Dede Nuraida

Dede Nuraida, S.Ag lahir di Tasikmalaya 25 September 1975. Menempuh Pendidikan di SD Mitra Batik 1988, SMP N 5 Tasikmalaya 1990, SMA N 2 Kota Tasikmalaya ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kategori 1

#TantanganGurusiana

Tantangan hari ke-67

Pada tulisan kemarin saya sudah menjanjikan akan membahas bagaimana mengelola sampah kategori 1 dan 2 secara mandiri dirumah.

Sampah kategori 1 adalah sampah organik yang sebagian besar berasal dari dapur. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami dekomposisi (pelapukan) dan terurai dalam waktu singkat, karena berasal dari alam dan akan kembali menyatu dengan alam. Contoh sampah organik yang biasa dihasilkan dalam rumahtangga adalah, sisa makanan, kulit buah-buahan, kulit bahan makanan yang kita jadikan masakan, misalnya cangkang telor, kulit bawang, kulit wortel, tulang ikan, tulang ayam dll. Sampah organik tersebut bisa terurai dalam waktu yang singkat hanya membutuhkan waktu beberapa hari saja akan membusuk, ditandai keluarnya belatung dari wadahnya. Bisa kita bayangkan apabila kita tidak memilahnya, sampah organik tersebut kekmudian bercampur dengan sampah-sampah plastic bekas kemasan makanan. Sampah makanan dalam waktu 3 hari sudah membusuk sedangkan sampah plastic memerlukan waktu tahunan, puluhan hingga ratusan tahun untuk bisa terurai. Tentu ini sangat menjijikan. Pastilah belatung-belatung itu akan berkeliaran diantara sampah yang lain. Itulah mengapa kemudian ada stigma bahwa sampah itu kotor dan bau. Padahal apabila pada tahap pertama kita sudah memilahnya maka, wadah sampah pertama hanya berisi sampah organik.

Sampah organik bisa dijadikan kompos yang menyuburkan tanaman. Dengan beberapa langkah sederhana kita bisa melaakukan sendiri dekomposisi sampah organik dirumah :

1. Siapkan ember cat besar, beri lubang disamping bawahnya berbentuk kran.

2. Sabut kelapa, yang sudah disiangi. Bila tidak ada sabut kelapa bisa berupa ilalang kering atau daun-daunan kering. Sabut berfungsi untuk mengikat/tempat menempel sampah organik basah dari dapur hingga tidak langsung mencair ketika mengalami proses pembusukan

3. Campurkan semua sampah dengan sabut kelapa, dalam ember cat.

4. Tuangkan aktifator untuk mempercepat proses dekomposisi sampah, bisa dibeli toko-toko pertanian dengan berbagai merk, seperti : Em4, Biodex, Promi dll. Bisa kita tanyakan langsung pada pedagangnya di toko pertanian. Dengan kata kunci : aktifator, membuat kompos. Pengganti aktifator bisa dengan air cucian beras yang disimpan selama beberapa minggu hingga mengalami fermentasi, ditandai dengan bau asem khas tape. Atau sisa nasi yang disimpan berminggu-minggu yang disimpan dalam wadah tertutup hingga mengalami pembusukan oleh bakteri-bakteri pengurai. Karena pada dasarnya fungsi aktifator adalah membantu pembusukan dengan cepat, sehingga tidak memakan waktu yang lama

5. Tutuplah ember cat tersebut dengan rapat, setelah 2-3 minggu kran dibuka, untuk mengalirkan air lendir dari sisa sampah basah, yang biasa disebut air lindi, cairan lendir kehitaman, bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman bunga/sayuran yang ada dirumah. Setelah itu kita bisa memanen air indi setiap 2-3 hari

6. Buka tutup ember setiap minggu untuk mengeluarkan gas-gas yang dikeluarkan bakteri dan panas yang dikeluarkan dari proses pembusukan, aduk dan bolak-balik komposisi sampah organik tersebut

7. Setelah 3 bulan, kompos tersebut sudah bisa dipanen.

Kompos yang bagus akan berbentuk seperti tanah hitam, tidak basah dan tidak berbau. Kompos itu bisa langsung menjadi media tanam atau menjadi pupuk pada tanaman yang telah ada.

Begitulah salah satu cara pengelolaan sampah kategori 1 yaitu sampah organik, hingga bisa dimanfaatkan untuk memupuk tanaman-tanaman hias atau sayuran yang ada disekitar rumah. Untuk pengelolaan sampah kategori 2 kita akan ulas besok insya alloh

Semoga bermanfaat dan bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, sedikit sumbangsih kita dalam pengelolaan sampah semoga menjadikan bumi/rumah kita lebih baik.

Wallohu’alam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Insya Allah ingin mencoba, Bunde. Harus punya kesungguhan ya. Mudah-mudahan suatu waktu saya bisa mencobanya.

15 Apr
Balas

Ingin mencobanya, tetapi takut juga kalau meledak karena gasnya. Mudah-mudahan berhasil kali ini.

14 Apr
Balas

Semoga tidak bu, makanya diberi lubang keran dibawahnya dan setiap 2-hari dibuka kerannya. Selamat mecoba kembali

14 Apr



search

New Post