Dede Heri Pramono

Hanya seorang pembelajar menulis. Sangat berambisi untuk tidak memiliki ambisi. Jika ada yang manfaat dari tulisan yang diposting, ambilah. Jika tidak ada yang ...

Selengkapnya
Navigasi Web

REFLEKSI PERJALANAN PANJANG YANG MELELAHKAN

Aku memanglah bukan orang yang ahli dalam menjalani kehidupan. Ketika aku membuat tulisan mengenai sabar, bukan berarti aku yang yang ahli dalam sabar. Pun saat aku berbicara mengenai cinta, bukan artinya aku orang yang paham akan konsep cinta. Aku pun sama dengan kalian. Ada kalanya aku marah, kesal dan keluar sifat egoistis dalam diriku.

Tapi seiring perjanan proses pemikiran panjangku akan hidup ini, tidaklah mudak. Banyak buku yang telah aku lahap dari berbagai sudut pandang. Tidak sedikit konsep yang aku pelajari akan konsep kehidupan ini. Mulai dari bahan bacaan yang paling dasar sampai kepada bahan bacaan yang memaksaku untuk merenung secara filsafat. Kau tahu apa jawabannya? Aku amat merasa puas ketika aku sudah berada di konsep Islam.

Yah. Perjalanan panjang yang cukup melelahkan memang ketika berfikir secara cerdas akan hidup ini. Jika kita tidak mau bertafaqur, merenung atau malah menganggap hidup ini hal yang simple dan tak usah dibawa ribet, tak usah ditanyakan lagi kualitas kehidupannya. Silahkan kita punya konsep apapun dalam menjalani proses kehidupan ini. Asalkan tidak keluar dari jalur syariat Islam, tak jadi masalah.

Dalam tulisan ini, saya ingin mengajak kita untuk berbicara dengan diri kita sendiri. Lupakan dulu urusan kerja, tugas kuliah, masalah dengan teman, pacar, orang tua, guru dan lupakan semua hal-hal yang membelenggu dalam hidup kita. Lupakan dulu sejenak. Tak lama, hanya selama setelah selesai membaca tulisan ini. Mari kita mulai.

Tak terasa yah umur kita angkanya sudah semakin bertambah. Secara kuantitatif mungkin bertambah, tapi secara hakikat, umur kita sebenarnya berkurang. Kenangan hanya tinggal kenangan bukan? Masih teringat kisah kita saat kecil dulu?

Kita bermain sepuasnya dari pagi bahkan hingga malam. Nangis kalau tidak dikasih uang jajan. Jika duduk dengan lawan jenis, suka dicie-ciein. Saling ledek-ledekan dengan panggilan bapak/ibu kita. Atau barangkali suka ada yang nangis kalau tidak dibelikan mainan. Masih ingat kita yang tiap bada maghrib atau bada ashar suka pergi mengaji Iqra dan Al Quran? Kemudian kita menghafal surat-surat pendek dan saling test antar temannya.

Atau barangkali suka ada yang ikut arisan kecil-kecilan? Yah paling dapat uangnya 10 sampai 20rb. Tentu untuk ukuran kita saat itu, uang itu banyak. Bagi anak cowok apa masih ingat kita suka mengoleksi mobil Tamiya? Lalu kita memodifikasi Spidamo dan batrenya? Atau masih ingat kalau kita main panggal, main layangan, kelereng dan main petak umpet?

Perempuan tentu ingatannya kuat. Masih ingat kita suka main rumah-rumahan dengan bikin rumahnya dari pasir di pekarangan rumah? Atau kalau suka ada yang hajatan pakai Kuda depo (istilah familiarnya odong-odong) kita sering ngikutin dan hal yang diharap-harapkannya adalah pentas sulapnya. Betul ngga?

Ah..indah sekali bukan saat itu? Kita bukan dari golongan berada pun tak jadi masalah. Asal kita punya banyak teman untuk menghabiskan waktu bermain. Saat itu tentu kita tidak pernah mengenal rasanya kecewa, sakit hati, terluka, dikhianatin ataupun sakit karena omongan lain. Dulu meskipun kita nangis, esoknya kita apabila sudah bertemu dengan teman-teman lagi, kita main-main dan gila-gilaan lagi, kita lupa akan tangisan kemarin. Indah bukan saat itu?

Namun sayangnya semua hanya tinggal kenangan dan kenangan yang tertanam dalam pikiran. Terkang, apabila kita membandingkan kehidupan kita yang sekarang dengan saat kita kecil dulu, kita ingin kembali kan? Dan ingin rasanya kita memeluk kedua orang tua kita sambil berkata “Bu, pak ternyata tidak enak yah jadi orang dewasa”

Bagaimana pun indahnya saat dulu, kita tidak akan pernah bisa mengulangnya kembali. Saat-saat sekolah SD misalnya, ada teman kita atau barangkali kita sendiri yang sudah mengalami pacaran. Pacaran dulu mungkin hanya berbalas surat-suratan. Iya kan? Nama kita dan nama gebetan kita bakal ditulis dimana-mana dengan tulisan misalnya (Dede cs Siti) lalu kita kasih gambar hati di dalamnya.

Ahh..sudahlah kalian tentu punya masa-masa indah saat kecil dulu kan? Indahnya bermain tanpa harus saling memamerkan gadget. Indahnya bercita-cita tanpa harus memikirkan biaya. Kita bebas untuk memilih cita-cita kita.

Sekarang itu hanya tinggal kenangan dan jadi bahan cerita apabila kita bersua kembali dengan teman-teman kita. Baiklah, kita sudah menengok kehidupan kita dahulu. Sekarang kita menengok kehidupan kita yang kita jalani secara real hari ini.

Coba perhatikan teman-teman kita. Dahulu dia menjadi teman main-main saya. Sekarang, dia sudah mengais bayi yang mungil dan lucu bersama suaminya. Padahal kita merasa baru kemarin kita main-main dengannya. Atau mungkin ada teman kita yang sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa? Entah karena sakit atau kecelakaan. Padahal kita merasa baru kemarin kita bercanda dengannya.

Tengok juga adik-adik kita, keponakan kita dan saudara-saudara kita. Dulu adik-adik kita masih kecil dan kita sering mencubit pipinya. Sekarang dia sudah bisa mengendarai sepeda motor dengan lancar. Dulu kalau ada apa-apa kita sering ke kakak kita atau kita berantem dengan kakak kita. Sekarang kakak sudah dengan keluargnya.

Lalu bagaimana sekarang dengan diri kita sendiri? Sudah umur berapa? Sudah kerja apa? Sudah kelas berapa? Sudah semester berapa? Dan puncaknya sudah bisa apa? Bisa apa untuk menggantikan jerih payah orang tua? air mata orang tua? dan keringat orang tua?

Baik. Kita adalah rentetan usia yang terputus. Setiap hari, sisa-sisa usia kita akan berkurang. Tengok diri kita sendiri. Apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita berikan? Bekal apa yang akan nanti kita bawa dan apakah cukup atau tidak?

Tengok diri kita sendiri. Apakah kita termasuk dari golongan orang-orang yang ada di bawah ini? 1. Kita begitu mudah menikmati musik tapi sulit untuk menikmati bacaan Quran. 2. Kita begitu antusias dengan serial novel tapi tidak pernah antusias baca Quran. 3. Kita begitu antusias dengan idola kita sampai kita hafal biografinya tapi tidak pernah tahu akan biografi nabi kita yang kita harapkan syafaatnya yaitu Muhamad Saw. 4. Kita begitu mudah menilai orang lain biak/buruk tapi tidak bisa menilai diri kita sendiri. 5. Waktu kita lebih banyak dengan gadget ketimbang dengan buku. 6. Kita lebih tertarik mengunjungi tempat pariwisata ketimbang menuntut ilmu. 7. Bertemu dengan pacar kita begitu indahnya dalam berpakaian tapi bertemu dengan Allah pakaian tidur pun bisa jadi. Padahal Allah yang memberikan segalanya.

Padahal… Tak terasa waktu semakin berjalan. Usia yang semakin besar. Dulu kita kecil sekarang kita sudah menimang anak kecil. Sadarkah kita sebenarnya hidup di dunia ini mau apa? Terkenal? Banyak followersnya? Namanya dibicarakan dimana-mana? Kaya? Bisa gonta-ganti gadget dan kendaraan? Lalu, jika sudah punya semuanya, kita mau apalagi? Andai sudah punya semuanya lalu Izrail menjemput kita, bagaimana?

Tak ada yang salah memang jika kita antusias kepada isi dunia. Ingin berprestasi, ingin punya ini-itu, ingin mengunjungi tempat ini-itu dan yang lainnya. Tapi ingat, jangan pernah lupa hakikat hidup ini mau apa. Pernahkah kita melihat pemakaman? Bukankah mereka dulunya sama seperti kita? Pernah hidup. Pernah bernafas dan pernah ingin punya segalanya. Tapi ketika nyawa sudah diambil, bisa apa? Pernahkah kita merenung bagaimana itu nasibnya di alam kubur?

Di dunia saja yang hanya sesaat perjalanan kita sangat melelahkan, bagaimana nanti setelah meninggal? Semoga bermanfaat. Dariku dedeheripramono

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post