Aku seorang impulsif.

Aku seorang sanguin.

Aku bisa begitu bahagia, tapi tiba-tiba diam seribu bahasa.

Atau sebaliknya.

Sebentar aku marah sekali, tapi di momen berikutnya ceriaku telah kembali.

.

Mengenai tulisanku sebelumnya, jelas sekali kutulis karena emosiku meledak-ledak.

Jelas pula itu bukan keputusan yang tepat karena aku memutuskan tanpa mendoakannya terlebih dahulu.

Singkatnya aku mengikuti nafsu amarahku yang sesaat.

Tamat kalimat.

.

Aku begitu plin-plan? Ya. Tuduhanmu benar.

Aku terlalu tergesa-gesa dan dikuasai amarah? Ya. Tuduhanmu benar.

Meskipun kau melihatku sebagai seseorang yang gagal konsisten dengan perkataan tapi Tuhanku tetap mengasihiku.

.

Dia sangat mengenalku.

Segala keburukanku tak ada yang tersembunyi bagi-Nya.

Tapi itu tidak mengurangi kasih-Nya padaku.

Bagi-Nya, aku tetap anak kesayangan-Nya dan berharga.

.

Di satu sisi, aku bersyukur lelaki itu sabar menghadapi sikap kekanak-kanakanku.

Dia tidak pergi.

Dia menyemangatiku untuk menjadi pribadi lebih baik lagi.

Dia mengingatkanku untuk mengutamakan pencapaian targetku sembari mendukungku.

Aku bersyukur.

.

Pula, apa yang ada saat ini biar boleh dijalani saja sembari meminta bimbingan Tuhan.

Hingga akhirnya tiba di tujuan akhir yang dikehendaki-Nya dan pasti yang terbaik bagi kita anak-anak-Nya.

.

Terima kasih Tuhan untuk cintamu yang tiada bersyarat.

Engkau luar biasa.

Bagi-Mu segala kuasa, kemuliaan, dan hormat selama-lamanya.

.

Jakarta, 29 Juli 2020

DS.