DAKWAH SETETES AIR
Tik! Tetes air yang jatuh dari atas daun pohon, sangat kontras terdengar. Jatuh dan hilang menembus kumpulan air danau hutan. Membentuk gelombang lingkaran. Hanya sesaat, kemudian hilang terserap luasnya air danau. Alam pun kembali tenang seperti semula. Kicauan burung hutan yang sayup terdengar, seolah menyanyikan lagu kesedihan. Mengiringi lamunan seorang pemuda yang duduk tenang, di atas batu pinggir danau. Matanya sayu, menatap kosong ke arah suara tetesan air. Badannya yang membungkuk, seperti sedang memikul beban yang sangat berat. Kakinya berselonjor hampir menyentuh air danau. Diam tak bergeming, bagai menyatu dengan batu danau.
Matahari pagi malu-malu menampakkan diri. Menyembulkan sinarnya di balik awan. Duduk sendiri meninggalkan kawan-kawannya yang masih terlelap di dalam tenda. Kembali teringat kisah hidupnya setahun yang lalu. Sebelum memasuki bangku kuliah. Melakukan aktivitas keseharian di masjid kampungnya. Mengajar anak-anak mengaji di sore hari, setelah pulang sekolah. Sibuk menjadi ketua panitia kegiatan sosial. Selalu asyik membaca Alquran, bersama para sahabatnya. Bersenda gurau bersama, bermain dan belajar dalam nuansa keimanan. Mengukuhkan tekad dalam hati, untuk tetap hidup di jalan kebenaran.
Seiring waktu. Roda dunia terus berputar. Kehidupan kampus begitu menggoda. Merayu jiwanya untuk mencoba hal baru. Menggeser sedikit demi sedikit nilai idealisme yang selama ini menancap di hati. Lambat laun merubah cara padang. Ah! Mumpung masih muda, tak masalah bersenang-senang, begitu pikirnya. Kehidupan gelap pun menyelimuti. Tak tahu lagi mengaji. Tak kenal dengan masjid. Hilang semangat sembahyang. Hanya tahu, kesenangan cara binatang. Ups! Bukannya menambah kualitas, kebenarannya malah digilas.
Tik! Suara tetesan air kembali terdengar. Membuat riak air yang baru. Membangunkan lamunan pemuda lusuh, yang duduk di atas batu danau. Tersentak kesadarannya, terlalu jauh ia melangkah. Meninggalkan tekad yang dulu merasuki diri. Uh! Nafas seakan tersumbat, tatapan mulai samar. Tertutupi air mata yang mulai meleleh. Tak lagi ada rasa malu, seorang pemuda menangis di tengah hutan. Disaksikan alam dan mentari pagi yang mulai membelai hangat. Membangkitkan keyakinannya, yang dulu pernah digenggam.
Tik! Suara tetesan air di atas danau, kini berasal dari mata yang sayu. Merasakan penyesalan yang tiada tara. Menyalakan tekad yang baru. Meninggalkan kegelapan dengan segala resikonya. Ingin kembali membuka, lembaran ajaib kitab suci. Bermesraan dalam sembahyang, dengan Tuhan Yang Maha Penyayang. Langkahnya agak terseret, meninggalkan batu danau. Menuju sahabat yang telah lama ia tinggalkan. Punggungnya yang tadi agak membungkuk, kini tegak membusung. Ia tak tahu, senyum simpul sang mentari di balik awan. Burung dan danau pun berdialog, tentang pemuda yang berjalan pulang. Menuju kekasih sejati yang selalu menanti, Allah Yang Maha Pengasih.
Tik! Suara air terdengar samar. Pemuda itu terus melangkah, tak ingin menengok lagi masa lalu. Berjalan hingga hilang terhalang rimbunnya hutan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Seburuk dan sekelam apapun masa lalu seseorang akan kembali terang ketika kita kembali pada NYA.
setuju
Lebih baik buruk masa lalu baik masa skrg, dari pada baik masa lalu bu erti k masa skrg...
setuju
Lebih baik buruk masa lalu baik masa skrg, dari pada baik masa lalu bu erti k masa skrg...