Dede Nuraida

Dede Nuraida, S.Ag lahir di Tasikmalaya 25 September 1975. Menempuh Pendidikan di SD Mitra Batik 1988, SMP N 5 Tasikmalaya 1990, SMA N 2 Kota Tasikmalaya ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sang Prabu (30)

#tantangangurusiana

Tantangan hari ke-63

Sang Lumar mengelilingi sebuah batu datar, hingga Maha Patih yang telah kehilangan kegagahan dan kekuatannya terlihat telah letih, segera meletakan jasad Sang Putri diatas batu itu. Jasad sang Putri masih tetap seperti semula, Karena Maha patih selalu memberikan kekuatan ilmunya untuk menjaga jasad itu hingga tidak membusuk dan berubah, hal itu sangat menguras Kekuatan fisik sedang dirinya semakin hari semakin lemah, tetapi ia sama sekali tidak menyesalinya, sebagai bentuk penyesalan apapun akan ia lakukan.

Jasad sang putri pun diletakan di atas batu dan duduklah mahapatih, kembali dengan sikap semedi. Maha patih tidak memperhatikan bahwa di daerah itu sudah ada beberapa batu-batu yang disusun, biasanya untuk menandai patilasan bagi orang yang sudah meninggal, ya ... Takiya pun memperhatikan bahwa ternyata dwerah itu adalah Astana. Hari menjadi terang dan terlihat daerah itu benar adalah astana. Hingga suatu ketika datang lah seorang kakek-kakek yang memelihara astana itu dan melihat seorang laki-laki dengan rambut kotor tak terawat sedang semedi di samping jasad perempuan.

Ia pun kemudian mwnyampaikan kepada rajanya dan diketahuilah bahwa daerah tersebut adalah Astana tempat disemayamkan Sang Prabu Linggabuana dengan permaisuri dan para prajurit yang gugur di bubat. Kerajaan Sunda kala itu di pegang oleh adik sang putri yaitu Prabu Niskala Wastu kencana, atau Prabu Siliwangi I, seorang Raja yang menggantikan Prabu Wangi yang telah gugur mempertahankan kehormatan kerajaan Sunda dari tangan Majapahit yang menghianatinya.

Sang Prabu Niskala Wastu Kencana sangat senang dan bersuka cita mendapatkna jasad Sang putri kakaknya telah ada di Astana. Hingga ia pun ingin memberikan jabatan bagi laki-laki yang telah membawa sang putri. Sang Prabu tidak mengetahui bahwa orang yang membawa sang putri adalah orang yang telah menghianati mereka. Tetapi laki-laki kurus berambut acak-acakan itu menolak jabatan yang ditawarkan sang Prabu, ia hanya ingin menjadi orang yang merawat Astana itu. Dan jadilah ia kuncen Astana hingga berpuluh tahun, seratus tahun lebih sang Prabu Niskala wastukencana memerintah laki-laki itu selalu tetap berada di samping patilasan sang putri, semedi dengan sikap penyesalan dan permohonan ampunnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post