JANGAN ANTRI KRITIK
Kacamata terbaik yang dijadikan alat untuk mengukur sejauh mana prilaku kita yaitu kacamata orang lain. Melalui kacamata orang lain, kita akan tahu bagaimana sikap kita, menyakiti orang lain atau tidak, adakah sikap kita yang berlebihan, apakah kata-kata kita mudah membuat orang lain tersinggung atau tidak dan sebagainya. Barangkali kita tidak akan pernah sadar dengan prilaku kita yang masih menyakiti orang lain. Kita merasa sikap kita biasa-biasa saja. Mungkin bagi kita tidak tapi belum tentu bagi karena orang. Hal yang harus kita sadari yaitu cara setiap orang mengartikan prilaku kita berbeda-beda. Boleh jadi kita berniat bercanda tapi siapa tahu candaan kita ternyata malah menyakiti orang lain.
Itulah sebabnya kita perlu kacamata orang lain. Kita perlu nasihat-nasihat dari orang lain. Nasihat-nasihat tersebut mungkin dapat berupa masukan, saran atau kritikan. Lho ini perasaan bertentangan dengan artikel yang lain? Bukankah kita jangan hdup diatas kritikan (komentaran) orang lain? Sudah jangan banyak tanya. Lanjutkan saja bacanya.
Inti dari tulisan yang berjudul jangan hidup di atas komentaran orang lain artinya kita kembali kepada diri kita sendiri tentang menyikapi komentaran orang tersebut. Memang harus diakui bahwa kita makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Dimana dan kemana pun kita berpijak, tetap saja kita akan saling bersosialisasi dengan manusia. Kecuali kalau kita mau tinggal di hutan sendirian. Hal itu berarti kita tidak akan pernah terlepas dari yang namanya kritikan baik yang dibelakang kita dan depan kita.
Hal yang harus kita ingat adalah tidak semua kritikan itu tidak baik terhadap kita. Isi kritikannya mungkin tidak baik tapi itu bisa kita jadikan bahan intropeksi bagi diri kita sendiri untuk memperbaik hidup ke arah yang lebih baik lagi.
Ada juga prinsip “Sudahlah hidup jangan terlalu dibawa ribet dan serius. hidup itu simple! Tinggal jalani saja. Tak perlu dengar ocehan orang yang kita tidak kenali. Mereka tidak tahu hidup kita. Mereka hanya melihat saja tapi tidak pernah tahu dalamnya bagaimana.!” Katakanlah kita mempunyai prinsip hidup tersebut, tapi siapa yang menjamin bahwa apa yang kita prinsipkan itulah yang terbaik? Mengapa kita jadi manusia sombong dan menganggap apa yang kita lakukan adalah yang PALING BENAR?
Mempunyai prinsip hidup boleh-boleh saja asal jangan pernah keluar dari nilai-nilai agama yang ada. Hal yang harus kita sadari yaitu mau bagaimanapun kita mempunyai prinsip hidup, tetap saja semua bakalan ada tanggungjawabnya. Hidup kita mau dibawa terus tertawa, senang-senang, kesedihan atas dosa, terus intropeksi dan sebagainya tetap saja bakalan ada petanggungjawabannya.
Kritikan hakikatnya membuat kau semakin lebih baik tergantung engkau menyikapinya seperti apa. Pun bla kritikan tersebut mengarah kepada prinsip hidupmu. Mulai saat ini, jangan lagi sungkan bila dikritik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar