Jodoh yang Sempurna
Saat Livina ditanyai Paman Gulem soal perjodohan antara dirinya dengan seorang bujang lapuk yang juga saudara jauh dari sang paman, kontan Livina menolak. Baginya sekarang bukan zaman Siti Nurbaya tak perlulah perjodohan macam itu. Lagi pula Livina sudah punya pemuda idaman, teman se kantornya yang tampan.
Sang paman membujuk Livina dengan segala cara agar dirinya mau menerima pinangan Halim. Paman Gulem mengatakan seluruh kebaikan Halim. Ramah, tampan, baik hati dan kaya. Begitu cakap pamannya pada Livina soal Halim. Ia mulai goyah meskipun ia heran pemuda macam itu kenapa pula sudah mulai tua masih melajang. Seharusnya semua orang antri minta dipinang Halim.
Tibalah saatnya hari dimana keluarga Halim datang ke rumah Livina untuk melamar. Bukan main apa yang dikatakan Paman Gulem tentang Halim benar semua. Livina tadinya hendak menganggukkan kepala sebelum mendengar bisikan Uwak Tuti soal kekurangan Halim, “Halim memang ramah, tampan, baik hati dan kaya, Nak Livina. Kurangnya hanya satu ia belum sembuh benar dari sakit jiwanya, kadang suka kambuh.” Livina langsung kabur menuju kamar dan mengunci diri. Perjodohan pun dibatalkan.
5 Oktober 2020
Selamat Hari Guru Internasional.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pentigrafnya....salam literasi
Terima kasih Bu Arisnelwati... Salam literasi.
Waduuuh...untng belum mengangguk...he...he...salam sukses bunda
Hehehe... Iya... Gawat... Untunglah. Salam sukses juga buat Bu Titik...
Waduuhh..ternyta melajang karena sakit jiwa ya bun..hhee..keren bun pentigrafnya.sukses..salam literasi.ijin follow ya bun..
Hehehe... Iya... Begitulah Bu Hartutik... Kasihan...