KURANG PIKNIK ATAU KURANG INTROPEKSI?
Menjelang liburan tiba, biasanya orang-orang sudah menentukan tempat liburan yang akan dikunjunginya. Gunung, pantai, wahana, kebun bintang, curug atau sekadar main ke daerah tertentu menjadi favorit setiap orang. Bagi mahasiswa tentu liburan dijadikan momen yang tepat untuk melepas penatnya tugas-tugas yang katanya menjadi beban bagi mahasiswa.
Aku membaca beranda facebook dan status-status WA bahwa banyak yang membuat status “Butuh Piknik” atau “Kurang Piknik”. Mereka membuat status tersebut disertai dengan keluhan-keluhan atas aktifitasnya sehari-hari yang mungkin membuat mereka capek, jenuh, bosan dan menguras tenaga. Banyak buku juga mengatakan yang secara ilmiah membuktikan bahwa manusia memang membutuhkan piknik. Melihat tempat-tempat baru dan melepas beban akan sedikit memberikan kerileksan dan katanya ada ruang di otak kita untuk menampung tersebut. Alhasil, ilmiah tersebut menyimpulkan melalui piknik kita juga akan menambah wawasan dan pengetahuan. Pun menghilangkan stress atau tekanan.
Ilmiah mungkin dapat membuktikan. Melalui riset dan penelitian telah terbukti bahwa piknik dapat merileksan pikiran dan menambah wawasan. Kau setuju? Aku pun setuju dan aku tak ingin mendebatkannya. Tapi perkenankan aku memandang dari sisi lain. Memandang bahwa seseorang yang merasa jenuh dan bosan atas aktifitasnya bukan hanya kurang piknik. Akan tetapi kurang intropeksi diri sendiri. Betulkah? Adakah ilmiahnya? Atau ada buku yang membahasnya dari segi sainsnya? ... Untuk membahas masalah ini, mari kita sejenak lupakan perkara sains. Ini hanya butuh pengakuan dari dalam diri sendiri bahwa selama ini kita menjadikan allah layaknya palu. Iya palu. Kita menggunakan palu hanya saat butuh saja. Pun dengan Allah. Saat ada masalah dan merasa masalah begitu dahsyatnya menghampiri kita, baru kita menangis di atas sajadah sekeras-kerasnya. Tetapi jika kita merasa bahagia, apa yang kita lakukan? Shalat sering ditunda dan sekadar penggugur kewajiban saja. Berdoa secukupnya saja. Jangankan menambah dengan sunahnya yang wajibnya saja shalatnya secepat kilat.
Berbicara mengenai aktifitas sehari-hari, sebenarnya di dunia ini siapa yang tidak mengalami kepenatan dan kejenuhan. Tengoklah sejenak orang-orang sekitar kita. Pedagang, petani, pegawai, anak sekolahan, ibu rumah tangga dan pengangguran sekalipun pasti mengalami sisi kepenatan dalam hidupnya.
Solusinya apakah hanya dengan piknik saja? Ilmiah mungkin menjawab iya. Tetapi pernahkah kita berfikir bahwa tidak setiap orang memiliki kemampuan secara finansial yang berbeda-beda? Ada orang yang jangankan menyisihkan uang untuk bisa mengajak keluarga berpiknik, sekadar makan sehari-hari saja dan membiayai anak sekolahnya sudah cukup stresnya.
Sejatinya memang piknik tidak dharus serta merta mengeluarkan biaya yang mahal. Hal ini tentu tergantung kepada individualnya. Apalagi di jaman sekarang, sekadar jalan-jalan pakai motor saja mengelilingi pasar malam meski hanya jajan es saja, tentu itu keasikan tersendiri bagi orang biasa. Tetapi permasalahannya adalah bagaimana kalau mereka sudah iri terhadap tetangganya yang sedang rekreasi ke pantai, wahana, gunung atau candi?
Masalah yang sebenarnya terjadi jika kejenuhan dan kepenatan sering melanda kita adalah karena kita kurang bertafakur atau intropeksi dalam diri sendiri. Bertafaqur terhadap diri sendiri memang harus sering dilakukan agar kualitas hidup kita benar-benar tidak keluar dari jalan agama. Hal apa saja yang harus ditafaquri? Sebenarnya banyak, namun melalui tulisan ini, saya hanya sekadar mengingatkan kembali saja.
Sudahkah kita tafakuri khusunya ibadah kita? Sudahkah kita meminta maaf terhadap orang yang kita sakiti? Pernahkah kita mengeluh akan hidup kita tetapi ada orang lain yang justru menginginkan hidup kita? Pernahkah berfikir apa yang kita makan ini adalah halal atau haram? Pernahkah terfikir lidah ini mudah menyakiti atau tidak? Adakah perbuatan kita yang menyakiti saudara kita?Dan masih banyak hal lainnya…
Jika kita terus bertafakur, maka tidak akan ada tuh waktu yang terbuang sia-sia. Pun tidak aka nada juga waktu memikirkan untuk piknik dan segala macam lainnya. Karena kita sibuk dengan diri kita sendiri. Jika kita tidak sibuk dengan diri kita sendiri, maka kita akan sibuk dengan hidup orang lain. Alhasil, ngomentarin, ngritik, gossip dan membicarakan hal yang tidak penting. Bukankah kita akan dimintai tanggung jawab karena perbuatan kita sendiri? Dan bukan karena orang lain?
Bukan berarti tidak boleh atau melarang untuk piknik. Akan tapi cobalah sesekali jangan hanya hal dunia saja yang kita pikirkan. Sebenarnya hidup ini mau apa? Terkenal? Banyak yang suka? Kaya? Menikah dengan orang terkenal juga? Jadi buah bibir orang-orang? Terus mati? Only that!
Piknik pun sebenarnya bisa kita jadikan sarana untuk mentadaburi ciptaan tuhan yang begitu luar biasa indahnya. Sehingga kita bisa menambahkan keimanan dan tahap akhirnya iman akan bertambah dan tersbesit di hati pula “Sungguh tidak ada sesuatu yang Kau ciptakan itu sia-sia”
Kita sering kali terlalu rebut urusan dunia saja. Lapar pujian, haus pengakuan orang dan candu disebut-sebut namanya oleh semua mulut. Jangan lupakan kebahagiaan yang hakiki hanya untuk kebahagiaan yang sesaat
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar