Bagi teman-teman yang pernah menempuh rute Padang-Solok, akan tahu medannya. Jalan yang berliku, naik turun, di kanan jurang di kiri bukit. Ditambah dengan deretan truk bermuatan berat melaju di sepanjang jalan. Dituntut keahlian sopir dalam mengendarai. Lengah sedikit, langsung berpindah alam.

Pagi ini saya kembali berpacu di jalan lintas ini. Tepat di jalan tanjakan, yang lebih dikenal dengan kelok sitinjau lawik, sebuah truk terlihat ngos-ngossan. Bebannya yang berat menjadikan ia susah mendaki. Kernet truk dengan sigap memasang pengganjal ban, agar tidak mundur. Ganja atau pengganjal ini terbuat dari kayu. Jika tidak membawa kayu pengganjal, kernet akan menggunakan batu yang ada di sepanjang jalan. Saat mobil berhasil mendaki, maka tinggallah si ganja batu sendiri ia tidak akan dilirik lagi. Sedangkan ganja kayu akan dibawa kembali. Begitulah nasib si ganja batu. Disaat butuh ia dicari, setelah itu ditinggal pergi.

Begitupun dalam hidup ini. Ada juga orang yang bernasib seperti si ganja batu. Saat ada yang membutuhkan tenaga dan pikirannya, ia akan dicari. Namun setelah itu, dilupakan lagi. Dari si ganja batu ini kita belajar, bertemanlah dengan semua orang, jangan hanya ketika butuh bantuan saja. Karena teman sejati adalah teman yang bisa memberikan manfaat yang baik bagi teman lainnya. Bukan sebaliknya, hanya memanfaatkan saja.

Rumahku, 11 Februari 2022