Dede Heri Pramono

Hanya seorang pembelajar menulis. Sangat berambisi untuk tidak memiliki ambisi. Jika ada yang manfaat dari tulisan yang diposting, ambilah. Jika tidak ada yang ...

Selengkapnya
Navigasi Web

JIKA SYURGA DAN NERAKA TAK PERNAH ADA

Apabila tidak ada Syurga dan Neraka, masihkah kita melaksanakan sujud lima waktu? Menahan lapar dan dahaga saat Ramadhan? Atau masih tetap relakah kita mengeluarkan uang puluhan juta hanya untuk mengelilingi Ka’bah? Benarkah selama ini kita menjauhi laranganNya hanya karena kita takut akan siksa neraka yang luar biasa ngerinya jika dibayangkan? Andai saja tak kita ketahui apa yang kita dapat bila menjalankan hadits/sunah, masihkah kita menjalankannya? Misalnya “Barang siapa yang…..maka akan diampuni dosanya 1 tahun yang lalu” dan sebagainya. Ketika kita menjalankan sunah, yang terpikir di dalam benak kita, apakah ridho Allah atau kumpulan kitab yang menerangkan hadits atas apa yang kita lakukan?

Mengapa ketika menerangkan ibadah harus selalu disertai dengan reward yang kita dapatkan? Seperti “Shalat Duhalah niscaya rezekimu akan dilancarkan” atau “Tahajudlah maka kau akan merasakan kedahsyatan dalam hidup seperti usahamu lancar dan kata-katamu di dengarkan oleh orang” Andaikata kita tidak mengetahui rewardnya, masihkah kita menjalannya? Apa belum cukup segala nikmat yang telah tuhan berikan itu sebagai motivasi atas rasa syukur kita atau ibadah yang kita lakukan? Apa yang telah tuhan berikat saat ini, tidak akan bisa menandingiapa yang kau minta segala hal berbau dunia. Buktinya, maukah kau diberi uang 1 miliar tapi kedua tangamu harus dipotong? Tidak kan?

Itu berarti nikmat tuhan jauh melebihi apa yang kau minta! Tidakah itu kau jadikan motivasi dalam beribadah? Bisakah itu yang kau jadikan motivasi dan bukan imbalan apa yang kita abca dalam hadits? Haruskah dalam menjalankan ibadah kau tahu dulu balasan dan imbalannya apa? Sebagian darimu mungkin ada yang menyanggah bahwa itu untuk motivasi. Bagaimana jika tujuan akhirnya bukan karena ingin mencapai Ridhonya? Melainkan hanya untuk reward yang akan didapatkan jika menjalankan sunahnya?

Karena bukan amalanlah yang akan membawa kita ke Syurga, melainkan atas Ridho Allahlah. Jika kau masih tetap bersikukuh bahwa amalanlah yang membawamu ke Syurga, cukup ditanya “Nabi Adam saja yang dosanya hanya 1 yaitu makan Buah Khuldi dikeluarkan dari Syurga, bagaimana dengan dosamu?” Inilah yang seharusnya diprioritas dan diutamakan yaitu RIDHO ALLAH! Ketika Allah sudah Ridho, apa yang kita minta, tentu Dia tinggal bilang “Kun fa Yakun!” Andai kita dalam menjalankan ibadah hanya karena berharap imbalan dari hadits yang kita baca, masalahnya jika kau tidak ketahui imbalannya, masihkah kau beribadah menjalankannya?

Bukan untuk ditentang dan bukan untuk diperdebatkan. Silahkan mau setuju atau tidak, itu terserah kau saja. Tidak cukupkah kaki yang masih bisa berjalan, mata yang melihat, telinga yang mendengar, tangan yang meraba dan jantung yang masih berdetak sampai saat ini, belum cukupkan itu semua membuat kita beribadah kepadaNya?

Perkara shalat saja misalnya, sains dan ilmiah sudah menjelaskan betapa dahsyatnya dampak shalat dari 5 waktu yang kita kerjakan untuk kebaikan kita baik dari sisi kesehatan ataupun psikologi. Belum lagi setiap gerakan yang kita lakukan. Ditambah kita sudah mudah tahu hadits-hadits yang menceritakan jika kita meninggalkan shalat. Tapi apa realitanya sekarang? Penjelasan ilmiah sudah tahu, hadits tentang ancamannya sudah tahu tapi masih saja kita tidak melaksanakan shalat? Allah memang tidak butuh Shalat, tapi kitalah yang butuh shalat. Satu dunia tidak ada orang yang shalat pun, tidak akan pernah melunturkan keMaha Besaran Allah. Sama halnya dengan baca Quran. Allah tidak butuh bacaan Quran kita, justru kitalah yang amat butuh tentang Quran.

Disinilah perlu sikap menghadirkan Allah dekat dalam diri. Jangan sampai ibadah yang kita lakukan niatnya bukan karenaNya. Periksa kembali apakah ibadah yang kita lakukan hanya karena kita ketahui hal yang akan didapatkannya. kehadiran Syurga dan Neraka hanyalah ujian bagi orang-orang beriman. Apakah kita beribadah hanya karena Syurga dan takut neraka? Atau memang karena kecintaan kita kepada Yang Maha Kuasa? Pun sama dengan menjalankan sunah. Kendatipun apa yang kita lakukan sudah ada di dalam hadits, jangan jadikan itu tujuan utama. Tetaplah tujuan utama kita hanyalah mencapai Ridho Allah. Jika hal ini sudah diterapkan, maka menghadirkan Allah dalam hidup bukan hanya saat Shalat dan baca Quran saja, melainkan dalam segala hal yang kita lakukan. Dalam hal belajar, bekerja, bermain, bercanda dan apapun akan sampai kepada pertanyaan “Allah ridho apa tidak atas apa yang aku lakukan? Semoga bermanfaat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post