DELVIATI

PROFIL PENULIS Perempuan yang bernama lengkap Delviati, S. Pd., M. Pd. ini dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 10 Januari 1970. Dari s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Istimewanya Kuburan di Belakang Sebuah Masjid

Istimewanya Kuburan di Belakang Sebuah Masjid

Catatan singkat: Delviati

(pembelajaran dalam perjalanan Bukittinggi-Padang, 21 Des 2017)

Keseharian saya berangkat menuju tempat kerja di Kota Padang yang berjarak lebih kurang 100 km dari rumah sangat akrab dengan suasana fajar yang lekat dengan embun paginya. Pukul 04.00 wib saya sudah bangun dan mengerjakan tugas rutin sebagai ibu rumah tangga. Menunggu azan subuh berkumandang saya sudah dapat melaksanakan beberapa kegiatan/pekerjaan hingga mandi dan berwudhuk. Segera setelah azan terdengar dari masjid-masjid yang ada di sekitar tempat tinggal saya, saya shalat subuh kemudian berangkat dari rumah.

Menuju Padang dengan menumpangi sebuah travel, saya bersama beberapa orang pegawai yang bolak-balik Bukittinggi-Padang meluncur dengan kecepatan rat-rata 70 km/jam. Setelah kami menempuh perjalanan beberapa menit naiklah seorang ibu yang kesehariannya adalah sebagai seorang pedagang di Kota Padang. Setelah saling bertegur sapa menanyakan keadaan kami, beliau bercerita tentang tetangga beliau yang meninggal di sebuah kota di Pulau Jawa pada hari Selasa, 19 Des 2017. Setelah ada pertemuan keluarga, mereka menyepakati akan membawa jenazah ibu mereka ke kampung halaman di Sumatera Barat. Anak-anak beliau merencanakan semua ini karena almarhumah (ibu mereka) sudah meninggalkan amanah kepada mereka. Almarhumah meminta jika beliau meninggal nanti, beliau ingin dimakamkan di tanah pekuburan yang berada di belakang sebuah Masjid di kampung halamannya.

Singkat cerita, perjalanan membawa jenazah ini dimulai dengan mengurus surat keterangan kematian dari pihak rumah sakit. Kemudian melakukan perjalanan darat lebih kurang empat jam menuju bandara. Berikutnya keluarga mengurus izin pemberangkatan di bahagian khusus bandara, dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Persyaratan yang ditentukan antara lain bagaimana proses membawa jenazah, peti jenazah dan bagaimana pemberangkatan dari bandara di ujung Pulau Jawa serta penerimaan di bandara Soekarno Hatta, kemudian dilanjutkan menuju Bandara Internasional Minangkabau di Padang.

Diperkirakan jenazah akan sampai di kampung halaman beliau sekitar pukul 14.00 siang pada hari Rabu tanggal 20 Des 2017. Makam untuk almarhuman sudah selesai digali dan siap menunggu jenazah semenjak pukul 12.00 siang. Namun karena kondisi diperjalanan yang tidak dapat diprediksi, akhirnya jenazah sampai di kampung halaman pada hari Rabu malam pada pukul 24.00 wib. Jenazah diselenggarakan dan dimakamkan pada malam itu juga. Saya membayangkan bagaimana perasaan para keluarga, sanak famili dan handai taulan yang berkumpul menunggu jenazah datang. Ada kesedihan, harapan dan berbagai perasaan berbaur menjadi satu. Terbayang pula bagaimana kelelahan yang dirasakan oleh anak-anak dan keluarga almarhumah yang berangkat dari pulau Jawa menuju Padang dan dilanjutkan lagi dengan perjalanan darat ke kampung halaman beliau di lereng Gunung Singgalang lebih kurang 100 km jaraknya dari Bandara International Minangkabau.

Informasi selanjutnya perjalanan membawa almarhumah ke kampung halaman sebagai wujud cinta kasih anak serta keluarga kepada beliau ini mengeluarkan biaya yang tidak kurang dari 100 jt. “Masyaallah, luar biasa!” ucapan ini meluncur secara spontan dari saya dan beberapa penumpang lain yang menyimak cerita tersebut. Sempat terlintas di pikiran saya,”Seandainya uang ini diinfaqkan pada fakir miskin, mereka bisa gunakan untuk modal berusaha untuk menghidupi anak istri serta keluarga mereka. Seandainya ini diberikan pada panti asuhan, warga panti bisa terjamin kebutuhannya untuk waktu jangka yang cukup lama bisa jadi sebulan atau bahkan lebih.”

Apakah keistimewaan tanah pemakaman di belakang Masjid ini dibanding dengan tanah di pulau Jawa atau tempat lainnya? Wallahu a’lam. Apakah sebagai orangtua kita perlu meninggalkan amanah seperti ini? Ataukah jika kita sebagai anak atau keluarga perlukah kita mengikuti amanah orangtua hingga terwujud tanpa memperhitungkan resiko, manfaat atau mudharatnya? Hanya Allahlah yang maha tahu akan hal ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keluarga yang ditinggal seharus bijak dalam menerima wasiat dari almarhum

02 Jan
Balas

betul ibu, Ini mungkin perlu pemikiran yang bijak dilandasi dengan agama agar tidak menimbulkan kesusahan bagi keluarga dan masyarakat sekitar. mungkin ini baik sebagai wujud kasih sayang pada orangtua namun mungkin ada hal yang lebih baik demi kemashlahatan banyak orang.Terimakasih banyak bu salam kenal ya.

02 Jan

Begitulah kehidupan yang sering didramatisir.

17 May
Balas



search

New Post