Etika kepenulisan secara penuh dipegang oleh sang penulis untuk menghindari plagiarisme, alangkah bijaksananya jika seorang mengemukakan pendapatnya dapat dihargai layaknya seseorang yang sudah bekerja keras dengan menyumbangkan ide dan gagasannya melalui sebuah tulisan. Bentuk lain dari kode etik penulisanpun harus dijaga oleh sang editor yang sejatinya merekalah yang membuat tulisan kita menjadi cantik dan enak untuk dibaca. Tapi jika tulisan tersebut dicaplok sepenuhnya oleh tim editor apa jadinya? Naskah yang kita buat dengan susah payah dengan sendirinya berpindah tangan pada orang lain, sedangkan sang editor tersebut hanya membetulkan bagian-bagian yang kurangnya saja, setelah itu nama sang penulis dicatut begitu saja, ini sudah melanggar aturan, apalagi kegiatan kepenulisan ini dekat sekali dengan dunia kependidikan, bagaimana mungkin seorang pendidik bisa memberi aturan baku yang salah? Seperti kasus yang dialami oleh saya sendiri, ini menjadi bumerang bagi diri saya sendiri, tuaian protes pun akhirnya dilayangkan pada pembuat berita. Alhasil jawabannya “maaf ada kesalahan nama oleh sang editor, dan terlanjur sudah tayang di web”! Hey halooo ini dunia sudah canggih, jamannya bisa edit mengedit, tulisan salah bisa dihapus, tanpa terkecuali. Jangan sampai karya milik orang lain dianggap sepele keberadaannya, justru itu pemicu semangat untuk berkarya akan berkurang, dan otomatis ada konsekwensi yang harus diterima bagi sang pencari berita, tidak asal dapat kirim naskah dari sang kontributor lantas ganti nama, kode etik dilanggar ini pembunuhan karakter, pelecehan intelektualitas yang seharusnya tidak terjadi dalam dunia penididikan khususnya bidang kepenulisan. Semoga dengan adanya tulisan ini siapapun dapat tersadar atas kesalahan yang telah diperbuatnya, dan jangan sampai merugikan orang lain.