Persis selesai azan salat asar, Tarno tiba di rumah. Dia langsung memarkirkan sepeda motornya di tempat biasa dan masuk rumah. Ibunya yang sedang memasak di dapur mengetahui kedatangan anak semata wayangnya itu dan memintanya untuk langsung ganti pakaian dan salat asar di masjid. Tanpa memberi alasan, Tarno melakukan apa yang dipinta oleh ibunya.

Tiba di masjid, Tarno bertemu dengan Pak Bambang, sang marbut, yang sedang duduk, berzikir di depan mimbar. Tarno meminta izin, "Boleh salat sunah dulu, pak?" Pak Bambang mempersilahkan. Tak lama kemudian, beberapa orang datang untuk salat berjamaah salat asar di masjid.

Selesai salat asar, Pak Bambang menghentikan langkah pulang Tarno. Pak Bambang ingin membicarakan hal yang serius. Mereka berdua duduk di teras masjid. Dia meminta pertimbangan kepada Tarno terkait niatnya untuk melamar ibunya yang sudah lama menjanda dan Pak Bambang juga lama menduda. Tarno yang hampir lulus SMK itu pun masih bimbang untuk memutuskan apakah Pak Bambang adalah pengganti ayah yang baik untuknya dan suami yang baik untuk ibunya.