Desimarnis, SS, M.Pd

Berasal dari kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat. Mengajar mata pelajaran Geografi di MAN 3 Payakumbuh sejak tahun 2010, sebelum nya pernah mengajar di MAN ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tantangan gurusiana H-115

GURU, PENGUKUR TIMBANGAN KEMAJUAN

Rapat tekhnis untuk menyambut PBM new normal dengan tatap muka digelar. Beberapa keputusan sudah ditetapkan dan hampir 90% persiapan untuk PBM tatap muka matang. Namun rencana hanya pada kita keputusan tetap ditangan Allah Swt. Dalam hari yang sama, himbauan Pemko dan kepala dinas membuat semua pihak terenyuh. Melalui hasil SWAB minggu ini kasus positif covid 19 meningkat. Otomatis belajar tatap muka diundur lagi sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.

Kecewa... tentu.... tapi untuk keselamatan semua, keputusan ini sangat tepat. Entah kapan musibah ini akan berakhir. Peran guru tidak akan pernah tergantikan. Enam bulan sudah guru menyentuh peserta didiknya melalui medsos dan sebaliknya, peserta didik hanya melihat dan mendengar suara guru kesayangannya hanya melalui gadgetnya. Sungguh miris, disaat peserta didik ingin dibelai gurunys, ingin mendengar celoteh guru serta saat ingin bercanda dengan teman-temannya harus dihalangi oleh ruang dan waktu. Tidak ada lagi cengkrama diantara guru dan peserta didik. Rindu tak terperikan. Namun apa boleh buat. Guru adalah sosok yang tak bisa tergantikan. Jasa guru tak akan bisa dibayar dengan apapun. Keringatnya menguap mengangkasa menuju alam hakiki disisi ilahi rabbi. Peserta didik melihat guru adalah sosok cerdas nan berwibawa.

Dalam sebuah diskusi, seorang peserta didik bertanya kepada gurunya,

Peserta didik :

"Jika memang benar para guru adalah orang-orang yang pintar, mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan orang-orang kaya raya itu?

Gurunya tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangan nya, dan keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan.

Ia meletakkan timbangan tersebut diatas meja, dan berkata :

" Anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa digunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5000 gram".

"Berapa harga emas seberat itu? "

Peserta didik mengernyitkan keningnya, menghitung dengan kalkulator dan kemudian ia mejawab,

"Jika harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5000 gram akan setara dengan 4 milyard rupiah,"

Guru :

"Baik lah anakku, sekarang coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepadamu membawa timbangan ini dan ingin menjualnya seharga emas 5000 gram, adakah yang bersedia membelinya?"

Peserta didik berkata :

"Timbangan emas tidak lebih berharga dari emasnya, saya bisa mendapatkan timbangan tersebut dengan harga dibawah dua juta rupiah, mengapa harus membayar timbangan sampai 4 milyar?"

Guru menjawab :

"Nah, anakku, kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para peserta didik, adalah seperti emas, dan kami adalah timbangan akan bobot prestasimu, kalianlah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar kemajuanmu. "

Guru berkata lagi:

, "Satu lagi pertanyaanku. Jika ada seseorang datang kepadamu membawa sebongkah berlian ditangan kanannya dan seember keringat di tangan kirinya, kemudian ia berkata : "Ditangan kiriku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada ditangan kananku ini, tanpa keringat ini tidak akan ada berlian, maka belilah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian"

"Apakah ada yang mau membeli keringatnya? "

"Tentu tidak." Ujar guru lagi.

"Orang hanya akan membeli berliannya dan mengabaikan keringatnya. Biarlah kami, para guru, menjadi keringat itu, dan kalianlah yang menjadi berliannya."

Sang murid menangis, ia memeluk gurunya dan berkata : "Wahai guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya kalian, terima kasih guru. Kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kemajuan kami, setiap kilau berlian kami, ada tetes keringatmu..."

Guru berkata :

"Biarlah keringat itu menguap, mengangkasa menuju alam hakiki disisi ilahi rabbi, karena hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak-pernik di dunia ini."

* Untuk semua guruku, termasuk guru ngajiku. Semua guru yang sudah mengubah hidup ku. Orang tua ku adalah guru pertama dalam hidup ku. Terima kasih atas segenap perjuangan kalian semua yang telah mendidikku. Menerangi jalan ku. Barakallahu....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post