Dedi Saputra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Bahagia
Sumber: kompas.com

Belajar Bahagia

Coba bayangkan anda adalah seorang guru yang masuk ke sebuah kelas, dan kelas itu dalam kondisi tidak kondusif. Siswa sibuk dengan urusan mereka masing-masing, kelas berantakan seperti habis perang dunia lain, dan ketika anda masuk mereka seperti tidak mengenal anda. Rasanya itu sudah cukup buat tensi naik dan jantung berdegup kencang menahan amarah.

Buruknya lagi, jika kondisi tersebut bertahan sampai kita memberikan materi pelajaran. Ada siswa yang tertidur, membaca buku diam-diam, ada yang bercanda dengan teman di dekatnya. Lalu pada saat itu meledaklah amarah anda.

Mungkin dengan kita menunjukkan marahnya kita sebagai guru dengan mengebrak meja misalnya, suasana menjadi berubah. Siswa yang awalnya tidur jadi terbangun, siswa yang tadinya asyik sendiri jadi memperhatikan kita. Apakah pada saat itu anda sudah berhasil menguasai keadaan kelas? Ya, jawabnyaa. Saat itu kita mampu menguasai kelas, tapi tidak menguasai psikologis peserta didik.

Betapa pun dongkolnya suasana hati kita saat itu, tentu lebih dongkol peserta didik. Pasalnya, selain mereka mendapat semprotan amarah kita, sesungguhnya mereka belum sempat berdamai dengan suasana hati mereka yang belum siap mendapat asupan ilmu pengetahuan. Ketidaksiapan alam bawah sadar untuk menerima sesuatu yang baru itulah yang berefek pada rasa ngantuk dan malas.

Otak manusia tidak akan mampu bekerja secara maksimal jika dalam kondisi yang buruk atau sedang tidak bahagia.

Kondisi alam bawah sadar yang belum siap, layaknya seperti mesin kendaraan yang baru dinyalakan dan butuh untuk dipanaskan terlebih dahulu.

Mengawali pertemuan pembelajaran dengan mood yang tidak baik tentu akan menular kepada peserta didik.Cara yang cukup efektif dalam memanaskan semangat dan keinginan untuk belajar dari peserta didik adalah dengan cara memberikan tayangan yang menghibur, lucu, atau inspiratif.

Lihatlah hasilnya, siswa yang tadinya tertidur misalnya, maka dengan sukarela mereka mau mengangkat kepalanya untuk melihat tayangan yang kita bagikan. Secara perlahan, stimulus berupa tayangan video yang kita berikan akan membangkitkan rasa bahagia yang sejak tadi tertidur dan merasa tertekan.

Mau atau tidak, kita harus mengorbankan waktu belajar efektif untuk diisi dengan tayangan video yang menghibur. Tentu itu semua demi lancarnya proses pembelajaran.

Setelah kondisi mental peserta didik siap untuk dimasuki ilmu pengetahuan, maka membangun kesepakatan yang adil antara peserta didik dan guru adalah sesuatu yang perlu dilakukan. Kesepakatan yang adil, walaupun ia berupa hukuman maka akan dilakukan dengan penuh penerimaan. Misalnya, jika masih ada siswa yang tertidur setelah diberi tayangan video menarik, maka dia akan dihukum push up sebanyak lima kali.

Jika hukuman ini sudah menjadi kesepakatan maka, hukuman yang diberlakukan akan dilakukan dengan senang hati.

Satu hal yang perlu kita ingat adalah jangan sampai guru dianggap merenggut kebahagiaan peserta didik, yang kita lakukan harusnya menumbuhkan rasa bahagia peserta didik ketika menerima pelajaran apa saja.

Jambi, September 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post