Aina oh Aina
Ia takkan pernah bertanya untuk apa hidupnya
dari gunungan derita yang memuncakkan cerita
tiada terlontar makian pada Sang Maha
hanya sejumput demi sejumput tangis
ia titipkan pada sebelah matanya
Aina oh Aina…
kerontang tubuhmu perkasa jiwamu
kanker telah memakan kulitmu tapi tidak hatimu
luluh lantak hati ini melihat deritamu
segenap doa menguar bersama udara basah September
rintik-rintiknya adalah sebanyak asa yang terkumpul untuk sebuah pinta
bertahanlah Aina,
segeralah menyambut matahari esok pagi bersama bening kedua mata indahmu
03 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen puisinya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih Pak Dede, sukses juga buat Bapak ya... Salam literasi.
Terima kasih Pak Dede, sukses juga buat Bapak ya... Salam literasi.
semoga aina cepat sehat ya bu
Aamiin ya Allah... Terima kasih Bu Eliyarni
Semoga segera sembuh Aina..
Aamiin ya Rabbal'alamiin... Terima kasih Pak Sukadi.