua sudut pandang dari masing-masing narasumber harus disertakan dalam berita.

Contohnya, ketika Persebaya malam ini bertanding lawan Bali United. Sebagai pewarta umum, bukan media officer atau humas salah satu dari dua klub tersebut, maka berita harus menyertakan dua narasumber dari masing-masing klub.

Bagaimana persiapan kedua tim dalam menghadapi matchday tunda ini. Meskipun sebagai pendukung Persebaya, kita tidak boleh mengabaikan apa dan bagaimana kondisi dari Bali United. Keberimbangan dalam menuliskan sudut pandang berita itulah yg dinamakan cover both side (CBS).

Prinsip CBS sebenarnya tidak hanya berlaku dalam dunia jurnalistik. Di kehidupan nyata, pola pandang seperti itu juga perlu untuk diterapkan. Sebagai insan kamil, manusia dibekali nalar untuk berpikir kritis. Tidak bermain prasangka apalagi penghakiman tanpa data, fakta, dan logika. Hanya memakai perasaan dan kebaperan.

Jika CBS diterapkan, maka kita tidak mudah untuk menjustifikasi suatu berita tanpa cek kebenarannya terlebih dahulu. Kita pun terhindar dari asumsi yg terlalu dini, karena telah menggunakan prinsip CBS dalam berpikir, bernalar, berpendapat, sampai bertindak. Kita pun lebih bisa menghindarkan diri dari jebakan berita palsu dan hoaks.

Memang menggunakan CBS ini tidak mudah diterapkan, apalagi jika dlm lingkungan dan zona kehidupan kita ini mudah dipenuhi prasangka dan asumsi dini. Keterbatasan tersebut ditambah dengan pola lingkungan yg menerapkan sistem katak dalam tempurung.

Seseorang yang merasa tahu semuanya, padahal sebenarnya tidak. Seseorang yg merasa tahu sebab-musababnya, padahal nihil. Karena sejatinya dia berada dalam tempurung. Gelap nan pekat.(*)

Bulu, 5 Januari 2022

Tantangan Menulis Gurusiana 365 #7

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post