ES MAMBO - TANTANGAN GURUSIANA HARI KE-44
Di depan gerbang sekolahku
dia selalu menunggu.
Menunggu jualannya laku.
Jajaannya sangat sederhana,
Es mambo dan kiko biasa.
Harganya pun murah, hanya seribu saja.
.
Keterbatasan fisik tak jadi penghalang,
Tapi semangat juangnya jadi penentu,
Menjadikan semangatku terpicu,
Membuatku bersyukur.
.
Dia, seorang pria muda.
Berusia 20an mungkin.
Fisiknya tak sempurna,
Tapi bukan jadi alasan untuk menyerah,
berduka,
mengasihani diri dan meminta-minta.
.
Melihat usahanya, dan daya juangnya,
Aku tertampar.
Teringat seberapa seringnya aku mengeluh.
Melihat semangatnya, rasa syukurlah yang terucap berkali-kali.
.
Kehadirannya telah jadi pengingat.
Untuk peka dan lihat sekeliling.
Ada banyak alasan agar kita lebih banyak bersyukur.
Kita bukanlah orang paling malang di bumi ini.
Berhenti mengasihani diri.
Dan mulai beraksi.
Tetap produktif.
.
Jakarta, di suatu hari sebelum pandemi.
DS
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar