Desi Oktoriana

Menyukai tulis-menulis sejak di bangku SD. Namun, baru beberapa tahun terakhir dikembangkan lebih jauh. Saat ini menetap di Bandung berprofesi sebagai gu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kata-kata Elandre

Dunia sebentar lagi runtuh, menjadi puing-puing seperti isi hatimu saat ini. 

Kata-kata kias itu masih terngiang di telingaku. Kata yang diucapkan Elandre sepuluh tahun yang lalu. Kata itu ia sampaikan sehari sebelum kecelakaan yang tragis merengut jiwanya. Vanitha sedang di Bandung. Elandre masih berada di Kampung.

Rumahnya rubuh diterjang badai, Elandre tertimpa puing-puing. Satu batang besi persis menancap di jantungnya. Vanitha tak menyangka bahwa itu kata-kata terakhir yang ia dengar dari mulut Elandre. 

Elandre, teman semasa kecil yang begitu peduli pada alam dan setiap gejalanya selalu menarik untuk ia diskusikan.

“Kau tahu Van, aku menduga kalau besok akan ada banjir besar,” bisik Dre serius. 

“Warna dan bentuk awan di langit jauh berbeda Van,” ujar Dre meyakinkan.

“Ya Tuhan, Dre! Kita ini umur berapa sih?” 

“Umur sembilan tahun untuk membahas hal itu rasanya terlalu rumit, Dre.”

“Memang, tapi aku sudah baca semuanya,” tegas Dre seraya berusaha mempertahankan perbincangan tentang banjir yang amat dihindari Vanitha. Ayah Vanitha hanyut terkena banjir bandang.

“Lagi pula Van, kambing dan sapi milik Uwak Jargonde terlihat gelisah,” terang Elandre kembali agar Vanitha percaya apa yang dirasakannya.

“Baiklah, kalau ia besok atau lusa banjir, lalu apa yang harus kita lakukan?” tanya Vanitha menguji Elandre agar kehilangan kata-katanya.

“Mengungsi,” timpal Elandre yakin.

“Kemana?”

“Gunung,” sahut Elandre sembari menunjuk bukit yang ada di hadapan.

Vanitha bingung memikirkan sikap Elandre bagaikan paranormal. Tapi rasanya tak ada salahnya membagikan kekhawatiran Dre pada Uwak Jargonde. Rumahnya tak jauh dari rumah Elandre. Kami memang bertetangga dekat.

Entah apa yang ada dalam pikiran Uwak dan beberapa tetangga lain yang seakan percaya dengan kata-kata Dre. Padahal hujan belum lagi turun, Uwak dan orang-orang di Kampung Gaune mengungsi menuju Bukit Gaune. Sebelum tiba di bukit suara petir bersahutan.

Hujan deras tak tertahankan meluncur membasahi seluruh permukaan Kampung Gaune dan sekitarnya.Sungguh mengerikan badai dan banjir besar hampir menenggelamkan seluruh Kampung.

Bersambung.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post