Defi Yuslia

Defi adalah Guru PAI di SDN 09 Belakang Balok Bukittinggi Sumatera Barat, lahir di Bukittinggi tanggal 23 Oktober 1972. Motto :" Ide besar - eksekusi = 0...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bahasa Minang Bahasa Emakku, Jati Diriku sebagai Padusi Minang

Bahasa Minang Bahasa Emakku, Jati Diriku sebagai Padusi Minang

“Bahasa menunjukkan bangsa”, merujuk kepada gambaran identitas suatu bangsa. Begitu juga dengan bahasa daerah menunjukkan asal daerah masing-masing, namun globalisasi berpengaruh kepada penggunaan bahasa. Akibatnya bahasa ibu yang melekat dalam kehidupan sehari-hari lama-kelamaan memudar sehingga mungkin sirna di telan masa. Bahasa daerah yang biasa dikenal sebagai bahasa ibu, sudah mulai tergerus oleh zaman. Ada beberapa alasan orang tua untuk mengajarkan lansung Bahasa Indonesia sejak dini sehingga mereka tidak menguasai bahasa ibu sendiri. Karena Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan pemersatu bangsa, kemana pun mereka merantau, jika sudah menguasai Bahasa Indonesia maka akan mudah menjalin komunikasi secara lancar, luwes dan fleksibel. Sehingga bahasa ibu seringkali terabaikan, miris rasanya sekiranya bahasa ibu sempat tersingkirkan dan menjadi asing di negeri sendiri. Saatnya kembali mengenalkan kepada generasi muda dan peserta didik kita dengan bahasa ibu mereka.

Pemerintah Kota Bukittinggi kembali memberlakukan pembelajaran muatan lokal” Budaya Alam Minangkabau”. Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan karena bahasa Minang sudah mulai tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan krisis karakter generasi muda kepada yang lebih tua. Salah satu pembelajaran Budaya Alam Minangkabau yang dapat membentuk karakter generasi muda adalah” Tahu Di Nan Ampek”. Tau Di Nan Ampek tersebut meliputi kato mandaki, kato manurun, kato mandata dan kato malereng.

Kato mandaki sebuah ungkapan tentang cara kita berbicara dan bersikap kepada yang lebih tua. Kato manurun merupakan ungkapan yang menggambarkan cara berbicara dan bersikap kepada yang lebih muda. Kato mandata digunakan untuk berbicara dan berprilaku kepada yang sama besar dengan kita. Terakhir kato malereng yang merupakan ungkapan sikap dan prilaku kepada orang yang kita segani dan hormati seperti mertua, besan, ipar dan sebagainya. Setelah pembelajaran Budaya Alam Minangkabau tersebut diharapkan akan lahir generasi yang memahami bahasa daerahnya, budaya alam, seni tradisional dan tata karma.

Usaha Pemerintah Daerah untuk menghidupkan kembali penggunaan bahasa daerah dengan memberlakukan bel masuk sekolah dengan variasi 3 bahasa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Daerah. Dengan penggunaan bel ini, diharapkan siswa tidak merasa asing dengan bahasa emaknya sendiri dan merasa bangga memiliki bahasa daerahnya sendiri yang ikut memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

Kemudian, beberapa poster layanan masyarakat dan layanan publik diusahakan menggunakan variasi dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Daerah. Dengan gebrakan Pemerintah Daerah tersebut diharapkan aspek bahasa Daerah berkembang dan masuk dalam setiap lini kehidupan baik lembaga sosial, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya. Sehingga aspek kesantunan berbahasa daerah tetap terpelihara dari generasi hingga generasi.

Nan kuriak kundi nan merah sago, nan baiak budi nan indah bahaso dalam bahasa Indonesia artinya adalah yang baik budi yang indah bahasa, sikap dan perilaku yang berbudi baik dan bahasa yang indah. Inilah yang menjadi karakter masyarakat Minangkabau yang dikembangkan di tengah masyarakat.

Menjadi padusi Minang siap menjadi panutan di tengah masyarakat yang di sebut sebagai Bundo Kanduang. Bundo kanduang harus bisa memposisikan dirinya sebagai istri, ibu dan contoh teladan di tengah masyarakat, baik dalam berbicara, bersikap dan sebagainya. Aku bangga menjadi padusi Minang.

PROFIL PENULIS

Penulis bernama Defi Yuslia, lahir di Bukittinggi pada 23 Oktober 1972. Lahir dari keluarga sederhana dan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Putri bungsu dari Bapak Yusuf St. Mangkuto dan Ibu Rosni ini merupakan lulusan IAIN Imam Bonjol Padang Jurusan Pendidikan Agama pada tahun 1997 dan melanjutkan pendidikan pasca sarjana di IAIN Bukittinggi pada tahun 2018.

Penulis mengabdikan diri sebagai guru agama di SDN 02 Percontohan Bukittinggi sejak tahun 2005 sampai 2012 dan saat ini bertugas di SDN 09 Belakang Balok Bukittinggi. Selama mengabdikan diri sebagai guru, penulis pernah menulis artikel dan beberapa buah buku. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WA (081267676429) atau email : [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post