INDUKTIF-EMPIRIS DALAM K-13
Sikap apatis terhadap perubahan kurikulum akan selalu ada. Bagi mereka, otak-atik kurikulum hanyalah usaha untuk menutup akar permasalahan pendidikan sesungguhnya. Merubah kurikulum dirasa lebih mudah daripada merubah permasalahan pendidikan lainnya. Apapun paradigma terhadap respon perubahan kurikulum, akan sangat bijak bila kita mau melihat dari sisi positifnya. Apa yang dimaui kurikulum 2013 dan pencapaian tersirat yang seperti apa yang diharapkan oleh kurikulum 2013. Itulah fokus tulisan ini sehingga kita bisa melihat dari sisi yang berbeda.
Tulisan ini berangkat dari sebuah pertanyaan, mengapa saat ini pendidikan kita hanya menghasilkan para kritikus tapi lemah dalam penemuan maupun riset lapangan? Bukan hanya mereka yang sudah memperoleh gelar doktor maupun magister, mahasiswa yang baru duduk di semester pertama pun, sudah pandai dalam mengkritik. Terlebih lagi bidang yang bukan dikuasainya pun, berani untuk dikritisi. Dari pertanyaan inilah saya seperti menemukan benang merah proses pendidikan turut membentuk pola pikir manusia.
Disadari atau tidak, pola pembelajaran saat ini (sebelum perubahan kurikulum) itu bersifat deduktif-kritik. Artinya, siswa kita dari tingkatan dasar sampai menengah, bahkan mahasiswa sekali pun selalu belajar dari pola umum yang kemudian dikritisinya. Sebagai guru bahasa Indonesia misalnya, ketika ada materi puisi, pasti pembelajaran yang pertama dilakukan adalam definisi puisi, jenis-jenis puisi, ciri-ciri puisi, perkembangan puisi kemudian diakhiri dengan contoh. Pola tersebut juga sama dengan materi-materi lainnya yang dimulai dengan definisi umum, kemudian contoh dan diakhiri dengan pembelajaran mampu membuatnya.
Apabila perkembangan informasi belum terlalu cepat, pembelajaran pola tersebut dapat diterima. Akan tetapi di era yang segala mudah mengakses informasi, pembelajaran yang harus dimulai dengan definisi umum saya pikir terlalu menghabiskan waktu. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa bisa menemukan sendiri dan mencari tahu dari berbagai referensi. Jika masih selalu dimulai dengan definisi umum, sungguh produk akhirnya hanya akan menghasilkan krititikus saja. Sedangkan riset dan penemuan, tidak akan pernah tercapai karena mereka sudah cukup puas dengan materi yang ada.
Kurikulum 2013 melatih siswanya untuk berfikir induktif-empiris. Pola pikir ini yaitu dengan memulai analisa dari contoh, kemudian menelaah struktur yang diakhiri dengan proses mampu memproduksi berdasarkan contoh serta hasil analisanya terhadap contoh. Pembelajaran ini akan melatih siswa untuk selalu belajar mengenai studi kasus di lapangan. Siswa harus dilatih untuk selalu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya saat itu juga. Pembelajaran induktif-empiris selalu akan berakhir dengan alasan-alasan ilmiah apabila siswa menemukan fakta lapangan. Lebih lanjutnya lagi, siswa akan dilatih untuk meneliti dengan objek yang dihadapinya. Pada tahap permulaaannya, tentu dimulai dengan contoh yang dianalisa di kelas.
Secara konsep serta menghadapi tantangan zaman, saya setuju terhadap kurikulum 2013. Perlu anda ketahui bahwa saya bukan orang yang menerima begitu saja akan perubahan kurikulum. Apalagi kata “setuju” naya hanya taqlid buta dan ikut pendapat para doktor dan professor yang setuju pula. Entah dikatakan realistis atau tidak, saya pikir kurikulum 2013 secara konsep memang melatih siswanya untuk tantangan zaman, namun kondisi siswanya lah yang belum siap.
Mereka belum terlalu akrab dengan menganalisa. Mereka belum berani untuk mengemukakan pendapatnya terhadap analisanya atas materi. Sehingga dalihnya, ‘belum diajarkan materinya’ selalu dijadikan alasan klise mereka. Hal tersebut bukan salah mereka juga, karena mereka selama ini biasa pembelajaran selalu bermulai dari definisi umum.
Siswa kita harus dibiasakan untuk menganalisa studi kasus terhadap contoh-contoh yang di lapangan. Sehingga hasil akhirnya adalah mampu menemukan sesuatu yang tidak terdapat di dalam buku. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik? Bukankah banyak inovasi yang berangkat dari pengalaman lapangan dan bukan dari buku? e-Toll, e-Commerce, dan e-KTP merupakan contohnya. Semoga bermanfaat
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar