Dati Dahliana, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pejuang E Raport dan Pejuang Banjir

Sore itu langit telah menenggelamkan sinarnya, awan hitam ditemani rinai yang sangat deras tak menyurutkan langkahku untuk cepat kembali pulang ke rumah, kicauan senja tak secerah hariku, mega tak bersahabat denganku, sebersit pilu dan gundah terasa menggelayuti diri yang tengah bimbang. “Apakah aku bisa pulang ke rumah tanpa ada halangan besar yang akan menghampiriku?” Sedari tadi hujan mengiringi langkahku,aah..rupanya otakku telah bekerja keras seharian, gerutuanku takkan menyelesikan semua permasalahanku.

Selepas mengerjakan tugas pengisian E raport yang begitu banyaknya, otakku tak berhenti sampai disitu, belum lagi rapot yang harus kutulis dengan tangan, ohh nasib dipenghujung pembelajaran setiap tahunnya seperti ini. Aku tak menyesali karena profesiku seorang guru, karena ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan.

Hari ini aku akan berbagi kisah tentang perjalan pulang ke rumah yang begitu sangat membutuhkan banyak perjuangan. Aku baru saja memulai langkahku, namun tiba-tiba seorang sahabat berteriak padaku,”Haii.. mau pada kemana, tunggu dulu sebentar masih hujan, di Cimahi lagi banjir!” teriak Pak Asep pada kami yang hendak bergegas membawa kendaraan untuk pulang, aku tak menghiraukan seruannya, karena aku sudah ingin sampai di rumah, walaupun hujan sangat deras. Memang terlintas dipikiranku jika hujan besar pasti arah Bandung itu sangat macet dan banjir.Tapi yah.. mau apalagi kupatahkan itu semua, karena keinginanku yang besar untuk cepat pulang.

Hujan mengiringi langkahku mulai merejam semua tubuhku, walaupun aku mengenakan jas hujan tapi tetap saja tangan dan kakiku tak tertutupi hangatnya jas hujan. Rasa dingin mulai menjalar keseluruh tubuh yang tak terlindungi jas hujan.Kehangatan dari kulit tubuhku mulai menghilang sedikit demi sedikit.

Tanpa terasa lima belas menit sudah berlalu, dan aku harus menapaki jalan raya yang digenangi oleh air hujan yang cukup lumayan tinggi. Volume air yang begitu besar dan mengalir begitu deras memaksanya memuntahkan disepanjang jalan, hingga tak menyisakan ruas jalan yang kering, bahkan gorong-gorongpun tampak tak terlihat.

Perjuangan mulai terasa diseputar jalan raya, tiba-tiba saja seluruh kendaraan berhenti, Aku mulai melihat ke kanan dan ke kiri ada apakah gerangan yang membuatnya jalan ini menjadi terhenti seperti ini, ketika aku melihat ke arah depan, tampak mobil sedan yang berhenti karena mogok terendam air banjir di sepertiga badannya.

Aku berfikir kejadian ini pernah aku alami setahun yang lalu, aku pernah terjebak dijalanan seperti ini, uji nyaliku kembali memuncak, melihat keadaan yang serba tak memungkinkan mau tak mau aku harus menghadapi sendiri, walaupun disekitarku banyak pengendara sepeda motor lainnya tapi tetap saja aku harus berjuang sendiri, melawan arus banjir yang deras dengan kekuatan mental dan keberanian sangat tinggi. Kupijakkan kakiku dijalanan agar bisa mengukur kedalam air yang harus aku lalui, yah sepertinya sampai knalpot saja, namun derasnya air yang harus kulalui mengharuskanku untuk tetap berhati-hati dan waspada jangan sampai aku terbawa arus.

Setelah aku yakin bisa melaluinya, aku mengikuti rombongan sepeda motor yang mulai bergerak satu demi satu, hanya barisan sebelah kanan jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan bermotor karena tidak terlalu deras arusnya. Gas dan rem siap-siap kuhentakkan dalam perjalanan yang menegangkan ini, tak lupa doa yang selalu aku dawaikan agar mendapatkan pertolongan dan perlindunganNYA.

Alhamdulilah pergerakan motorku bisa stabil,sekitar lima ratus meter aku harus menghalau banjir yang menghadangku, dan tibalah dipenghujung jalan, kulihat air yang tak begitu besar pertanda semuanya akan berakhir. Setelah beberapa menit yang menegangkan kulalui akhirnya laju kendaraanku kembali normal, Namun baru saja beberapa langkah berjalan tampak terlihat gerombolan kendaraan yang berhenti dan terdiam kembali, rupanya banjir ke dua menghadang.

Aku mulai panik karena genangan air yang sekarang lebih tinggi dan deras daripada yang tadi. Suara bising klakson dari kendaraan mulai terdengar, mereka tak sabar ingin bergegas dan menerobos banjir ke dua. “Apa yang harus kulakukan?” otakku kembali berputar, apakah aku harus melanjutkan atau menunggu banjir reda?.

Kebekuan menjalar diseluruh tanganku, karena dingin membuat tangan ini sulit bergerak. Mataku mulai terasa perih karena air hujan yang menghujam mataku.Aku tak bisa menarik tanganku dari hujan, aku harus melanjutkan perjalanan ini. Setelah menentukan sikap apa yang harus aku lakukan, akhirnya aku kembali bergerak mengikuti rombongan kendaraan bermotor.

Seorang pengaman yang berada ditengah jalan raya mengarahkanku agar berjalan mengambil bagian kanan bahu jalan agar tak terbawa arus. Aku melihat banyak sekali sampah berterbangan dimana-mana, aku juga melihat bambu yang cukup panjang menghalau jalan hingga aku harus berhenti untuk sesaat, otakku mulai pusing melihat genangan air yang begitu besar.” Ya Tuhan lindungi aku, kuatkan aku” tak henti-hentinya aku berdoa memohon perlindungan pada Yang Maha Kuasa.

Akhirnya dengan penuh kesabaran dan kewaspadaan aku berhasil menaklukan banjir yang menghadang jalanku. Namun tiba–tiba saja setelah aku berjalan beberapa meter, rem motorku seolah tak berfungsi, ketika aku mencoba menghentikan laju kendaraanku tiba-tiba kendaraanku tetap berjalan tak mau berhenti, “Ya Tuhan cobaan apalagi ini?” dadaku berdegup begitu kencangnya, apa yang harus aku lakukan? Aku berteriak dalam hati, sambil meneteskan air mata karena rasa takut yang menghantuiku, bayangkan aku harus melajukan kendaraan dijembatan layang dan harus turun dengan menggunakan rem yang tak berfungsi.

Aku pasrah dan tak bisa melakukan apapun, berteriakpun rasanya sulit, aku mencoba memijit sedikit demi sedikit rem yang ada ditangan ini, untungnya kendaraan tidak terlalu banyak karena mereka masih terhadang oleh banjir, alhasil aku bisa mendarat didataran yang agak rendah dan tidak terlalu curam.

Pengalaman yang sangat berharga bagiku. Rasanya aku tak mau mengulangi lagi. Disepanjang jalan aku mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas perlindungannya. Akhirnya setelah perjalanan yang menegangkan dan melelahkan tibalah dirumah yang aku cintai, dimana keluarga kecilku telah menunggu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow... Mantap

14 Dec
Balas



search

New Post