Darul Setiawan

Guru PJOK Alumnus S1 Pend. Olahraga Unesa Karir Mengajar: SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, SMP Negeri 3 Sidoarjo ...

Selengkapnya
Navigasi Web
JERUK KARAPAN (11)

JERUK KARAPAN (11)

ADZAN ashar berlalu kumandang saat kami tiba di rumah Pak Am. Saya, Pak Afsa, Bu Eka, serta Bu Nuna. Kedatangan kami untuk menyelesaikan berkas administrasi.

Untuk itu kami semua dengan mobil sekolah berangkat menjelang ashar. Rumah ketua komite SMPN 3 Sidoarjo itu di Puri Indah. Berbekal kepastian adanya beliau di rumah dari sambungan telepon, kami berempat langsung tancap gas.

Tiba di rumah Pak Am, kami dipersilakan masuk. Yang mempersilakan adalah Bu Am. Si empunya rumah ternyata masih di masjid. Kami pun berterima kasih pada Bu Am, dan memilih menunggu di luar rumah.

Tak sampai 10 menit Pak Am datang. Kembali kami dipersilakan masuk. Untuk kali ini kami harus manut. Karena tujuan kami memang ke Pak Am, untuk minta tandatangan.

Di ruang tamu itu kami dipersilakan duduk. Di tengah-tengah kami ada meja tamu, dengan air mineral dan jeruk kecil yang ada di atasnya. Yang membetot perhatian kami ada pada jeruk tadi.

Kata Pak Am, jeruk itu lokal. Dari pulau garam dan karapan sapi: Madura.

"Ini manis," kata beliau sembari mempersilakan kami mencicipi buah yang lebih mirip jeruk nipis tersebut.

Saya yang awalnya ragu dengan penampilan jeruk itu, akhirnya ingin mencobanya. Kulitnya yang tipis saat dikupas mirip baby ponkam asal dataran Cina. Bedannya cuman di kulit luarnya. Jeruk Madura ini kulitnya lebih hijau kekuningan. Bukan orange.

"Manis Bu. Bener," kata saya pada Bu Eka dan Bu Nuna. Mereka berdua hanya nyengir. Pak Afsa terlihat juga mengupas satu buah.

Di akhir, Pak Am, memberi kami 'oleh-oleh' jeruk Madura itu masing-masing dua buah.

"Kalau mau nemu buah ini di Hero," kata Pak Am seolah sudah bisa menjawab pertanyaan hati kami.

**

Jeruk Madura ini memberi pelajaran berharga akan sebuah tampilan dan isi. Sesuatu tidak selamanya bisa dinilai dari penampilan luarnya saja. Dari kemasan. Don't judge the books its by cover. Begitu kira-kira quotes yang sering kita dengar.

Seringkali kita terpana karena pencitraan dan kemasan luar. Kita terbuai lalu tertipu pada kulit luar, sehingga mengabaikan makna isi. Branding tanpa peningkatan kompetensi hanya ilusi.

Maka 'peningkatan isi' melalui karakter dan attitude adalah koentji. (*)

Pucanganom, 11 Januari 2022

Tantangan Menulis Gusiana 365 #11

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post