Donor Darah Penyelamat (22)
Bagian 3
Dengan mengantongi surat rujukan dari dokter, saya pacu simerah menuju rumah. Sepanjang perjalanan, gawai ini tak berhenti berdering. Saya yakin itu dari Pak suami, karena sedari tadi ia Tak berhenti menelpon. Namun saya belum sanggup menjawab pertanyaannya. Biarlah nanti sesampainya di rumah akan saya utarakan semuanya. Sebenarnya, tadi pagi ia bersikeras ingin mengantarkan saya ke rumah sakit. Namun saya menolaknya, karena ia hari ini mengajar penuh. Ndak enak rasanya harus mengorbankan siswa-siswanya. Toh kondisi saya baik-baik saja. Sesampainya di rumah, saya langsung memasukkan si merah ke garasi. Rumah terlihat sepi, karena Pak suami masih di sekolah hingga pukul 14:30 nanti. Sekarang masih pukul 13:00, itu artinya masih satu setengah jam lagi. Saya langsung bersih-bersih dan mengerjakan salat Zuhur. Saat itulah tangisan yang sedari tadi saya tahan, saya tumpahkan di sajadah. Bayangan buruk tentang kematian mulai memenuhi pikiran. Andaikan saya harus pergi secepat ini, bagaimana dengan keluarga saya? Apakah mereka akan melepas kepergian saya dengan ikhlas? Ya Allah... Ucapan salam dari luar menerbangkan lamunan saya. Sepertinya itu suara Pak suami. Kenapa ia sudah pulang? Bukankah belum waktunya? Saat saya bukakan pintu setelah terlebih dahulu menjawab salamnya, ia langsung memberondong saya dengan pertanyaan. Bagaimana hasilnya? Kamu tidak apa-apa kan? Kenapa tadi tidak angkat telponnya? Apa ada masalah yang serius? Kalimatnya terhenti saat melihat butiran bening meluncur di pipi saya. "Sayang, kenapa menangis? Hasilnya baik-baik saja kan?" Ia terlihat cemas, dan langsung membawa saya kepelukannya. Saya hanya diam dalam pelukannya. Ia terus menghibur saya dengan memberikan semangat untuk melawan penyakit ini. Meskipun saya tahu, ia sangat mencemaskannya. Terlihat mendung bergelayut di wajahnya saat saya sodorkan surat rujukan dokter. Ia kembali memeluk saya, "sabar ya sayang, Insya Allah semua ada solusinya. Yang penting kita berikhtiar." Kembali saya benamkan wajah di dada bidangnya. Saat ini saya hanya ingin ada dalam pelukannya.
Bersambung...
Rumahku, 16 February 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tergambar jelas kepanikan. Semoga ada solusinya.