Deni Wardani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGAGUMI CINTA

MENGAGUMI CINTA

Jantung seolah berhenti berdetak. Tarikan nafas panjang mengiringi kelopak mata yang terbelalak, menatap ke satu arah. Tidak henti-hentinya ungkapan terlontar dalam hati. Silau akan kecantikan wajah nan anggun penuh dengan senyuman. Rambutnya yang hitam terurai panjang semakin menguatkan keindahannya. Begitu menyejukan, saat kata-kata mengalir dari bibir merah alaminya, tegas namun santun. Itu adalah contoh ekspresi seorang yang terpesona.

Rasa kagum membangkitkan gairah dalam jiwa. Menghadirkan semangat yang menuntun diri menuangkannya dalam berbagai macam ekspresi. Mimik wajah yang ceria, untaian kata-kata mutiara, rangkaian puisi dan lagu cinta, cerpen, dan roman, semua itu adalah wujud lahirnya. Kekaguman merubah suasana jiwa manusia.

Letupan kecil dalam hati itu mendorong diri untuk berbuat agar dapat meraih yang dikaguminya. Melahirkan keinginan diri untuk berbuat sesuatu agar dirinya dapat dekat dengan yang dikaguminya. Matanya tak bosan untuk melihat lebih lama, mendekati dan bahkan berharap untuk dapat menyentuhnya. Semua itu adalah wajar, karena memang sifat manusia cenderung untuk menyukai keindahan.

Manusia akan berbuat sesuai dengan kecenderungan dirinya, dan itulah kecenderungan. Sebagian manusia kagum dengan harga dirinya, sehingga ia akan berbuat apapun agar kehormatan dirinya senantiasa berada di tingkat yang tinggi. Banyak juga orang yang rela berbuat apa saja, bahkan berani bertaruh nyawa hanya demi uang. Uang bagi dirinya adalah sumber kebahagiaan, walaupun kadang ia harus mengorbankan kebahagiaannya demi uang itu sendiri. Ah, sungguh tidak masuk akal.

Tidak sedikit juga manusia yang berani mengorbankan diri demi lawan jenis. Berbuat di luar nalar demi mendapatkan perhatian lawan jenis. Bukan hanya berani mengorbankan harta dan kekuasaan, seseorang bahkan berani mengorbankan kehormatan diri dan agamanya hanya untuk mendapatkan lawan jenis yang ia sukai.

Kenyataannya, kekaguman seseorang terhadap segala hal yang ada tidak ada yang abadi dan sering berubah-ubah. Saat pria mengagumi seorang wanita cantik, ia sungguh tergila-gila. Berbuat banyak hal agar mendapatkannya, seolah tak ada yang lebih cantik dari wanita yang dikaguminya itu. Namun, saat ia telah mendapatkan wanita itu dan menjadikannya seorang istri, ia mulai melirik wanita yang lain. Wew! Gombal, kan?

Seseorang bekerja keras siang dan malam agar mendapatkan uang banyak. Memeras pemikiran dan tenaga agar ia kaya raya. Hujan deras ataupun panas terik matahari tidak menjadi persoalan, yang penting uang ia dapatkan. Mungkin bukan hanya cara halal, cara haram pun nekad ia tempuh. Semua itu demi uang yang ia kagumi, karena beranggapan bahwa semua kebahagiaan bisa dibeli. Namun saat ia jatuh sakit, dan terpaksa mengeluarkan banyak uang, itu dilakukan agar bisa sembuh. Akibatnya harus kembali tak punya uang dan usahanya gulung tikar, karena semua uang dan asetnya habis untuk biaya pengobatan. Saat itu baru menyadari, ternyata uang bukan sumber kebahagiaan. Zonk!

Logikanya adalah, kebahagiaan yang abadi adalah saat mengagumi sesuatu yang abadi pula keindahannya dan manfaatnya. Ya, semua itu tidak lain adalah kagum kepada Yang Maha Abadi, yakni Allah SWT. Kagum dengan segala ciptaan-Nya yang begitu sempurna. Kasih dan Sayang yang sungguh Maha Luar Biasa kepada manusia bahkan seluruh alam semesta. Tiada banding dan perumpamaannya.

Barangsiapa yang kagum kepada-Nya, menuntut untuk berbuat apa saja agar bisa dekat. Tumbuh rasa cinta dan rindu, tak ingin sedikit pun ada jarak. Rasa cinta ini yang menjadikan seseorang berani mengorbankan segalanya; tenaga, harta bahkan nyawa. Hal itu pula yang menyebabkan seseorang itu mencintai utusan-Nya, Firman-Nya, ketetapan-ketetapan-Nya dan semua yang bersumber darinya, semakin menambah rasa kagum yang tiadda terkira. Tak ada yang dapat menghalangi untuk selalu berbuat yang terbaik. Baginya, kematian hanyalah jalan untuk bertemu dengan Allah Yang Maha Penyayang. Kekaguman kepada-Nya inilah kekaguman yang hakiki, tidak akan lekang oleh masa dan luntur oleh waktu.

Rasa kagum kepada-Nya karena diawali mengenal-Nya. Bila seseorang belum merasa kagum kepada-Nya, semua itu karena ia belum kenal kepada-Nya. Inilah penyebab sebagian manusia lebih memilih peras keringat banting tulang, kemudian rela meninggalkan perintah-Nya, demi harta dan kesenangan semu. Penyebab utamanya adalah belum “kenalan” dengan-Nya Yang Maha Indah.

Rasa cinta yang mendalam karena tumbuh dari rasa kagum yang luar biasa inilah yang menjadi sumber kekuatan orang-orang dulu. Mereka mampu melintasi gunung dan menyebrangi samudera yang luas sehingga menguasai dunia. Di belahan bumi mana pun berpijak, kapan pun melangkah, yang hanya menambah rasa takjub akan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa.

Cinta pertama memang utama. Wallahua’lam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post