PRODUKTIVITAS MEREKA SELAMA PANDEMI BIKIN JIPER-TANTANGAN GURUSIANA HARI KE-41
Pandemi Corona telah menguasai seantero negeri sekian purnama lamanya. Jagat raya mau tak mau mesti tunduk dan mengikuti perubahan yang disebabkan pendemi ini. Mulai dari cara bekerja, bersosialisasi, mengenyam pendidikan, hingga menikmati hiburan semua sistem dan teknisnya telah berubah.
.
Terkhusus dalam hal penghasilan. Awalnya mungkin banyak yang terkagok-kagok dengan perubahan ini. Gelombang PHK terlihat dan tingkat pengangguran meningkat. Saat mencari nafkah begitu sulit di tengah pandemi, otak mulai bekerja keras mencari cara bagaimana supaya hari-hari tetap produktif walau kebanyakan waktu kita di rumah saja.
.
Belakangan ini hampir semua orang mulai mencoba beralih menjadi pembuat konten, content creator. Terlebih bagi para guru dengan kondisi pembelajaran jarak jauh, mereka memastikan siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik minim kendala materi. Maka banyak guru akhirnya mulai belajar membuat video pembelajaran dan mengunggahnya ke Youtube. Sebagian berorientasi pada pelayanan siswa, tapi ada juga yang berorientasi uang. Hal yang wajarlah. Mengingat platform tersebut bisa menjanjikan penghasilan tambahan jika video kita mendapat tontonan yang banyak dan disukai banyak orang.
.
Sebagai sesama guru dan sering berselancar di media sosial, sering kali kujumpai dinding sahabat mayaku penuh dengan karya. Video pembelajaran mereka keren menewen (pinjam istilah Pak Kumendan ^^), akun Youtube mereka aktif. Sepertinya hari-hari mereka begitu produktif. Jelas, itu justru bikin jiper alias minder.
.
Aku punya akun Youtube yang belum pernah kupakai sama sekali padahal ada banyak karya yang bisa kutampilkan di sana. Aku merasa hari-hariku tidak seproduktif teman-teman yang lain karena aku belum mengupload video pembelajaranku. Aku merasa tertinggal karena aku belum pernah mempromosikan akun Youtubeku padahal teman-teman guru yang lain mulai meroket subscribernya.
.
Ahh, memang tak akan ada habisnya kehebatan orang-orang jika fokusnya adalah mereka. Fokus pada karya mereka justru menyiutkan nyaliku, membuatku merasa tak tenang. Jiwa kompetitif ini mulai bergejolak tapi di satu sisi kusadari ada yang tidak beres dengan pola pikir seperti ini.
.
Kompetitif itu boleh asal sehat. Bukan justru memberimu tekanan tambahan apalagi berlebihan. Hidup sudah penuh beban tak usah ditambahi lagi dengan sengaja membandingkan diri dengan orang lain.
.
Jadi apa yang harus kita lakukan?
Konsisten mengingatkan diri sendiri bahwa masing-masing manusia memiliki porsi. Fokus pada kemampuan diri sendiri. Kelola waktu dan usahakan setiap harinya produktif dengan hal-hal kecil. Misalnya administrasi PJJ harus selesai, koreksi tugas siswa sudah harus beres, menyicil 1 halaman tulisan untuk proyek buku, merapikan rumah, membereskan cucian dan setrikaan, dan masih banyak hal sederhana lainnya..
Apa kekuatan terutama kita supaya bisa melakukan hal-hal di atas?
Kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan dan KERJAKAN SEGALA SESUATU SEPERTI UNTUK TUHAN.
.
Catatan untuk diriku sendiri, video pembelajaran sudah banyak di luar sana. Aku bisa saja membuatnya juga. Tapi motivasinya harus jelas dulu ya, Desima. Siswa-siswaku bisa mencarinya sendiri dan memilih sesuai kebutuhan mereka.
"Tapi kan ini momen yang tepat untuk mengumpulkan subscriber."
Emang kenapa dengan subscriber? Mau adu jumlah sama akun guru lain? Mau dipamerin? Mau kejar pujian? Anda itu haus sekali akan pengakuan ya, Deep Desima.
Pikirkanlah ini. Ada hal lain yang bisa kau kerjakan dan berpeluang menjadi warisan.
Kalau video pembelajaran ada banyak yang jauh lebih bagus, menarik dan super kreatif di luar sana. Kamu tahu sendiri kemampuan kreasimu seperti apa. Maaf jika lancang, terkadang tampilan videomu pun super biasa dan tulisan pen tabletmu merusak pemandangan karena belum rapi. Hahahahaha.. Jadi konten seamatir itu hendak kau kompetisikan?? Mengundang hujatan namanya itu.
.
"Wah, parah nih. Merendahkan diri sendiri namanya ini."
Bukan sedang merendahkan. Melainkan bersikap realistis. Fakta kok itu. Harus menerima kekurangan diri ya kan.
.
"Jadi kita pasrah aja nih tidak perlu buat video pembelajaran?"
Bukan tidak perlu. Tapi akan ada waktunya dan jelas dengan motivasi yang benar yaitu membantu anak-anak supaya lebih mudah memahami. Niatnya harus murni untuk menolong dan bukan mengejar subscriber. Kalo penghasilan tambahan dari Youtube nanti juga akan ikut sendiri. Tak usah dikejar. Yang ada nanti stress sendiri ketika target tidak tercapai.
.
"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Menyicil penulisan buku kita. Barusan dapat ide. Satu buku tentang " Mengelola Emosi Perusak Jiwa Selama Pandemi" dan satu buku tentang "Self Talk" yang berisi catatan self talk kita. Buku kedua ini kan sebenarnya adalah proyek perdana nan utama kita sewaktu ikut kelas menulis.
Jadi, waktu kita difokusin untuk menullis buku pertama dulu yaaak. Okeh Desima baik, Desima pintar. ^_^.
.
Jangan lupa, tanggung jawab sebagai guru dan wali kelas di sekolah itu yang terutama harus diberesin dulu.
.
Semangat.. Kamu pasti bisa.
.
Sertai aku ya, Tuhan dan mampukan aku. Amen.
.
Jakarta, 30 Juli 2020.
DS \(^_^)/
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar