Desi Fatma

Penilik Pendidikan Anak Usia Dini pada Dinas Pendidikan Kota Solok Sumatera Barat. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Istri Pilihan Mak (28)

Wajahku memerah saat memasuki ruangan ini. Air mata mengalir deras kala memandangi dinding-dinding itu. Disana, kenangan itu terpampang nyata. Seolah menarikku masuk ke dimensi waktu yang telah lama kukubur.

Kuusap debu hitam yang mulai menutupi pigura berpingkai emas tersebut. Hitam. Seperti hitamnya rasa cintaku padanya. Senyum itu. Senyum yang telah menghipnotisku dan sekaligus melukaiku.

Andra, terlihat bahagia di foto itu. Dengan balutan busana daerah, kebahagian terpancar dari wajah kami berdua. Indahnya cinta yang disatukan dalam ikatan suci pernikahan.

Kuletakkan kembali pigura pada tempatnya semula. Mataku menyapu ruangan kecil berukuran tiga kali empat meter tersebut. Air mata kembali menganak sungai saat memandang sofa yang terletak di sudut ruangan. Tempat aku dan Andra saling bercanda, berbagi suka dan duka. Sofa itu juga yang menjadi saksi berakhirnya kisah cintaku dengannya.

"Maafkan, Uda. Uda sudah membohongimu," ucapnya sambil mengusap wajah dengan kasar.

Aku hanya diam. Tak bergeming. Air mataku sudah kering. Luka yang ia torehkan meninggalkan perih di hatiku.

"Kenapa baru sekarang, Uda katakan," ucapku lirih.

"Uda tak ingin melihat dua perempuan yang sangat Uda cintai terluka. Kau dan juga Amak."

"Tapi, dengan berbohong, Uda telah menyakitiku." Isakan keluar dari bibirku.

Andra meraihku ke dalam pelukannya. Kusandarkan kepala ke dada bidangnya. Debaran jantungnya terdengar tak beraturan. Sampai tubuhnya berguncang saat terdengar isakan darinya.

Andra menangis? Selama dua tahun pernikahan kami, belum sekalipun aku melihat ia menitikkan air mata.

Apakah ini artinya ia sangat menyesal dengan putusan yang telah dipilihnya? Itulah hari terakhir aku merasakan pelukan hangatnya. Sebnelum ia melangkah meninggalkanku selamanya.

Andra, adalah anak tunggal. Ia sangat menyayangi keluarganya. Terutama Amak, wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya seorang diri. Ayah Andra telah berpulang saat ia berumur enam tahun. Amak adalah segala-galanya bagi Andra. Ia tak akan pernah bisa menolak apapun permintaannya, termasuk menikahi Mayra, wanita pilihan Amak. Kebohongannya terungkap saat Amak dan perempuan itu mendatangi rumah ini. Rumah yang telah kubangun jauh sebelum mengenal Andra. Entah darimana mereka mendapatkan alamatnya.

"Maafkan, Amak Ruhi. Amak hanya ingin ada pewaris dalam keluarga kami. Andra anak tunggal, dan sampai saat ini kalian belum juga dikaruniai kerurunan."

"Mayra, wanita yang baik dan sholeha. Amak yakin kalian akan bisa bersama," ungkap Amak.

Aku hanya bisa diam dengan air mata terurai. Kugenggam logam pipih yang telah menunjukkan garis dua dengan kuat. Salah satu ujungnya terasa menusuk telapak tanganku, perih. Namun tak seperih kata-kata yang baru keluar dari mulut mertuaku.

Biarlah ini menjadi rahasia, kalau ada janin yang sedang bersemayam di rahimku.

Kuikhlaskan kepergian Andra dengan wanita pilihan Amaknya. Aku bukan tak setuju berpoligami. Tapi keimanan dan pemahamanku belum meyakininya.

"Sam lapar, Bundo." Rengekan Samudra menerbangkan lamunanku.

"Sam, lapar? Maafkan, Bundo. Sebentar ya, Nak Bundo siapkan dulu, " ucapku sambil memeluk putra semata wayangku.

Aku bergegas mengeluarkan rantang berisi makanan yang tadi disiapkan ibu sebekum kami berangkat.

Hari ini, tepat empat tahun kepergian Andra. Aku kembali ke rumah ini bukan bersamanya, tapi bersama buah cinta darinya. Disini, di rumah ini aku dan Samudra akan melanjutkan perjuangan berdua.

Rumahku, 22 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpennya membadai bunda. Wow keren banget. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah buat bunda Desi Fatma

23 Feb
Balas

Cerita yang menarik

22 Feb
Balas

Terima kasih, Bu. Sehat dan sukses selalu

23 Feb

Keren tulisannya, sukses selalu bu Desi Fatma

22 Feb
Balas

Terima kasih, Bu. Sehat Dan sukses juga buat ibu

23 Feb

hidup harus terus dijalani.... cerpen keren

22 Feb
Balas

Benar sekali Pak Sis. Sehat dan sukses selalu Pak

23 Feb



search

New Post