Desi Hardiany

Saya seorang abdi negara, mendidik anak bangsa di daerah kecil....

Selengkapnya
Navigasi Web
TERNYATA SELINGKUHAN SUAMIKU BENTUKNYA BURUNG!

TERNYATA SELINGKUHAN SUAMIKU BENTUKNYA BURUNG!

TERNYATA SELINGKUHAN SUAMIKU BENTUKNYA BURUNG!

Penulis: Desi Hardiany

Pagi yang cerah dengan aroma embun menyengat hidung sisa hujan semalam. Kubuka pintu dapur dan melangkahkan kakiku menuju halaman belakang untuk menjemur pakaian. Rutinitas mencuci pakaian ini cukup membuat lenganku berorot.

Karena tak hanya pakaianku yang dicuci tapi seluruh anggota keluarga, yakni suami dan dua anak bujang yang masih asyik bermain kotor dihalaman rumah setiap hari bersama temannya yang lain. Seperti slogan yang sering kudengar di TV setiap hari, "berani kotor itu baik". Yaaaah ... Benar - benar baik, setidaknya pundak dan lenganku menjadi sedikit lebih kekar mengimbangi sisa - sisa keayuan wajahku dimasa gadis.

Kuperas lagi dan ku kebaskan setiap baju sebelum ku tenggerkan ditali jemuran. Sambil menikmati cuaca menyegarkan dipagi hari dan merdunya suara siulan suamiku yang sedari tadi sudah diteras depan. Apalagi kalau bukan bermain - main dengan selingkuhannya. Hampir setiap hari seperti ini, pagi, siang, sore, dan malam sudah melebihi aturan minum obat saja.

Dimulai dari pagi hari begitu dia bangun tidur dan membuka mata tak lain tak bukan mahluk itu yang ia hampiri. Walau hanya sekedar mengajaknya santai di teras rumah, membelainya, memberinya sarapan dan minum bahkan sampai memandikannya. Padahal dua putranya sendiri saja kadang belum tau bakal makan apa hari ini, apalagi boro - boro membantuku memandikan anak bontotku yang masih berusia 3 tahun itu. Kalau ingat akan hal ini, rasanya ingin kubuang saja semua pakaian suamiku yang sedang kujemur ini.

Sebenarnya tak patut aku cemburu dengan Burung Murai Batu itu. Namun kadang aku kesal sekali dengan hobby suamiku ini. Ketika aku mulai pusing memikirkan beras yang tak banyak lagi di dalam pedaringan, dia malah bersiul senang sepulang dari kerja menenteng tas kresek warna hitam. Kukira dia membeli beras untuk menyabung hidup kami empat beranak, tapi malah beli pakan buat Burung itu lengkap dengan pisangnya sebagai cuci mulut benda berparuh itu.

Padahal aku tipe istri yang tak banyak menuntut dan sabar dengan keadaan rumah tangga yang serba kekurangan, tapi untuk hal ini kesabaranku rasanya sudah habis masa berlakunya. Sesekali tanduk setanku tumbuh dikepala saat suamiku tak ada dirumah, ingin sekali kubuka pintu kecil dari bambu itu agar si cantik selingkuhannya bisa terbang bebas. Atau mungkin kuberi racun saja didalam campuran makanannya agar aku bahagia puas melihat suamiku menangis lihat benda itu kaku didalam sarangnya.

Akan tetapi aku masih takut dosa jika hal itu sampai kulakukan, walau dia telah merebut hati suamiku. Bagaimanapun dia tetap mahluk ciptaan tuhan yang berhak hidup juga. Argghh... Jadi serba salah.

Oh tuhan, semoga aku selalu sabar terhadap hobby suamiku ini. Setidaknya walau bentuknya burung, pelakor dalam rumah tanggaku bukan seorang wanita jahat seperti di sinetron di TV yang setiap hari ku tonton.

21 September 2020

Dalam perjalan Ketapang-Sukadana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post