Deni Wardani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENGAJARAN KARDUS CINTA

PENGAJARAN KARDUS CINTA

Bekerja adalah ibadah. Itu adalah moto yang senantiasa Pak Dede pegang. Sejak memahaminya dari pengajian waktu masih menjadi remaja masjid.

Saat alam berumah tangga ia dijalani. Prinsip itu semakin kuat dipegangnya. Walau baru lulus kuliah D-II PGSD, Pak Dede tidak ingin berpangku tangan. Menunggu peluang menjadi CPNS. Karena ia tahu, kewajibannya mencari nafkah.

Setiap hari Pak Dede kayuh sepedanya, mencari kardus bekas. Keliling kampung berharap ada yang dapat ia kumpulkan. Kecil memang, hasil penjualannya, tapi itulah yang bisa dilakukan. Sekali lagi, rohnya kerja itu adalah ibadah.

Kecaman dan hinaan yang mendera, tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mengayuh sepeda. Orang tuanya selalu menuntut agar ia segera mengajar. Mengamalkan ilmu hasil kuliah. Tapi baginya, istri dan anak lebih membutuhkan nafkah. Menanti kepala keluarganya datang membawa sesuap nasi.

Tampilan dirinya sudah tidak bisa digambarkan lagi sebagai lulusan kuliahan. Karena hanya ingin berbakti kepada orang tua saja, akhirnya ia mau menjadi guru honorer. Perubahan itu pun tidak merubah diri untuk tetap menjual kardus bekas. Pulang mengajar, terus ia kayuh sepedanya dengan kardus bekas di keranjang.

Saat warung-warung yang telah bersedia menyediakan kardus bekasnya, dan sudah lumayan banyak. Cerita hidupnya harus berbelok. Pak Dede diterima menjadi guru CPNS. Namun tempat tugasnya jauh sekali, 40 km dari rumah tempat tinggalnya. Terpaksa ia harus menetap di tempat yang baru. Meninggalkan anak isteri tercinta. Pulang hanya bisa seminggu sekali. Sedih memang, tapi harus dijalani. Hanya karena keyakinan bahwa itu adalah yang terbaik dari Tuhan.

Kardus-kardus itu tak mungkin lagi bisa ia angkut. Setumpuk sisanya masih menggunduk di depan rumah. Seolah sahabat lama yang harus berpisah. Kepada kardus-kardus itu ia berpamitan. Tak lupa juga kepada sepeda tua yang berjasa. Membungkuk dan bergumam, “ Wahai kardus-kardus, sebentar memang perjumpaan kita. Tapi, sungguh kisah kalian akan selalu tercatat. Sebagai bagian sejarah. Seorang guru, telah belajar dari pengalaman. Kisah cinta sederhana. Terima kasih atas kesediaan kalian, mengajarkan makna hidup yang sebenarnya. Bahwa hidup itu adalah ibadah. Itu pula yang akan saya ajarkan kepada para muridku kelak”.

Pak Dede tatap kardus dan sepedanya bergantian. Senyuman keharuan menyeruak. Hari pun telah petang, saatnya waktu sholat. Ia balikan, badan menuju masjid di kampung. Kardus-kardus tetap tak bergeming. Berbisik di antara mereka, tentang keberhasilannya memberikan pengajaran. Kepada calon guru kehidupan. Bahwa hidup ini adalah semata-mata hanya untuk IBADAH kepada Allah Tuhan Yang Maha Menghidupkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post