Dede Heri Pramono

Hanya seorang pembelajar menulis. Sangat berambisi untuk tidak memiliki ambisi. Jika ada yang manfaat dari tulisan yang diposting, ambilah. Jika tidak ada yang ...

Selengkapnya
Navigasi Web

REKONSILIASI MAKNA

Percakapan di ruang publik kadang melahirkan dendam berkepanjangan. Media sosial pun menjadi sarang kebencian bukan lagi sarang pikiran. Suasana akademis pun tidak jauh bedanya. Diskusi yang kaya data dan argumentasi bisa lari ke arah sensasi.

Daya upaya mengejar eksistensi jauh lebih tinggi daripada meningkatkan esensi. Kaum pragmatis pun menimpali, “Apa gunanya punya potensi tanpa upaya menunjukan diri?” Kita tidak berdiskusi untuk itu tapi menelaah orientasi lawan dalam berargumen sedikit-banyaknya mempengaruhi penundaan emosianal kita.

Hujan yang turun dari langit bisa bermakna prosa bagi mereka yang memiliki kenangan tentang turunnya hujan yang membasahi bumi. Tapi tidak untuk tunawisma. Berbeda pula responnya bagi para pedagang es kelapa.

Secangkir teh hangat yang kau suguhkan untuk tamu yang berkunjung ke rumahmu, bisa bermakna “sudah seperti itu seharusnya” atau “memuliakan tamu” Bahkan sakralnya sebuah pernikahan bisa bermakna ibadah, melepas masa lajang, bahkan sekadar menghalalkan hubungan yang semula haram.

Apapun konteksnya. Sumber apapun yang digunakan. Pengalaman bagaimanapun yang dialami. Perbedaan pemaknaan seseorang terhadap sesuatu janganlah menjadi penghalang produktivitasnya logika kita dalam memahami sesuatu.

Janganlah menganggap apa yang disampaikan orang lain salah bila kita masih kalang kabut membuktikan apa yang kita pegang itu benar. Apakah artinya tulisan ini bernada menerima sebuah kesalahan? Tidak untuk sebuah perbuatan tapi iya untuk esensi pemaknaan.

Kesimpulan “salah” yang disematkan karena pembandingnya adalah nalar kita sendiri. Silakan punya dasar masing-masing dan memegangnya erat-erat. Akan tapi menjadikannya sebagai sebuah kebakuan yang tidak dapat berubah, itu pun keliru.

Rekonsiliasikan setiap makna yang kita miliki masing-masing. Carilah titik temu dimana kesimpulannya adalah sebuah perbedaan dengan maksud menyatukan.Kekakuan dalam memandang sesuatu hanyalah sebuah sikap arogan yang lambat laun dia akan jatuh oleh dirinya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post