Ke Mana Perginya Burung-Burung Dara Itu?
Oleh: Dede Saroni
Anakku, Kamil, punya piaran burung dara, sebanyak 15 ekor. Tentunya, cukup banyak untuk seorang penggemar pemula. Burung-burung dara sebanyak itu, di tempatkan di belakang rumah emakkun, bekas dapur, yang sudah kosong. Kebetulan rumah itu diisiin sama adikku saja, Udin. Ditambah emang di tumahku ngga ada lahan buat membikin kandang burung dara. Jadi, bekas dapur itulah yang dijadikan basecampnya.
Di tempat itulah, Kamil membuatkan kandang bagi burung-burung daranya. Kandang itu dibuat dari bekas kotak bok jeruk dan telur yang dirapikan, ditumpuk dua sampai tiga, dibuatkan pintu tempat burung-burung itu keluar masuk. Walau, hanya berupa tumpukkan kotak bekas jeruk atau telur, tidak permanen, sudah cukuplah buat burung-burung dara itu, tinggal,bercengkrama, tidak kehujanan, juga tidak kepanasan.
Di samping itu, Kamil juga membeli kandang yang udah jadi, pesen sama tukang membuat kusen di dekat rumah. Kandang itu lebih rapi, sudah mirip-mirip rumah saja. Aku juga sempat tanya sama Kamil.
"Mil, bagus kandang burung daranya."
"Dari mn, Mil?"tanyaku sambil sedikit ada keraguan.
"Belilah, Ya,"jawabnya.
"Di mn?"tanyaku lagi.
"Pesen di tukang kusen depan, Yah,"katanya.
"Mas Sarmo?"tanyaku.
"Ya, Yah,"jawabnya.
"Berapaan, Mil?"tanyaku lagi sambil agak negesin.
"400rb, Yah,"jawabnya kembali.
"Punya uang, Mil?"tanyaku.
"Punya, Yah."
"Ngumpulin, Yah,"jawabnya.
"Ya, udah, Mil,"kataku.
"Urusin burungnya ya bener, Mil."
"Kasih makan."
"Biar betah burungnya,"kataku.
Awalnya, aku melihat Kamil begitu menikmati burung-burung dara peliharaannya. Tiap hari, dia kontrol, kasih makan burung-burung itu. Bahkan, sering burung itu dilatihnya. Kalau bahasa dia agar cepet giring. Bersama temannya, dia bawa burung-burung itu dengan dondang. Dia bawa burung-burung dara yang sudah berpasangan. Dia terbangkan yang jantannya lalu, si betina ditempatkan di satu tempat, setelah itu si jantan mendekati si betina. Begitu yang dilakukan Kamil sehingga burung-burungnya pun tetap betah di tempatnya.
Tetapi, lama kelamaan, aku perhatikan Kamil sudah agak bosan dengan burung dara peliharaannya, yang biasanya tiap hari ngontrol, aku lihat jarang-jarang. Yang biasanya tiap hari ngasih makan burung daranya dengan jagung pipil pagi sore, hanya kadang-kadang. Yang biasanya minimal 3 hari sekali atau maksimal 1 minggu sekali melatih burung-burungnya, hanya sekali-sekali, seinget dia.
Aku melihat burungnya, yang biasanya betah di dalam kandang, mulai keluar dari kandangnya, mencari makan sendiri. Ngga jauh sih, cuma main di sekitar halaman rumah dekat rumahku, setelah itu, burung-burung itu masuk kembali ke kandangnya. 15 burung itu tetap masih utuh, lengkap. Aku pernah menegur Kamil tentang apa perubahan yang terjadi terhadap perhatian dia dengan burung daranya.
"Kamil, burung dara, sudah dikasih makan?"
"Kasihan noh burungnya lapar."
"Udah pada keluar kandang,"kataku.
"Ya, Yah, nanti,"jawabnya sambil agak cuek.
Mungkinkan ini akibat Kamil sudah bosan dengan burung peliharaannya. Padahal, pelihara burung itu bukan atas kemauan aku, ayahnya. Tetapi, atas keinginannya sendiri. Bahkan, membelinya pun dengan uangnya sendiri. Emang, Kamil itu orangnya bosanan. Namun, masa sih, burung yang dia pelihara dan dibeli dengan uangnya sendiri, dia bisa bosan. Itu menjadi tanda tanya aku.
Terus terang, makin hari, makin ke sini, tingkat ke bosanan Kamil untuk ngurusin burungnya, ngasih makan, ngelatihnya, bahkan ngontrolnya sudah makin parah. Sepertinya, dia emang sudah makin cuek dengan peliharaan burung daranya. Pokoknya udah ngga open pisan. Burung dara yang tadinya pada betah di kandang, udah makin tidak betah. Mereka serombongan bahkan keluar nyari makan sendiri. Mungkin juga cari teman komunitasnya di tempar lain. Sore baru pada pulang.
Akhirnya, karena Kamil udah ngga peduli sama peliharaannya, aku mencoba untuk ngurusinnya semampuku. Tiap pagi, aku kontrol ke kandangnya, aku kasih makan. Burung-burung dara itu pun begitu menikmatinya. Begitu pun pada sore, hal yang sama pun aku lakukan. Burung-burung pun sudah mulai betah lagi di rumah. Mereka sudah tidak berkeliaran jauh lagi dari kamdangnya untuk mencari makan. Burung-burung dara pun sudah begitu akrab dengan aku. Pokoknya, kalau dengar aku datang, mereka berkumpul untuk memakan jagung pipil yang kuberikan. Bahkan, kalau jagungnya habis, aku berikan beras merah yang aku beli dari warung tetangga. Aku pun begitu menikmatinya. Kalau aku ada waktu, aku kontrol, aku kasih makan burung-burung dara itu. Walau mingkin untuk melatihnya, aku tidak pernah lakukan. Di samping, ngga ada waktu, aku memang ngga terampil untuk melakukannya. Aku cuma memberi makan aja.
Seiring waktu, karena kesibukanku di sekolah. Pergi pagi pulang sore. Untuk memberikan makan burung sudah tidak rutin kuberikan. Hanya, pada saat, aku ada waktu, pada saat aku kosong jam. Kebetulam tempat ngajarku tidak jauh, aku pulang dulu, ngasih makan burung-burung dara Kamil. Begitu pun pada saat libur, misalnya. Aku kontrol burung-burung dara itu, aku kasih makan. Aku melihat karena sudah kurang diperhatikan oleh majikannya,Kamil sebagai pemiliknya, dan aku, burung-burung itu sudah makin tidak betah. Mereka sudah mulai keluar jauh, sekedar mencari makan mungkin atau mencari teman-temanya di luar di lapak yang lain. Sore baru pulang. Begitu yang aku perhatikan.
Apalagi, pada saat WFH ini, aku makin sibuk dengan tugas-tugas sekolahku, membimbing, memantau, memberi tugas, mengoreksi tugas anak-anak yang memang sedang belajar di rumah. Ditambah lagi, aku juga sedang mengikuti kegiatan Diklat Jarak Jauh(DJJ), perhatianku pada burung-burung dari itu makin kurang bahkan cenderung sudah tidak ada perhatian. Burung-burung itu pun keluar kandangnya mencari makan di tempat yang lain. Sore hari mereka baru pada pulang. Sepertinya, burung-burung dara Kamil pun sudah merasa kurang diperhatikan.
Pernah, pada suatu hari, pagi menjelang siang, karena ada waktu, aku kontrol burung-burung itu, tentunya sambil membawa makanannya. Ternyata, setelah aku sampai ke kandangnya, aku tidak melihat satu pun burung itu ada di kandang. Aku kaget, takut kalau burung-burung itu ada yang mencurinya tadi malam. Apalagi, jarak kandang burung-burung itu agak jauh juga. Jadi, kalau ada yang mencurinya gampang bamget. Aku juga takut Kamil marah karena burung-burungnya sudah tidak ada di kandang. Aku pun langsung menuju rumaku lagi nyampein masalah ini. Sambil agak takut aku akhirnya beraniin ngomong sama Kamil.
"Mil, ko burung kita ngga ada satu-satu acan."
"Pada ke mn?"
"Apa ada yang ngambil?"tanyaku rada takut-takut.
"Lagi pada main, Yah."
"Nanti juga sore pada pulang,"kata Kamil dengan enteng dan agak cuek.
"Ko bisa, Mil?"tanyaku lagi.
"Cari makan, atau main ke tempat lain."
"Biasa, burung daramah suka cari teman, Yah,"kata Kamil.
"Oh, gitu,"kataku.
Alhamdulillah, aku lega dengan jawaban Kamil dan sekaligus hilanglah perasaan takutku. Ternyata, Kamil udah tahu bahwa burungnya itu pada main dari pagi sampai sore. Setelah itu, pulang ke kandangnya.
Sorenya, aku lihat kandangnya, apakah benar apa yang dikatakan Kamil? Ternyata, benar, burung-burung dara itu kembali lagi ke kandangnya.
Keesokan hari, pagi-pagi, aku kontrol lagi ke kandang burung-burung dara Kamil sambil aku berniat memberi makannya. Sesampai di kandangnya, ternyata, memang burung-burung dara itu sudah tidak ada di kandangnya. Mungkinkah burung-burung itu keluar mencar makan atau mencari teman? Seperti yang dikatakan Kamil. Mudah-mudahan seperti itu. Hal ini, tidak aku sampaikan lagi ke Kamil. Kamil pasti akan menjawab hal yang sama dengan jawaban yg kemarin. Aku tinggal ngeliat nanti sore apakah burung-burung dara itu akan kembali lagi ke kandangnya?
Selepas ashar, sekitar jam 5an, aku ke kandang burung dara, untuk melihat apakah burung-burung dara itu pulang kembali ke kandangnya, seperti ke marin. Kubuka pintu rumah emakku, ku menuju ke arah kandang burung dara. Kulihat ke sekitar kandang burung dara itu. Betapa kagetnya aku, ternyata dari 15 burung dara yg pulang ke kandang hanya satu, yang lain tidak pulang entah ke mn. Aku masih berharap masih bisa pulang. Nanti selesai buka puasa, aku lihar lagi. Aku pun pulang lagi ke rumah untuk siap-siap buka puasa. Dan hal ini belum kusampaikan ke Kamil.
Setelah buka puasa dan juga solat magrib, aku kembali lagi ngontrol kandang burung dara di tempat rumah emakku. Aku langsung masuk ke rumah emakku dan menuju ke belakang tempat di mana kandang burung dara itu berada. Suasana gelap, tidak ada lampu. Kuhidupkan senter dari HPku untuk melihat-lihat keadaan burung-burung dara itu. Satu persatu sudut dari kandang burung itu kusenteri. Ternyata, burung-burung itu itu tidak ada, tidak pulang lagi ke kandangnya. Penasaran lagi, kusenteri sudut yang lain, sudut atas, di mana kadang-kadang burung itu hinggap di situ. Alhamdulillah, masih ada satu ekot yang yang pulang, yang 14 ekor lagi entah ke mana.
Kukembali lagi ke rumah, menyampaikan kabar ini sama Kamil yang sedang menikmati makannya selesai berpuasa dari pagi sampai sore. Aku langsung aja ngomong.
“Mil, ayah barusan nengok kandang burung dara.”
“Burung-burung dara Kamil ngga pulang ke kandangnya.”
“Cuma 1 yang pulang, Mill,”
“Pada ke mana ya, Mil,”kataku sambil sedikit agak kebingungan.
“Pada pergi kali, Yah.”
“Biasanya, burung dara itu ngikutin temen-temennya,”katanya.
“Masa sihn Mil?”tanyaku.
“Ya, Yah.”
“Coba tanyain sama yang biasa miara burung dara.”
“Penyakit burung dara biasanya begitu,”kata Kamil dengan entengnya tanpa punya perasaan kehilangan.
“Terus bagaimana?”
“Kamil marah, ngga?”tanyaku.
“Ngga, Yah.”
“Salah Kamil juga udah ngga ngurusin.”
“Jadi pada pegi tuh burung-burung itu.”
“Tapi, coba lihat aja besok, Yah.”
“Siapa tahu, pada pulang lagi,”kata Kamil.
“Ya, Mil,”kataku.
Pagi agak siang, aku kontrol lagi kandang burung dara, sambil membawa beras yang akan kuberikan pada burung-burung dara itu. Siapa tahu, burung-burung dara yang kemarin belum pulang, pagi hari ini pulang. Aku menuju rumah emakku, tempat kandang itu berada. Kulangsung masuk ke tempat kandang itu berada. Ternyata, burung-burung itu benar-benar tidak pulang. Hanya satu ekor burung yang ada, sendiri, kesepian,tidak ada teman-temannya. Ketika aku berikan butiran beras, tidak mau makan, tidak seperti ada teman-temannya. Aku kembali lagi ke rumah, sambil berharap mudah-mudahan besok burung-burung itu kembali lagi untuk melengkapi yang satu ekor hingga tetap menjadi 15 ekor.
Keesokan harinya, aku kembali tengok kandang burung dara itu. Mudah-mudahan burung-burung dara itu kembali ke kandangnya. Aku menuju tempat kandang burung dara itu. Ternyata, burung-burung dara itu, tidak kembali lagi. Bahkan, yang satu ekor, yang aku lihat masih ada, ikut pergi meninggalkan kandang itu. Merasa kesepian, tidak ada teman-temannya. Kini, kandang burung dara itu kosong, sepi, kelimabelas burung dara itu telah meninggalkan kandang itu. Pergi entah ke mana.
Ada hal dapat kita petik dari cerita pendek ini. Burung dara adalah makhluk hidup ciptaan Alloh SWT. Dia seperti manusia juga. Butuh kasih sayang, butuh perhatian, butuh makan, dan lain-lain. Pada saat hal itu tidak didapatkan dari kita, maka dia akan pergi meninggalkan kita, mencari tempat atau lingkungan lain sebagai cara untuk mempertahankan kelangsungan kehidupannya.
Sebaiknya, ketika kita tidak punya waktu, sibuk, tidak bisa mengurus binatang-binatang itu, kita tidak usah memeliharanya, biarkan mereka hidup bebas, di alamnya, atau di lingkungan yang lain.
Cipayung, 11 Mei 2020, Stay at Home
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Burung dara itu adalah makhluk Alloh SWT. Mereka butuh kasih sayang, butuh perhatian. Manakala, tidak didapatkan hal itu, mereka akan meninggalkan kita untuk selamanya.
Terima kasih, Bu Lisa dan Pak Yusri komennya.Salam kenal, Bu Lisa dan Pak Yusri.Tetap Sumangat, Salam Literasi!
Maaf, Maksud sy, Pak Yusrin.
Mantul pak. Salam.
Setuju pak. Bila tak mampu merawat biarkan Meraka terbang bebas daripada tersiksa.
Setuju pak. Bila tak mampu merawat biarkan Meraka terbang bebas daripada tersiksa.