Denny Boy Roha

Adalah guru dan juga principal di SMA Negeri Jakarta. Alumini IKIP Padang, jurusan Akuntansi. Wakil Ketua MGMP Ekonomi DKI, Intstruktur Kurikulum 13, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pendidikan Yang Memerdekakan

Pendidikan Yang Memerdekakan

Kurikulum Merdeka yang diberlakukan sekarang ini, pada dasarnya bukanlah hal yang baru, namun metode dan proses pembelajarannya saja yang harus disempurnakan, lebih mengedepankan “kemerdekaan murid dalam belajar”, sesuai dengan konsep filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu pembelajaran yang menghamba pada murid.

Adapun pendidikan yang memerdekakan sangat selaras dengan konsep tersebut, yaitu memberikan murid kebebasan lahir dan bathin, yang berarti murid diberikan kemandirian dan tidak tergantung kepada orang lain.

Konsep pendidikan yang memerdekakan itu dimulai dari diri sendiri sebagai pendidik yang harus ditularkan kepada lingkungan sekitarnya,baik kepada teman sejawat maupun kepada murid-murid, dan kepada stake holder sekolah lainnya agar turut terlibat dalam konsep pendidikan yang memerdekakan.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran serta komite dan guru-guru bersama sama menetapkan visi yang tepat mencakup konsep pendidikan yang memerdekakan. Sangat selaras dengan:

a. 1. Murid terlibat aktif dalam menentukan tujuan pembelajaran;

b. 2. Murid dapat menentukan aktivitas pembelajaran yang disenangi;

c. 3. Dapat membangun empati dan simpati terhadap masalah lingkungan;

d. 4. Hasil akhir dari pembelajaran bisa berbentuk laporan atau portofolio yaitu kumpulan karya-karya siswa;

e. 5. Murid selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan sekolah;

f. 6. Menentukan asesmen dilalui dengan rapat;

g. 7. Murid membuat perencanaan setiap hari, dan belajar membuat refleksi diri.

Keberhasilan pendidikan yang memerdekakan harus melibatkan seluruh komponen stake holder, namun masih saja ada guru yang belum mau berubah, masih melaksanakan pembelajaran dengan cara dan model yang dulu pernah dilakukan, atau lebih kepada teacher centre. Hal ini jelas belum atau tidak memerdekakan murid.

Hal itu sudah selaras dengan konsep filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu anak anak terlibat aktif dan bebas menentukan sendiri tujuan belajarnya, namun tentu saja disesuaikan dengan adab norma yang pantas. Bahwa pendidikan yang memerdekakan itu sesuai dengan kodrat keadaan, asas trikon, dan budi pekertinya. Sehingga lahirlah kurikulum merdeka yang menggagas profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Untuk itu ciptakanlah ekosistem sekolah yang nyaman dan aman sehingga anak bebas belajar dan bereksperimen tanpa tekanan untuk mencapai tujuan belajarnya dengan menyenangkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih bu Dewi sudah mampir dan berikan masukan.

08 Mar
Balas

Konsep Pendidikan memerdekakan diri peserta didik memang perlu di Gaungkan, dalam hal ini tentunya : Mewujudkan iklim yang kondusif bagi pertisipasi dan kreatifitas setiap Peserta didik sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan .sebagai jembatan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan melihat ruang publik mana untuk mengekspresikan pendapatnya. siswa sebagai mahluk yang memiliki keunikan identitas , semangat para guru ku untuk mewujudkan ini, terimakasih

27 Jan
Balas



search

New Post