2.3.a.9 Koneksi Antar Materi – Coaching

Deni Apriliawati – CGP Angkatan 4 Kabupaten Tulungagung

Tujuan Pembelajaran : CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama mempelajari modul 2 dalam berbagai media.

Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai peran anda sebagai penuntun (Sistem Among) atau seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di Modul 2 yakni Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Emosi dan Sosial.

Filosofi yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara ternyata sangat relevan dengan apa yang terjadi didalam pendidikan kita. Menurut beliau bahwa pendidikan adalah proses menuntun murid-murid kita sesuai kodrat anak dan kodart zaman, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai warga masyarakat. Metode coaching adalah sebuah proses menuntun sesuai dengan kodrat anak. Kita sebagai seorang pamong atau seorang guru yang bisa menuntun melalui sebuah pertanyaan-pertanyaan reflektif kemudian bisa menggali semua potensi kekuatan sesuai kodrat anak. Dan salah satu cara untuk menggali potensi dan kekuatan adalah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Coaching dalam proses pembelajaran berdiferensiasi mampu memberikan keleluasaan kepada murid sehingga proses pembelajaran berpihak kepada murid. Dengan kata lain, guru dapat menyediakan berbagai cara masuk akal guna mengakomodasi setiap kebutuhan murid. Dengan pembelajaran ini kita akan bisa menggali kembali bagaimana kekuatan, bakat dan minat serta mengoptimalkan bakat-bakat mereka sesuai kebutuhan dan profil belajar anak. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Proses coaching ini juga bisa berjalan optimal apabila kita juga mengoptimalkan pembelajaran sosial dan emosional. Dengan sosial emosional nanti diharapkan mampu menggali lagi potensi, bakat dan minat mereka, serta membantu anak-anak untuk bisa menghadapi masalah mereka sendiri, dan mampu menyelesaikan masalahnya sesuai dengan potensi dan kekuatan yang ada pada murid itu sendiri. Dan pada akhirnya murid-murid kita akan mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri dan masalah yang membelenggu mereka sendiri dengan semua kekuatan dan potensi yang dimiliki. Dalam konteks pendidikan, coaching menjadi salah satu proses menuntun kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching adalah proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam coaching dapat membuat murid melakukan proses berpikir mendalam.

Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi modul 2.3 bagaimana keterampilan coaching dapat membantu profesi anda sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid.

Coaching merupakan proses elaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coching. Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi.

Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Komunikasi yang memberdayakan coach menginspiorasi coachee untuk memberikan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya dan optimalisasi jawaban coachee agar dapat diterapkan dalam rencana aksi menjadi sarana potensi coachee semakin berkembang.

Perbedaan Coaching, Mentoring dan Konseling terdapat pada tujuannya dalam konteks pendidikan

Coaching bertujuan menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki dalam upaya menyelesaikan masalahnya sendiri. Mentoring bertujuan membagikan pengalamannya atau memberikan tips berdasarkan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya. Sedangkan Konseling bertujuan untuk membantu konseli memecahkan masalahnya.

4 Ketrampilan dasar coaching

Ketrampilan membangun dasar proses coaching

Ketrampilan membangun hubungan baik

Ketrampilan berkomunikasi

Ketrampilan memfasilitasi Pembelajaran

Model Coaching

TIRTA (sansekerta) berarti air. Murid diibaratkan adalah air, dimana tugas guru adalah memastikan air mengalir tanpa sumbatan. Coaching merupakan alat untuk menyingkirkan sumbatan-sumbatan tersebut. Model TIRTA merupakan model yang dikembangkan dengan semangat Merdeka Belajar.

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA : Tanggung jawab

Refleksi yang saya lakukan di dalam sekolah terhadap coaching bahwa ternyata metode ini adalah sebuah upaya guru dalam menuntun murid-murid kita untuk menggali potensi dan kekuatan sesuai dengan kodrat anak didik kita. Melalui potensi itulah anak didik kita akhirnya bisa menghadapi masalah yang ada pada dirinya dan menyelesaikan sendiri dengan potensi dan kekuatannya. Melalui coaching ini mengajarkan murid-murid kita untuk menuntun melalui kesadaran penuh untuk mencapai sebuah kemerdekaan belajar. Coaching ini hendaknya bisa kita terapkan kepada seluruh murid-murid kita dan kita imbaskan kepada komunitas praktisi di sekolah, sehingga merdeka belajar bisa terwujud.

Terimakasih

Salam dan Bahagia