Si Pitung, Jagoan dari Betawi (tantangan hari ke-91)
Oleh:Dede Saroni
Hati si Pitung geram sekali. Sore ini ia kembali melihat kesewenang-wenangan para centeng Babah Liem. Babah Liem atau Liem Tjeng adalah Tuan tanah di daerah tempat tinggal si Pitung. Babah Liem menjadi Tuan tanah dengan memberikan sejumlah uang pada pemerintah Belanda, Selain itu, ia juga bersedia membayar pajak yang tinggi pada pemerintah Belanda. Itulah sebabnya, Babah Liem mempekerjakan centeng-centengnya untuk merampas harta rakyat dan menarik pajak yang jumlahnya mencekik Ieher.
Si Pitung bertekad, ia harus melawan para centeng Babah Liem. Untuk itu ia berguru pada Haji Naipin, seorang ulama terhormat dan terkenal berilmu tinggi. Haji Naipin berkenan untuk mendidik si Pitung karena beliau tahu wataknya. Ya, si Pitung memang terkenal rajin dan taat beragama. Tutur katanya sopan dan ia selalu patuh pada kedua orangtuanya, Pak Piun dan Bu Pinah.
Beberapa bulan kemudian, si Pitung telah menguasai segala ilmu yang diajarkan oleh Haji Naipin. Haji Naipin berpesan,
“Pitung, aku yakin kau bukan orang yang sombong. Gunakan ilmumu untuk membela orang-orang yang tertindas. Jangan sekali-kali kau menggunakannya untuk menindas orang lain.
”Si Pitung mencium tangan Haji Naipin lalu pamit. Ia akan berjuang melawan Babah Liem dan centeng-centengnya.
“Lepaskan mereka!” teriak si Pitung ketika melihat centeng Babah Liem sedang memukuli seorang pria yang melawan mereka.
“Hai Anak Muda, siapa kau berani menghentikan kami?” tanya salah satu centeng itu.
“Kalian tak perlu tahu siapa aku, tapi aku tahu siapa kalian. Kalian adalah para pengecut yang bisanya hanya menindas orang yang lemah!” jawab si Pitung.
Pemimpin centeng itu tersinggung mendengar perkataan si Pitung. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk menyerang si Pitung. Namun, semua centeng itu roboh terkena jurus-jurus si Pitung. Mereka bukanlah lawan yang seimbang baginya. Mereka Ian terbirit-birit, termasuk pemimpinnya.
Sejak saat itu, si Pitung menjadi terkenal. Meskipun demikian ia tetaplah si Pitung yang rendah hati dan tidak sombong.
Sejak kejadian dengan para centeng Babah Liem, si Pitung memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi rakyat jelata. Ia tak tahan menyaksikan kemiskinan mereka, dan ia muak melihat kekayaan para tuan tanah yang berpihak pada Belanda.
Suatu saat ia mengajak beberapa orang untuk bergabung dengannya. Mereka merampok rumah orang-orang kaya dan membagikan hasil rampokan tersebut pada rakyat jelata. Sedikit pun ia tak pernah menikmati hasil rampokan itu secara pribadi.
Rakyat jelata memuji-muji kebaikan hati si Pitung. Sebaliknya, Pemerintah Belanda dan para Tuan tanah mulai geram.
Apalagi banyak perampok lain yang bertindak atas nama si Pitung, padahal mereka bukanlah anggota si Pitung. Pemerintah Belanda kemudian mengeluarkan perintah untuk menangkap si Pitung. Meskipun menjadi buronan, si Pitung tak gentar. Ia tetap merampok orang-orang kaya, dengan cara berpindah tempat agar tak mudah tertangkap.
Kesal karena tak bisa menangkap si Pitung, Pemerintah Belanda menggunakan cara yang licik. Mereka menangkap Pak Piun dan Haji Naipin. Salah satu pejabat pemerintah Belanda yang bernama Schout Heyne mengumumkan bahwa kedua orang tersebut akan dihukum mati jika si Pitung tak menyerah. Berita itu sampai juga ke telinga si Pitung. Ia tak ingin ayah dan gurunya mati sia-sia. Ia lalu mengirim pesan pada Schout Heyne. Si Pitung bersedia menyerahkan diri jika ayah dan gurunya dibebaskan. Schout Heyne menyetujui permintaan si Pitung. Pak Piun dibebaskan, tapi Haji Naipin tetap disandera sampai si Pitung menyerahkan diri. Akhirnya si Pitung muncul.
“Lepaskan Haji Naipin, dan kau bebas menangkapku,” kata si Pitung. Schout Heyne menuruti permintaan tersebut. Haji Naipin pun dilepaskan.
“Pitung, kau telah meresahkan banyak orang dengan kelakuanmu itu. Untuk itu, kau harus dihukum mati,” kata Schout Heyne.
“Kau tidak keliru?Bukannya kau dan para tuan tanah itu yang meresahkan orang banyak?Aku tidak takut dengan ancamanmu,” jawab si Pitung.
“Huh, sudah mau mati masih sombong juga. Pasukan, tembak dia!” perintah Schout Heyne pada pasukannya.
Pak Piun dan Haji Naipin berteriak memprotes keputusan Schout Heyne. “Bukankah anakku sudah menyerahkan diri? Mengapa harus dihukum mati?” ratap Pak Piun. Namun Schout Heyne tak perduli, baginya si Pitung telah mengancam jabatannya.
Suara rentetan peluru pun memecahkan kesunyian, tubuh si Pitung roboh bersimbah darah terkena peluru para prajurit Belanda. Pak Piun dan Haji Naipin sangat berduka. Mereka membawa pulang jenazah si Pitung kemudian menguburkannya. Berkat jasa-jasanya, banyak sekali orang yang mengiringi pemakamannga dan mendoakannya. Meskipun ia telah tiada, si Pitung tetap dikenang sebagai pahlawan bagi rakyat jelata.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi adalah Jadilah orang yang rendah hati dan berani membela kebenaran
Cipayung, 04 Oktober 2020
Bacaan:
Diambil dari berbagai sumber
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren, Pak Dede. Salam kompak selalu.
Terima kasih, Pak. Salam literaalsi
Menarik Pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Cerita yg sangat melegenda....kereen sekali
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Keren pak pegiat literasi Betawi ..lanjutkan
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Pernah lihat film Si Pitung sekitar tahun 80an....Terimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS pak
Sama-sama, Pak Blangkon. Salam literasi
Si Pitung, film keren yang kutonton waktu kecil. Jemarinya berhias batu ali yang besar-besar. Dicky Zulkarnaen kalau tidak salah pemainnya ya, Pak
Betul, Bunda, Dicky Zulkarnain. Terima kasih. Salam literasi
Sangat menarik dengan pesona tersendiri. sehat dan sukses selalu buat bapak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Berasa nonton film si Pitung lagi. Semangat selalu Pak. Salam sukses dan salam literasi.
Alhamdulillah. Terima kasih. Salam literasi
Gurih ceritanya Pak....
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Keren Bapak, Si Pitung elok Budi, salam sehat selalu dan salam Literasi
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Lanjut pak de. Salam literasi
Terima kasih, Pak. Salam literasi
Jadilah orang yang rendah hati dan berani membela kebenaran. Keren amanat yg diselipkan Bapak. Sukses selalu
Terima kasih, Pak. Salam literasi
Ringan sekali penuturannya pak dede, enak dibaca.. sukses buat bapak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Masih terkenang film dipiting. Keren Pak sukses selalu ya Pak. Salam literasi
Ya, Bunda. Terima kasih. Salam literasi
Si pitung pahlawan Betawi yg sangat pemberani. Keren pak ceritanya saya jg pernah menonton Filmnya
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Keren pak, teringat film sipitung. Salam sukses selalu pak.
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Jagonyasi Pitung, tetanggaku kasih nama anaknya juga si Pitung. Keren Pak salam literasi
Ya, Bunda. Terima kasih. Salam literasi
Mantap, kisah si pitung dengan mengambil pesan moral akan kerendahan hati kita semua untuk menirunya...salut pak
Sama-sama, Pak E.A.Wahyudiono. Salam literasi
Keren Pak Dede. Sukses selalu dan salam literasi
Terima kasih, Pak. Salam literasi
membaca kisah si pitung, seperti nonton filmnya pak. kerenn salam sukses
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Cerita yang menarik pak.... salam literasi
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
wow orang Betawi mengangkat kisah dari Betawi Juga keren,,, menginspirasi....
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Pesan moralnya patut dicontoh.
Ya, Bunda. Terima kasih. Salam literasi
Benar, jadilt pribadi yang rendah hati. Nice Pak
Ya, Bund. Terima kasih. Salam literasi
Kereen Pak Dede. Selalu mengangkat khasanah Betawi.
Terima kasih, Bu. Bagian usaha melestarikan budaya daerah. Salam literasi
Cerita melagenda. Tetap bisa menjadi tauladan dari sikap dan sifat yg baik dari si Pitung. Keren pak. Sukses selalu buat karya2nya dan salam literasi
Terima kasih, Pak. Salam literasi
Cerita yang menewen, ada penanaman karakter di sana, salamat jalan pitung
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Kerenn pak kisah si pitung
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Wah, mantap, Pak. Luar biasa. Semoga sukses selalu. Salam literasi.
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
tulisan yabg sangat menarik, penuh makna dan tdk membosankan ,,,,, sukses selalu untuk bapak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
tulisan yabg sangat menarik, penuh makna dan tdk membosankan ,,,,, sukses selalu untuk bapak
tulisan yabg sangat menarik, penuh makna dan tdk membosankan ,,,,, sukses selalu untuk bapak
sukses selalu pak dengan ceritanya yang top
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Keren Pak. Pesan moral cerita si Pitung luar biasa. Sukses selalu ya Pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Pitung yang baik budi. Salam literasi.
Terima kasih, Bu. Salam literasi
Keren pa... Cerita dari Betawi.... Salam sukses
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Keren ceritanya pak, salam sukses selalu
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Mantul Cerpennya pak Dede Saroni.
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Terkesima saya membacanya pak. Sungguh kejam para penjajah. Semoga Allah melindungi negara kita selalu. Aamiin
Ya, Bunda. Terima kasih. Salam literasi
Keren, Pak. Sipitung hebat
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Kisah Si Pitung selalu di hati, diceritakan lagi ..dengan keren. Lanjut Pak, lestarikan budaya Betawi.
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Good Job, Smoga kita selalu menjadi orang yang selalu rendah hati, sukses pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Wah film kenangan masa kecil pak..suka banget..lawan belanda ..sukses terus
Betul, Pak. Terima kasih. Salam literasi
Kental dengan budaya ceritax Pak... Salam Budaya
Terima kasih, Pak. Salam literasi
Keren cerita si pitungnya pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Mantap ceritanya pak..sukses selalu..di tunggu kelanjutannya
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Cerita ini mengingatkan pada kita untuk tidak dzalim, sukses dan salam literasi Pak Dede Saroni, M.Pd
Betul sekali, Pak. Terima kasih. Salam literasi
Renyah tapi mempesona ceritanya
Terima kasih, Pak. Salam literasi
Punya pesona tersendiri membaca kisah si pitung dari cerita pak Dede. Sukses selalu pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi