Oleh:Dede Saroni

Untuk membuat suatu tulisan yang jelas, akurat, dan singkat sehingga enak dibaca dan mudah dipahami peembaca, memerlukan beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan ini yang disebut proses menulis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Burtis, dkk., dalam Kroll dan Well bahwa menulis memerlukan perencanaan, karena dalam menulis mempunyai kebebasan untuk mengembangkan suatu gagasan sebelum dan sesudah menulis. Adanya kebebasan tersebut memungkinkan penulis untuk melakukan perbaikan karena rencana tersebut dapat dikembangkan dan diperbaiki pada saat proses menulis. Perencanaan juga dimaksudkan untuk mengatasi kemungkinan adanya kompleksitas dan peembatasan ide-ide.

Mc.Crimmon menyatakan bahwa proses menulis dapat dibagi menjadi 3 tahap: planning, drafting, dan revising. Planning merupakan suatu prosedur yang urut, digunakan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Sebagai tahap pertama dalam proses menulis, planning merupakan rangkaian strategi yang dirancang untuk menemukan dan menghasilkan informasi dalam tulisan. Drafting adalah prosedur untuk menggambarkan sketsa pendahuluan. Sebagai tahap kedua dalam proses menulis, drafting merupakan rangkaian strategi yang dirancang untuk mengatur dan mengembangkan tulisan yang terus-menerus. Sedangkan revising adalah prosedur untuk meningkatkan atau memperbaiki tulisan untuk kemajuan. Sebagai tahap ketiga dan terakhir dari proses menulis, revising merupakan rangkaian strategi yang dirancang untuk menguji kembali dan menilai kembali pilihan yang sudah menciptakan tulisan.

Menurut Tompkins, ada lima tahap proses menulis, yaitu prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing. Pada tahap prewriting, kegiatan yang dilakukan adalah memilih topik serta mengorganisasikannya, mengidentifikasi pembaca, dan memilih bentuk karangan yang tepat berdasarkan pembacanya. Pada tahap drafting, penulis menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya ke dalam draf kasar. Pada tahap revising, penulis merevisi draf yang yang telah disusunnya. Revisi dilakukan dengan menambah informasi, mempertajam rumusan tujuan, dan membuang informasi yang tidak relevan. Pada tahap editing, penulis mengoreksi karangannya berkaitan dengan ejaan dan pilihan katanya. Pada tahap publishing, penulis mempublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan, misalnya mengirimkan kepada penerbit, membacakan di depan kelas, memajang tulisan di tempat umum, dan sebagainya.

Dari sudut pandang pembaca, sebuah teks tulis merupakan hasil akhir dari menulis, sedangkan dari sudut penulis, teks tulis tersebut dihasilkan melalui suatu proses menulis, Combleet dan Carter mencirikan bahwa menulis merupakan suatu proses ketika terjadi rangkaian kegiatan menulis kata-kata, membacanya, membetulkan kesalahan, meneruskan menulis, membaca ulang teks yang telah dibuat untuk memastikan maknanya, lalu memutuskan langkah berikutnya untuk kembali menulis.

Jika dipandang melalui prosesnya, khususnya pengacuan pada konteks yang melingkupinya, Hamp-Lyons dan Kroll dalam Weigle mengatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang berlangsung di dalam suatu konteks berupaya unuk mencapai tujuan tertentu, serta berusaha untuk membuat tulisan dengan bentuk sedemikian rupa, guna memenuhi kebutuhan pembacanya. Dalam pengertian itu, menulis mempunyai sifat sosial dan kultural karena kegiatan in I mengacu pada konteks kegiatan berkomunikasi dalam lingkungan masyarakat tertentu, bukan sekedar merupakan produk fisik dari penulis. Konteks sosial pada kenyataannya amat mempengaruhi berbagai kegiatan yang terlibat dalam proses menulis, antara lain pemilihan genre tulisan.

Selain itu, dalam pengembangan teksnya, Brown memandang proses menulis melalui ciri proses menyusun tulisan. Dari sudut pandang penyusunan tulisan, menulis melibatkan berbagai keterampilan khusus, seperti menelurkan ide-ide itu secara koheren, menggunakan pemaparan dan konvensi wacana unttuk menghasilkan tulisan padu, menyunting tulisan untuk memperjelas makna, serta menyunting tulisan menurut aspek tata bahasa yang tepat.

Dari sejumlah pendapat tentang proses menulis dapat disimpulkan bahwa banyak sekali unsur keterampilan yang dibutuhkan untuk proses menulis, dari yang bersifat mekanis, seperti menghasilkan pola-pola bentuk bahasa (grafem, morfem, kata, kalimat, dan teks) hingga yang bersifat lebih kompleks, seperti memanfaatkan pengetahuan tentang fungsi bahasa dan aspek sosial bahasa untuk menghasilkan tulisan yang mampu menyampaikan pesan yang dimaksudkan. Keterampilan mekanis itu dikeembangkan dari beberapa pengetahuan struktural, seperti pengetahuan gramatikal dan pengetahuan tekstual.

Cipayung, 18 Maret 2021

Sumber:

Brown H.Douglas. Principles of Language Learning and Teaching. Prentice Hall, Inc.

M.Kroll, Barry and Well, Gordon. Exploration in the Development of Writing. John Wiley & Sins Ltd

Mc.Crimmon, James M.Writing with a purpose. Hougton Mifflin Company

Tompkins. Teaching Writing;Balancing Process and Product. Mc.Millan College Publishing Company