Desi Oktoriana

Menyukai tulis-menulis sejak di bangku SD. Namun, baru beberapa tahun terakhir dikembangkan lebih jauh. Saat ini menetap di Bandung berprofesi sebagai gu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Titik Nadir Kehidupan

aku mencari-Mu di lautan lepas perniagaan, Tuhan.

ombak kesengsaraan menggulungku

badai kegalauan mengepungku

aku mengingat-Mu serupa tetes embun di lautan alpa, Tuhan.

riak gelisah mengguncangkan rasa mengharu biru jiwa nan papa

bongkahan hati ini berlumur pekat dosa-dosa

kusiram bersama wudhu semenjana

dalam doa-doa singkat tanpa hati yang terikat

lalu

kuminta cintailah aku

kuminta ingatlah aku

kuminta ampunilah aku

tanpa hati yang khusyu

tanpa jiwa yang tertuju

hanyalah kesombongan

hanyalah kebodohan

yang berkumpul di jiwa ini

Sungguh. Malam kian pekat menuju penghujung waktu

Aisyah mulia tinggalkan fana memenuhi janji berbalaskan surga

Khadijah perkasa tinggalkan dunia menyambut bahagia selamanya

Fatimah belahan jiwa dari manusia termulia telah duduk dalam singgasananya

dimanakah kelak aku berada?

padahal tepian neraka bukanlah sebuah cerita

Bandung 03 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rangkaian diksi membentuk kesatuan makna mendalam seorang insan berharap dan selalu mengingat kepada sang pencipta. Sungguh luar biasa ungkapan jiwa yang tertuang dalam puisi ini. Keren.

03 Jul
Balas

Diksinya tidak berat dan rumit untuk dicerna Bu Susi karena memang ini berupa pengakuan saya betapa banyak kelemahan diri.

03 Jul

Sungguh menyelam kedalaman makna terwakili.

03 Jul
Balas

Terima kasih Bunda Eni atas hadirnya...

03 Jul

Mengingat berapa lama kita di dunia, tentu banyak hal yang telah kita lalui dan semuanya berlandaskan tujuan atau keinginan yang akan kita capai. Namun tidak semuanya juga akan sesuai dengan harapan, kadang dibawah ekspektasi atau justru diatas ekspektasi kita sendiri. Karena semua itu merupakan bagian dari kehendak Allah Swt dan kita sebagai hamba-Nya sudah sepatutnya berusaha dan bertawakal. Muhasabah, erat kaitannya dengan psikologi seseorang..karena mengoreksi diri sendiri secara psikis adalah bagaimana memcahkan permasalahan dalam diri kita.

03 Jul
Balas

Dalam puisi titik nadir kehidupan meyakinkan saya bahwa Bunda Desi..memang seorang penulis hebat yang perlu saya serap ilmunya..bukan sekedar keindahan kata dengan diksi yang luar biasa, tapi makna dari puisi itu sendiri..ada sebuah kelahiran yang anggun dalam puisi ini..sangat takjub!, iyaaa...saya harus belajar dan belajar lagi meramu puisi ...salam sukses Bunda D.

03 Jul

Wah, Pak Khalid ini... Terlampau berlebihan rasanya hehehe... Baiknya kita belajar terus-menerus hingga tulisan kita selaras hingga mampu memberi dampak utamanya bagi perubahan diri. Ini saya tulis memang berdasarkan rasa yang sama dengan kondisi saat ini. Saya lebih sibuk pegang gawai daripada memegang kalam-Nya. Saya panik gawai mati ketimbang matinya dzikir hati untuk mengingat-Nya. Ini sangat menyedihkan ...

03 Jul

Puisi yang indah ibu cantik, mengingatkan kita manusia hanyalah makhluk lemah tak berdaya. Yang juga penuh salah dan alpa... Meminta ampunan dari Allah untuk semuanya.. Mengingatkan kita kepada akherat... Sungguh untaian kata ibu sangat mengena dihati.. Luar biasa indah.. Salam santun ibu cantik

03 Jul
Balas

Benar lemah Bunda... Untuk melawan hawa nafsu rasanya sulit sekali Bun... Terima kasih Bunda Tisna telah menguatkan saya untuk tetap berjalan pada rel yang lurus. Alhamdulillah.....

03 Jul



search

New Post