Deni Wardani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TANPA AKU DUNIAMU KAKU

TANPA AKU DUNIAMU KAKU

Ibu-ibu tetangga sering berkumpul di depan rumah setiap sore. Selain karena teras rumah yang sejuk, mungkin juga karena rumah saya tidak terlalu bagus, sehingga tetangga tidak segan untuk sekedar duduk santai. Matahari sore bersinar di belakang rumah, juga jadi penyebab udara di depan rumah tidak panas. Berbagai hal bisa menjadi tema obrolan para ibu rempong itu. Dari mulai perihal anak sampai urusan negara, mereka bicarakan. Sepertinya anggota dewan di Ibu Kota sana, harus mengaku kalah, bila dibandingkan dengan kehebohan para ibu itu, saat berdialog tentang urusan negara.

Salah satu tema yang menarik sore itu adalah tema seputar menu masakan. Rupanya mereka sudah beberapa kali berkesperimen, dengan berbagai resep yang mereka unduh dari Mbah Google. Seperti kesepakatan yang biasa terjadi di sebuah badan musyawarah, mereka serentak mencoba menu yang sama di hari yang sama. Lebih murah lho, dengan menu yang sama, kan bisa beli bahan yang sama dan banyak. Namun hanya beberapa saja yang lebih memilih untuk membuat masakan dengan kreativitas sendiri. Mencampur aduk berbagai bahan makanan, berharap menemukan menu resep yang baru. Tidak terlalu mempersalahkan rasanya. Ya, mereka golongan ibu yang kreatif.

Kreativitas inilah yang dapat membangun bangsa ini. Lihat, Seorang arsitek merancang bangunan. Selain aman, dengan kreativitas akan menghasilkan bangunan yang indah. Seorang walikota bisa menata kota yang bersih, juga menjadikan kota indah dan nyaman. Seperti Bapak Ridwan Kamil di Kota Bandung. Dengan kreativitaslah hal-hal yang baru bisa tercipta. Menu masakan yang lain dari yang lain. Teknologi saat ini pun seperti, hape, mobil, kapal terbang, dan berbagai teknologi, semuanya adalah hasil kreativitas. Benda-benda yang belum pernah dikenal oleh manusia berabad yang lalu.

Saat di sekolah. Pelajaran apa yang fokus membangun kemampuan kreativitas ini? Semua mata pelajaran mungkin bisa digunakan oleh para guru untuk membangun kreativitas para siswa. Namun sebagian guru tidak tahu, bahwa pelajaran seni adalah sebuah pembelajaran yang bertujuan membangun kreativitas siswa. Pelajaran seni sering dianggap enteng. Padahal, pelajaran inilah yang membebaskan siswa dari penjara kekakuan hidup. Menstimulus para siswa untuk menggunakan imajinasinya menemukan hal-hal yang baru.

Bukankah manusia itu lebih senang hidup dalam keindahan? Biarkan para siswa mencoret-coret buku gambarnya, tanpa harus dibatasi dengan menggambar pemandangan. Biarkan ia berteriak saat bernyanyi walau suaranya tidak merdu. Biarkan para siswa membuat karya seni sesuai dengan yang mereka sukai. Lihat, seperti apa ekspresi mereka saat itu. Di masa yang akan datang nanti, kemampuan berhitung, menulis dan membaca mereka, akan menghasilkan berbagai karya yang indah. Andaipun ia menjadi seorang politikus, maka ia akan menata negara ini dengan berbagai keindahan kehidupan bernegara. IPOLEKSOSBUDHANKAM yang penuh dengan keharmonisan.

Pelajaran seni itu tidak menjadi salah satu pelajaran yang UN-kan. Sebagian guru, memanfaatkan dengan sempit. Sebagai pelajaran tambahan agar siswa anteng di kelas,dan guru anteng di kantor (tentu bukan di negeri ini sepertinya). Tapi sesungguhnya pelajaran seni adalah pelajaran dari Tuhan juga. Bukankah Allah Maha Indah, dan mencintai keindahan? Hanya pelajaran seni yang bisa menjawabnya. Last but not least.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post