Dudut, begitu aku memanggilmu. Kucing kampung yang mulai tumbuh dewasa. Dudut adalah salah seekor dari tigapuluh ekor kucing lainnya. Dimataku, ia istimewa dibandingkan lainnya.

Dudut kucing yang sangat kuat. Dulu, ia hampir mengikuti Dua saudaranya yang meninggal. Dudut sangat sedih sekali. Sampai-sampai ia tidak mau makan hampir satu minggu lamanya. Ia hanya minum air putih dan sedikit susu.

Alu berusaha menguatkannya dengan selalu memeluk dan memaksanya makan. Lambat laun Dudut mulai makan, meskipun belum sebanyak sebelumnya. Sayangnya, ia mulai terserang jamur di kedua telinganya. Setiap hari kubersihkan lukanya dan diolesi obat. Sayang salah satu kupingnya habis dimakan jamur. Sampai akhitnya adik iparku menyarankan agar aku mencuci lukanya dengan cairan infus. Alhamdulillah, Dudut pun sembuh. Meskipun hanya satu telinganya yang utuh, yang satu lagi tinggal separuh.

Dari hari ke hari, Dudut semakin dekat denganku. Setiap pulang kantor, saat mendengar suara motorku di depan pagar, ia Alan langsung menyambutku dengan menggoyangkan ekornya. It artinya ia ingin ikut naik motor. Kubiarkan ia naik ke motor, dan melajukan motor ke dalam garasi. Ia terlihat senang, aku langsung menggndongnya. Karena Ia tidak akan membiarkanku melangkah jika belum kugendong dan kupeluk.

Dudut... Dudut...

Sehat selalu ya anabulku sayang.

Rumahku, 18 April 2022