Dedeh Rohidah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kebahagiaan Saat Munggahan

Kebahagiaan Saat Munggahan Minggu siang kami sudah meluncur ke kampung halaman. Ibu sudah beberapa kali menelepon menanyakan sudah di mana perjalanan kami sebagai ungkapan rindu ingin segera bertemu dengan anak cucu dan cicitnya. Kakak dan keluarganya juga sudah berkumpul di rumah ibu menanti kedatangan kami. Sedatangnya di rumah Ibu, kami disambut hangat dan pelukan. Tiga bulan saya tidak bertemu dengan Ibu yang biasanya beliau sering datang ke rumah untuk memastikan bahwa kami baik - baik saja. Sekarang tidak bisa pergi karena penyakit yang selama ini diderita menunjukkan keangkuhannya . Selama ini juga Ibu sering mengabaikan sakitnya dalam arti selama sakitnya tidak parah ibu selalu menjalankan aktifitasnya seolah - olah orang sehat. Namun dua bulan terakhir penyakitnya betul- betul membuat Ibu harus istirahat. Saya dan keluarga belum sempat menjenguk Ibu. Barulah pada awal Romadhan ini kami baru bisa pulang. Saya bersyukur Romadhan tahun ini masih bisa berkumpul dengan keluarga dan tentunya yang paling istimewa yaitu masih memiliki Ibu. Walau badannya kurus tapi sudah terlihat agak segar. Semoga itu pertanda Ibu semakin pulih. Semoga saja kualitas hidup Ibu semakin membaik walau dokter mengatakan penyakit Ibu tidak bisa disembuhkan. Usia Ibu kini telah menginjak 73 tahun. Saya tidak memeperdulikan ucapan dokter toh memang Ibu sudah sakit selama 20 tahun dan kami melihat Ibu bukan seperti orang sakit. Beliau selalu bersemangat menjalankan aktifitas sehari - hari. Walau saya tahu Ibu sangat disiplin minum obat sesuai anjuran diokter. Kami tahu Ibu melakukan itu agar tidak merepotkan anak- anaknya Rumah Ibu dekat dengan rumah kakak perempuan saya , namun beliau sendirian tinggal rumah. Kakak dan saudara lainnya yang tinggal di kampung bergantian menengok beliau setiap hari. Ibu selalu mengatakan pada anak- anaknya agar tidak mengkhwatirkannya. Kalau ada apa -apa juga nanti ditelepon. Saat makan sahur yang pertama kami berkumpul di rumah Ibu . Tentunya makan sahur bersama dengan hidangan menu Ibu yang spesial. Ayam goreng kampung, dan sop bunga kol yang segar, sambal hijau ciri khas Ibu, serta kerupuk putih yang khusus digoreng sendiri oleh Ibu. Menjadikan kami semangat makan sahur . Walau yang masak kakak-kakak saya tapi chef utamanya ya Ibu. Begitu juga menu berbuka ada nasi liwet yang harum, pencok kacang, sambal hijau, semur daging, dan ikan asin, tak ketinggalan kerupuk bulat putih yang gurih rasanya. Ketika waktunya berbuka kami makan dengan penuh suka cita Melihat wajah Ibu yang begitu sumringah melihat anak, cucu dan cicitnya berkumpul dan makan bersama sembari mengucap syukur karena masih bisa melihat kami bahagia. Sejenak saya berhenti makan untuk mengusap air mata yang tak terasa menetes di piring. Saya bersyukur masih bisa berkumpul dengan Ibu. Ya Allah semoga Kau sehatkan dan panjangkan umur Ibu. Kami ingin terus merasakan kasih sayangnya yang tiada batas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post