' Anak Pantai ' Tagur ke 32
Kuatnya sebuah ikatan persaudaraan dimasa kuliah telah membuat keluarga buk Asmita meng-agendakan undangan temannya Warna lewat Wats-Ap.melalui mensos undangan itu telah disampkai ke tangan buk Asmita,dibaca dengan wajah senang undangan itu dan berkata pada suaminya " pak besok kita ke pesta teman ibu ya pak " kata buk Asmita pada suaminya.
Suami buk Asmita setuju dengan rencana yang telah dibuat istriya,hingga berangkatlah mereka ke Padang bersama dengan anak perempuannya.diperjalanan waktu Zuhur masuk,maka berhentilah mereka di sebuah Mesjid yang selalu mereka singgahi jika pergi ke Padang,dan ternyata gharim mesjid baru sudah Azan dan belum qomat,maka sangat gembira buk Asmita bisa sholat zuhur berjamaah walaupun sholat di Mesjid itu masih melaksanakan protokoler kesehatan yaitu jaga jarak.
Selesai buk Asmita dan Suami sholat berjamaah mereka lanjutkan perjalanan menuju tempat pesta temannya,beberapa menit kemudian sampailah buk Asmita di lokasi pesta dan langsung bertemu dengan teman yang mengundang.karena memang jadwal makan siang,maka tenda pesta lumayan penuh hingga buk Asmita dan suami serta anak perempuannya duduk agak di pojok.
Selesai makan dan beberapa ciprakan dalam momen foto di janur kuning,mereka pergi menghibur diri melepas pandangan ke tepi pantai.mobil di parkir oleh suami buk Asmita tepat didepan pondok kuliner soto ceker imut di lokasi tugu gempa,sudah tradisi setiap pengunjung di tepi pantai kalau masuk lokasi dan bisa duduk di bawah payung pantai maka harus pesan makanan,setelah pesanan buk Asmita diantar oleh adek2 kedai imut itu mereka menikmati kuliner pantai sambil menyaksikan anak anak pantai mandi mandi sambil menghadang gulungan ombak yang menimbulkan gemuruh air.
Ketika mereka menyatu dengan ombak dan muncul lagi setelah ombak surut,begitu terus hingga sekali sekali mereka duduk di batu pinggir pantai,sementara anak anak laiinnya berlarian sepanjang pasir pantai tampa alas kaki.melihat itu buk Asmita bilang pada suaminya " kuat yaa mental anak anak pantai " mereka nggak takut ombak yang bergemuruh dan siap menerjang tubuh telanjang mereka,mereka tak takut dihempas ombak kebibir pantai.suami ibuk Asmita lanjut bicara " itulah kehidupan,ada yang tinggal di pantai,ada yang tinggal di gunung dan ada juga yang tinggal di bukit,lurah dan kota " semua itu punya ciri masing masing tambah suami buk Asmita.
" Watak mereka akan diterpa oleh lingkungan dimana meteka tinggal ia akan jadi kuat karena lingjungan.begitu juga anak pantai,mereka kuat dan keras karena memang lingkungannya keras.jadi jangan tuntut semua watak anak anak untuk sama.itu tak mungkin sebab lingkungan mereka berbeda." Penjelasan suami buk Asmita.akhirnya cerita itu tersudahi karena hujan yang turun tampa aba aba.mereka bubar dan kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Rumahku , 18 Juli 2020



Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap bu
Mkasiii buk estu..nggk bisa uploud foto buk
Cerita yang menarik dan berkesan sekali. Semangat berkarya, salam sukses, luar biasa.
Alhamdulillah mkasi pak edi..support
keren cerita opininya buk Del
hhhhh mkasi pak kamad hebat
smg sukses sll ya
Amiin
salam literasi ya
salam balik kamad
kenangan indah ya bu
Alhamdulillah pak andi
Kreeenn mbak
hhhh makasiii pak abduuu
Menarik ceritanya bu
alhamdulillah mkasi buk elva