TONGKAT

kekuasaan yang menjadi dongeng seperti raja yang mati berdiri bertahan dengan tongkat di tangan para pekerja membangun istana tak peduli hari telah berganti sepanjang malam dikutuk sibuk berjuang dalam strategi siang peradaban di puncak keruntuhan bertikai tentang bangkai-bangkai pikun dan buta kenyataan berbangga-bangga kejayaan masa silam berlupa-lupa kejatuhan harus ditegakkan ohai orang bingung terlembaga sibuk betul kalian bertanya tapi enggan menerima jawaban maha jawab dalam gelap yang nyata mata tak berguna

mimpimu serupa anai-anai mengerip tidurmu hingga usai bila tongkat telah patah raja yang mati pun rebah kalian menjelma sebagai anai-anai di lubang perlindungan berdenai-denai[1] di antara derap kaki bala tentara muncul dalam jumlah tak terduga saat itu kalian terperanjat melihat sosok memukul tongkat membelah lautan manusia membimbing pengikut setia menyeberang lautan kering saksikan gunung-gunung berjalan

Pondokgede, 07 Maret 1993