dhebora krisnowati art

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMBANGUN CITRA SEKOLAH BUDAYA YANG BERMARTABAT

Sekolah merupakan suatu institusi sumberdaya manusia tangguh berbudaya tingkat tinggi, yang tidak bisa dianggap remeh walau yang ditangani adalah anak didik usia kanak-kanak dan remaja , juga dari strata ekonomi di bawah rata- rata . Bukan status sosial ekonomi yang harus mendapat perhatikan secara lebih, namun anak-anak ini adalah benih-benih bangsa yang harus dirawat, dipelihara dan dibentuk karakernya sehingga menjadi manusia unggul yang berbudaya yang mencintai bangsa dan tumpah darah Indonesia.

Untuk mencetak generasi berbudaya, berkarakter kuat dan berkepribadian mantap, dibutuhkan orang-orang yang punya komitmen dan kompetensi untuk melakukan pembelajaran yang manusiawi. Pembelajaran yang manusiawi itu pembelajaran yang menyenangkan dan mendidik sesuai situsi dan kondisi lahir batin, bakat minat serta kemampuan siswa. Disiplin tanpa kata-kata kasar, disiplin tanpa kekerasan fisik. Siswa senang belajar, guru senang belajar pula dalam proses mengajarnya.

Dalam mengembangkan brand atau citra diri sebagai sekolah budaya, berarti sekolah tersebut dianalogikan sebagai rumah budaya , dan lingkungan sekolah sebagai ladang budaya. Sekolah sebagai rumah budaya "Sasona Kridha Budaya " menuntut Kepala sekolah maupun guru sebagai pamong menjadi "petani budaya." Para petani budaya inilah yang harus mengolah ladang budaya. Mengolah ladang bearti juga mempersiapkan lahan, menyemai, merawat serta menjaga pertumbuhan nilai-nilai luhur budaya bangsa kepada para siswa.

Kepala Sekolah dan guru saling menghargai dan menghormati, saling asih, ,asuh dan saling mengasah kompetensi. Suasana nyaman , harmonis ,akan tercipta jika semua warga sekolah melaksanakan komunikasi mengena dengan santun. Kenyamanan di sekolah menimbulkan suasana hati yang gembira, krasan di sekolah, serta mendorong warga sekolah penuh semangat untuk berkomitmen menggapai visi bersama.

Lingkungan sekolah budaya budaya merupakan ladang budaya , di ladang inilah terjadi proses transformasi nilai- nilai religius,nasionalisme, mandiri, gotong royong dan integritas . Guru sebagai pamong benar-benar dituntut untuk mampu menjadi teladan, misalnya ketika menugaskan siswa membaca 15 menit sebelum pembelajaran di mulai,guru juga harus membaca, ketika siswa menulis jurnal belajar, guru juga menulis jurnal mengajar, sehingga semuanya harmoni dan seimbang. Tidak ada guru yang meragukan kemampuan siswanya karena para guru paham benar kondisi siswa-siswanya. Tidak ada siswa bodoh, karena semua guru memahami potensi murid-muridnya dan mampu memberi kepercayaan penuh kepada murid sebagai mahkluk unik yang masing-masing memiliki manfaat dan martabat di hadapan Tuhan.

Di Sekolah dengan Citra Sekolah Budaya, nilai kognitif bukan tujuan utama, karena yang menjadi orientasi adalah karakter atau watak, analoginya jika anak berkarakter positif, dia akan mempunyai motivasi positif, dia akan berfikir positif sehingga mendorong untuk berperilaku positif. Berarti, jika karakter dan kepribadiannya kuat, secara otomatis akan terarah untuk berprestasi dalam bidang akademik yang bersifat kognitif maupun non alkademik yang bersifat afektif dan psychomotorik.

Guru, siswa, dan semua warga sekolah harus paham dan menyadarai bahwa sikap mendewakan kognitif atau segala sesuatu diukur dengan nilai pengetahuan saja, akan menimbulkan ketidak jujuran, ketidak jujuran akan menghancurkan kasih sayang karena pasti terjadi persaingan yang tidak fair, jika terjadi semacam itu dampaknya adalah pertikaian, permusuhan dan kehilangan rasa manusiawi.

Anak-anak berbudaya, adalah anak anak yang berkarakter kuat, berkepribadian kuat siap menerima tanggung jawab sesuai kemampuan dan peran yang diamanahkan kepadanya dengan senang hati, komitmen tinggi dan semangat berprestasi, karena mereka merasa sebagai mahkluk yang bermartabat dan bermanfaat,unggul namun tidak sombong,menyadari posisi dirinya di hadapan Tuhan, di rumah, di sekolah dan di masyarakat .

A. Membangun citra diri sekolah (Image building)

Perubahan pertama yang harus dilakukan dalam membangun citra diri sekolah adalah mengubah pola pikir dan perilaku praktis menjadi visioner. Mengutamakan meraih visi melalui tujuan-tujuan yang tersruktur lebih penting daripada disibukkan menghadapi masalah yang pasti timbul. Jika terjadi masalah harus dihadapi dengan bijaksana dan manusiawi, jangan sampai tenggelam dalam masalah tersebut, sehingga lupa pada tujuan dan goal visi yang seharusnya dicapai.

Penerapan teori dan praktek yang seimbang untuk membangun budaya melalui bahasa dengan strategi menanamkan, dalam hal menanamkan ini berarti dilakukan pembiasaan yang berulang-ulang, setiap saat setiap hari, dirawat dan diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Semuanya itu haruslah diimbangi dengan kerja giat, kerja cerdas untuk memperbaiki keadaan.

Membangun citra diri sekolah dengan keteladanan sikap beriman dan budaya Indonesia yang santun ,disiplin, bertanggung jawab, ramah dan cinta damai Meningkatkan standart ketuntasan belajar, prestasi belajar dan ujian akhir sekolah. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien dan menyenangkan dengan pendekatan konstruktif berbasis kearifan kebudayaan bangsa Indonesia. Mengembangkan inovasi pendidikan. Melaksanakan penilaian sesuai dengan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran dan mengadakan program pengayaan serta remedial. Mengembangkan kualitas kinerja tenaga pendidik dan kependidikan dalam rangka memberikan pelayanan optimal yang ramah siswa untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan.

B. Membangun Karakter (Character building)

Karakter yang kuat menjadikan manusia dengan kepribadian kuat, manusia berkepribadian kuat adalah manusia unggul dan berbudaya. Manusia berbudaya memiliki kemampuan olah pikir, olah rasa dan olah jiwa dan olah tubuh yang mantap. Manusia berbudaya tentu memiliki sikap taat berketuhanan, santun, mandiri, gotong royong, nasionalisme dan memiliki integritas tinggi. Membangun karakter dapat dilaksanakan dengan keteladanan dan pembiasaan, termasuk diantaranya menumbuhkan budaya literasi, gemar membaca, menulis dan mengadakan penelitan berskala lokal untuk memperluas wawasan dan membentuk manusia berpengetahuan sehingga dapat memperoleh out put peserta didik yang berkualitas.Pengembangan karakter juga bisa dilaksanakan dengan mengembangkan persepsi apresiasi seni budaya dan olah raga. Kegiatan sekolah yang nyata untuk mengembangkan pendidikan karakter adalah mengoptimalkan kegiatan ektra kurikuler dibidang keagamaan , seni budaya dan olahraga, menata lingkungan dan ruang belajar yang kondusif, melaksanakan muatan lokal yang berwawasan nasional dan global

Penumbuhan nilai etika dan estetika melalui penanaman pembiasaan bertutur dan berperilaku santun, saling memberi salam dengan bahasa yang tertata, turun dari sepeda motor dan menuntunnya ketika memasuki halaman sekolah.Membiasakan menghargai diri sendiri dengan menjunjung tinggi etika dan estetika, berpakaian yang menunjukkan budaya Indonesia. Literasi sebelum pembelajaran dan keteladanan sikap santun, ramah, disiplin, bertanggung jawab di dalam dan diluar lingkungan sekolah.

Menumbuhkan budaya, seharusnya lebih dulu diawali dengan menanamkan pengertian tentang pribadi, agar tumbuh kesadaran bahwa budaya itu bersumber dari setiap pribadi. Dimana dalam setiap pribadi itu tumbuh kehendak dan rasa. Kehendak dapat melahirkan bahasa dan pola pola keterikatan kehidupan keluarga, kelompok dan masyarakat. Yang darinya lahir nilai, norma norma dan tatanan sosial. Sedangkan rasa, melahirkan seni dan ajaran ajaran batin,moral, pendidikan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.

Mengajarkan dan membudayakan dasar-dasar budaya itu amatlah penting, dimulai dari kesadaran setiap pribadi akan makna dan pengertian budaya yang sudah ada didalam dirinya, yang meliputi cipta - rasa - karsa yaitu energi dasar atau disebut budi-daya (keseluruhan tentang dorongan ingin memperoleh pengetahuan, dari sikap dan prilaku yang diajarkan atau diwariskan dalam generasi nya.) Sumber gagasan sebagai sesuatu yang abstrak akan menjadi pedoman setiap pribadi dalam bersikap demi memahami rancangan hidup atau budaya tersebut. Dari kesadaran pribadi akan sumber gagasan tersebut - yang darinya melalui proses belajar lahirlah pemahaman akan nilai nilai budaya.

Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai sistem gagasan dari dalam pribadi manusia yang tumbuh setelah logika akademik nya, hati dan perasaan nya, melalui proses pendidikan. Budaya sebagai sumber tingkah laku manusia yang nota bene makhluk sosial memiliki martabat dalam masyarakat nya, seperti sebutan anak kepada orang tuanya, anak kepada kakak, kepada adik , kepada nenek dan kakek, paman dan bibi, pribadi kepada pribadi lain nya, dalam ukuran usia, kedudukan dan jabatan.

Dari setiap pribadi yang memiliki sumber gagasan tersebut maka lahirlah sistem kemasyarakatan berbentuk kesepakatan tatanan adat istiadat, yaitu kompleksitas bertujuan untuk mengatur pedoman prilaku dlm aktifitas interaksinya. Sesederhana apapun masyarakat, pasti ada sejumlah nilai nilai dan sistem budaya didalamnya. Karena setiap masyarakat pastilah memiliki konsepsi ideal sebagai sumber tingkah laku, termasuk masyarakat sekolah dengan budaya sekolahnya.

C.Membangun Institusi (Institutional building)

Membangun institusi dengan menerapkan Management berbasis sekolah (MBS) Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif, dan efektif. Membangun hubungan yang harmonis dan sinergis dengan pemangku kepentingan dan masyarakat pelanggan pendidikan

Peran hubungan masyarakat sangatlah penting dalam membangun institusi ini. Kepala sekolah dituntut untuk mampu menjalin hubungan kolegial dengan lembaga-lembaga terkait untuk pengembangan sekolahnya. Selain dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai induknya, sekolah juga mengembagkan hubungan dengan instansi lain dan komunitas yang ada di masyarakat.

Kemampuan kepala sekolah dalam mengembankan hubungan dengan masyarakat sangat mebantu dalam pengembangan sekolah apalagi di era "pendidikan gratis" seperti saat ini. Dengan terjadinya hubungan kolegial lintas sektoral sekolah akan mengalami banyak kemudahan, misalnya dengan kepolisian dalam hal penyuluhan narkoba , dengan KODIM atau KORAMIL dalam hal ketertiban, dengan PUSKESMAS dalam bidang kesehatan, UKS, Tiwi sada dan lingkungan sekolah sehat. Menjalin hubungan dengan komunitas seni budaya dalam hal pengembangan minat dan bakat siswa juga sangat membantu dalam mempublikasikan sekolah. Brand sekolah Budaya akan populer jika dipublikasikan juga melalui media masa, oleh karena itu, perlu memunculkan keunggulan yang unik, even yang menarik yang layak diliput media masa

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Membangun budaya sekolah yang berkarakter memang butuh kesinergian antara semua unsur yang terkait dengan lembaga. Sukses yuneeeee

05 Apr
Balas



search

New Post